
Yoo Hara mengalami drama cinta segi empat dengan kedua atasan dan rekan kerjanya. Di saat ia menghadapinya di lingkungan kerja setiap hari, ia lupa ada seseorang yang setia menunggunya.
Kim Jae Hyun menepati janjinya untuk bertemu dengan Yoo Hara, nuna yang menjadi cinta pertamanya. Akankah Hara menerima kedatangan Jae Hyun, atau ia akan tetap berjuang dengan drama cinta segi empat di tempat kerjanya?
“Kakak … kenapa kau pergi meninggalkanku?” tanya anak laki-laki dengan suara yang terdengar lirih.
Gadis itu menghampiri anak laki-laki tersebut sambil mengelus rambutnya. “Jangan menangis,” ia memeluk anak laki-laki tersebut. “Berjanji lah padaku, suatu hari kau akan menyusul ke tempat yang sama sepertiku.” Gadis itu tersenyum.
Gadis itu berdiri dan memegang kopernya.
“Kau akan menemuiku lagi kan?” tanya anak laki-laki itu.
“Tentu saja!” gadis itu tersenyum. “Kita pasti akan bertemu kembali.”
Gadis itu bergegas pergi dan berjalan membelakangi anak laki-laki itu.
“Aku pasti akan menemuimu! Kau tunggu saja!” anak laki-laki itu menangis dengan kencang.
Gadis itu terhenti sejenak, ia menoleh ke anak laki-laki itu dan tersenyum. Lalu ia kembali berjalan pergi dengan membawa kopernya.
“Huuuaaa … .” Anak itu kembali menangis dengan kencang.
“Beep … beep … .” Suara alarm mulai berbunyi.
Wanita itu mematikan alarm nya. Ia bergegas bangun dan melihat ponselnya.
“Ya Tuhan! Aku terlambat!” wanita itu bergegas mempersiapkan dirinya.
– – – – –
“Tok … tok … .” Seorang karyawan mengetuk sebuah pintu. “Permisi, Pak Lee. Ruangan meeting sudah kami siapkan.” Kata karyawan itu memberi laporan kepada atasannya.
Terlihat seorang pria sedang duduk dan membalikkan kursi kerjanya. “Baik. Kita akan mulai meeting 15 menit lagi.” Lalu ia mulai mempersiapkan beberapa berkas yang ada di mejanya.
“Baik, Pak.” Karyawan tersebut bergegas keluar meninggalkan ruangan.
– – – – –
“Ahh— dasar bodoh! Kenapa bisa aku bangun telat seperti ini!?” Wanita itu memakai heels-nya di dalam taxi dengan terburu-buru. “Sudah, Pak. Disini saja.” Katanya meminta supir memberhentikan taxi.
Ia bergegas ke luar dari taxi dan berlari dengan cepat ke dalam gedung. “Semoga semuanya baik-baik saja!” gerutunya.
– – – – –
“Menurut presentasi yang baru saya sampaikan, saya menyimpulkan bahwa—” Kata-kata itu terpotong karena seseorang baru saja memasuki ruang meeting.
“Ah— maaf.” Wanita itu menundukkan kepala dan bergegas lari ke salah satu kursi. Ia segera merapikan rambut dan menyalakan laptop-nya. Keadaan di dalam ruangan hening sejenak. Semua orang menoleh ke arah wanita itu.
“Silahkan lanjut.” Perintah Pak Lee kepada salah satu karyawan yang sedang melakukan presentasi.
“Oh. Baik, Pak.” Presentasi pun kembali dilanjutkan.
– – – – –
Beberapa jam setelah meeting itu selesai. Wanita itu terlihat berbincang dengan teman kantornya.
“Kau gila ya? Bisa-bisanya kau terlambat di saat meeting dengan klien penting!” kata Choi Min Ah, salah satu karyawan di perusahaan tersebut.
“Ah— aku tidak mau tahu lagi!” wanita itu menjatuhkan kepalanya ke meja kerjanya. “Aku akan mati.” Gumam Yoo Hara.
“Kubawakan kopi supaya hatimu sedikit lebih tenang.” Kata seorang pria tampak culun, Kang Hae Cheol, teman dekat Hara dan Mina.
“Ah— yang benar saja. Kurasa kopi pun tidak sanggup membuat perasaan Hara tenang saat ini.” Kata Mina melanjutkan.
“Ibu Hara.” Tiba-tiba seorang pria datang menghampiri. “Anda dipanggil Pak Lee ke ruangannya.”
Hara mengangkat kepalanya dan menatap karyawan itu dengan wajah cemberut seperti ingin menangis.
“Tenanglah, Hara.” Mina berusaha menenangkan Hara.
– – – – –
“Tok … tok … tok … .” Hara mengetuk pintu lalu membuka pintu. “Pe— permisi, Pak.” Ia memberikan salam kepada Pak Lee, boss-nya itu.
Pria itu membalikkan kursi kerjanya menghadap Hara. “Kenapa kau bisa terlambat saat meeting tadi?” tanya pria itu, Lee Jeong Hoon.
“Ah— maafkan saya, Pak. Saya tahu saya melakukan kesalahan.” Hara menundukkan kepalanya.
“Kau tahu lalai dalam bekerja bisa berakibat fatal untukmu. Tidak peduli seberapa bagusnya kau dalam bekerja, tapi kalau kau sudah terlambat pada saat momen penting seperti tadi, kau bisa terancam tidak bekerja disini lagi.” Kata Jeong Hoon mengingatkan dengan tegas.
“Maaf, Pak. Saya tahu saya salah,” Hara seketika mendekati Jeong Hoon dengan mimik wajah serius. “Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.” Katanya sambil menatap mata Jeong Hoon penuh keyakinan.
Jeong Hoon sedikit terkejut melihat perubahan ekspresi dan tatapan mata Hara. “Ba— baiklah. Jangan ulangi lagi.”
Hara seketika tersenyum lebar. “Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak.” Ia lalu menggenggam tangan Jeong Hoon. “Saya akan memegang janji itu!”
Jeong Hoon kembali terkejut dengan reaksi Hara yang menggenggam tangannya. Ia hanya menatap mata Hara dengan terbelalak.
“Terima kasih, Pak. Sekali lagi, terima kasih.” Hara membungkuk berkali-kali sebagai permintaan maaf. “Kalau begitu, saya permisi untuk kembali bekerja.” Hara bergegas pergi. Ia hanya ingin cepat-cepat meninggalkan ruangan itu.
Saat ia berjalan menuju pintu, ia tiba-tiba tersandung dan terjatuh. “Ahh—” Teriaknya. Ia pun bergegas berdiri dan menoleh ke arah Jeong Hoon. “Ah— maaf.” Ia tertawa malu. Lalu bergegas pergi ke luar ruangan Jeong Hoon.
Jeong Hoon tetap memperhatikan Hara sampai ia keluar ruangan. Jeong Hoon pun tersenyum kecil melihat kecerobohan Hara.
– – – – –
“Hahahaha … ,” Cheol tertawa keras saat mendengarkan cerita Hara. “Aku rasa dia menertawakanmu setelah kau pergi.” Kata Cheol meledek.
“Kau ini malah menertawakan teman yang sedang kesusahan. Teman macam apa kau!?” Mina memukul Cheol.
“Aduh …” Cheol mengelus lengannya karena kesakitan.
“Ahh— sudahlah. Setidaknya aku sudah meminta maaf dan terserah bagaimana selanjutnya." Hara terlihat pasrah dengan semuanya. "Seharusnya aku tidak pergi ke konser itu semalam.” Lanjutnya bergumam.
“Salah kau sendiri, sudah kuajak pulang bersama tapi kau tidak mau ikut!” Gerutu Mina.
“Kau tahu aku benar-benar menantikan konser TIX sejak lama. Bagaimana mungkin aku meninggalkan sesi foto bersama dengan mereka.” Hara merebahkan kepalanya di meja, seolah ia masih menyesali keterlambatannya tadi pagi.
“Selamat datang, Pak.” Tiba-tiba terdengar suara sapaan dari beberapa karyawan.
“Hey, lihat. Dia datang lagi.” Kata Mina saat melihat seseorang yang disambut oleh beberapa karyawan disana.
“Itu … adik sepupu Pak Lee, bukan?” tanya Cheol.
“Iya. Kudengar dia akan membantu Pak Lee di proyek barunya.” Lanjut Mina.
Hara mengangkat kepalanya yang direbahkan di meja lalu segera melihat pria yang baru saja datang itu. “Ah— Pangeran Kang Dae.” Hara seolah kembali hidup saat melihat pria itu.
“Kau ini! Baru saja mendapatkan masalah, tiba-tiba kambuh lagi.” Gerutu Mina.
“Oh … Namanya Kang Dae?” tanya Cheol. Cheol adalah karyawan baru. Dia belum mengetahui banyak tentang perusahaan tersebut.
“Iya. Lee Kang Dae. Tapi biasanya dia dipanggil Sky. Dia lahir di Amerika dan besar disana.” Mina menjelaskan.
“Oh— begitu … ,” Cheol lalu melihat seseorang yang mendampingi Kang Dae. “Lalu siapa wanita di sebelahnya itu? Cantik sekali. Daebak!”
“Seo Mi Young. Dia asisten pribadi Sky,” Mina kembali menjelaskan. “Tapi kudengar Mi Young punya hubungan dengan Sky. Entahlah itu benar atau tidak.” Lanjutnya.
“Kenapa kau harus mengatakan kata-kata itu sih?” Hara kembali lemas seolah kehilangan nyawa untuk hidup lagi. “Membuat telingaku sakit!” ia kembali merebahkan kepalanya ke meja.
“Dasar anak ini. Mulai lagi halusinasi-mu!” Gerutu Mina kepada Hara.
– – – – –
“Perhatian, para penumpang pesawat Korean Airlines dengan nomor penerbangan KA192 tujuan Seoul dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu B99. Terima kasih.” Terdengar suara pengumuman di bandara.
Terlihat seorang pria bangun dari kursi tunggu. Ia menggenggam kopernya dan bergegas pergi menuju pintu B99. Sambil berjalan, ia tersenyum kecil.
– – – – –
Jam istirahat pun tiba. Hara, Mina dan Cheol bergegas pergi untuk makan siang mereka. Di saat perjalanan menuju kantin, Hara terhenti sejenak.
“Aduh.” Gerutu Hara.
Mina dan Cheol menghentikan langkahnya dan menoleh ke Hara yang berada di belakang mereka.
“Ada apa?” tanya Mina.
“Maaf. Kalian duluan saja. Ponselku tertinggal di atas.”
“Kenapa selalu ceroboh sih?” gerutu Mina. “Ya sudah. Kami tunggu di kantin. Jangan lama-lama!"
Hara pun bergegas kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil ponselnya.
– – – – –
Sesampainya di lantai ruang kerjanya, ia tidak sengaja melihat Mi Young, sendirian, berada di ruangan Jeong Hoon. Hara bersikap seperti tidak melihat apa-apa dan tetap berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil ponselnya.
Mi Young menyadari kalau Hara melihat dirinya yang sedang berada di ruangan Jeong Hoon. “Hello.” Mi Young pun Tiba-tiba menghampiri Hara. “Kau tidak makan siang?” tanya Mi Young tersenyum.
Hara terkejut melihat kehadiran Mi Young di meja kerjanya. “Ah— aku melupakan ponselku.” Hara membalas senyuman Mi Young dan segera mengambil ponselnya. “Aku permisi dulu. Teman-temanku sudah menunggu di kantin.” Ia bergegas pergi.
“Tunggu.” Mi Young menggenggam lengan Hara. “Lain kali kita makan siang bersama ya.” Mi Young kembali tersenyum.
Senyuman Mi Young kali ini terasa aneh bagi Hara. Hara sedikit takut dengan senyuman Mi Young yang menurutnya sangat creepy. “Baiklah.” Hara pun bergegas pergi meninggalkan Mi Young.
– – – – –
Keesokan harinya…
“Beep … beep … .” Suara ponsel berdering.
“Ya, Ibu?” seorang pria menjawab panggilan itu. “Ya, aku sudah sampai. Pemiliknya sangat ramah, kondisi rumahnya juga sangat nyaman. Baik, aku akan memberitahumu jika sudah ketemu. Kau jaga dirimu ya, Bu. Sampai jumpa.” Pria itu lalu menutup ponselnya.
Pria itu melihat sekelilingnya, lalu mulai mengeluarkan barangnya dari koper satu per satu, dan menatanya di kamar barunya itu.
– – – – –
Hara baru saja tiba di kantornya. Ia datang lebih awal dari biasanya sebagai rasa tanggung jawab atas keterlambatannya kemarin. Ia bergegas masuk ke gedung kantor dan tiba-tiba seseorang berjalan sedikit terburu-buru dan menabraknya dari arah samping.
“Ahh—“ Hara terjatuh.
“Hey. Maaf aku—” Pria itu menolong Hara untuk bangun dari lantai. “—tidak sengaja.” Pria itu adalah Lee Kang Dae atau dikenal Sky, adik sepupu Lee Jeong Hoon.
Hara terkejut melihat Kang Dae, pria yang diam-diam ia kagumi, menolongnya saat dia terjatuh. “Ahh— tidak apa-apa.” Hara pun bergegas berdiri. Ia masih terkejut dengan kehadiran Kang Dae. Jantungnya berdegup kencang, ia tidak menyangka akan berdiri berhadapan sangat dekat dengan Kang Dae.
“Maaf. Aku sibuk melihat ponselku, sampai-sampai aku tidak memperhatikan jalan. Maafkan aku.”
“Ti— tidak apa-apa.” Jawab Hara tersenyum malu. Matanya masih belum bisa lepas dari wajah Kang Dae, sosok pangeran berkuda versinya.
“Kau tidak terluka kan?” tanya Sky meyakinkan. "Jatuhmu cukup keras tadi."
“Ah— aku baik-baik saja kok.” Balasnya tersipu malu.
“Baiklah. Aku harus segera pergi. Kau hati-hati ya.” Kata Sky. Ia pun bergegas keluar dari gedung itu. .
Hara menoleh dan tetap memperhatikan Sky yang bahkan sudah di luar gedung. "Jatuh setiap hari karena tabrakan denganmu pun aku rela." Wajahnya memerah.
– – – – –
“Kau beruntung sekali! Menyebalkan.” Gerutu Mina saat mendengar cerita Hara.
“Kupikir dia orang yang angkuh. Ternyata dia seperti pria biasa lainnya juga ya.” Lanjut Cheol.
“Sudah kuduga dia tidak seangkuh kelihatannta." Balas Mina. "Tapi Hara, Kau sudah pastikan tidak ada Mi Young di sekitar kalian?” ledek Mina. " Bisa-bisa Mi Young akan mengajakmu pergi jalan-jalan bersama lain kali!" kata-kata sarkas terucap setelah mendengar kejadian kemarin saat Mi Young menghentikan Mina dan mengajak Mina makan siang bersama.
Mereka pun tertawa bersama saat mendengar lelucon Mina. Di tengah-tengah tawa canda itu, “Perhatian semuanya.”, tiba-tiba suara Jeong Hoon mengheningkan seluruh ruangan. “Maaf mengganggu waktu kerja kalian. Malam ini kalian diharuskan untuk pulang terlambat.”
Seketika ruangan menjadi berisik karena beberapa karyawan mengeluh, bergumam, berbisik dalam waktu bersamaan.
“Hahaha … aku tahu kalian pasti kesal. Tapi jangan khawatir, ini bukan karena kalian harus lembur bekerja,” kata Jeong Hoon tersenyum. “Aku ingin mengundang kalian semua untuk makan malam.” Seketika ruangan kembali berisik karena karyawan terlihat senang mendengar berita tersebut.
“Jadi kuminta kalian semua berhenti bekerja jam 5 nanti, dan kita semua akan pergi ke Neon Nights bersama.” Lanjut Jeong Hoon menjelaskan.
“Wah— Neon Nights? Itu bar yang sangat elite sekali kan?” gumam Cheol.
“Neon Nights? Itu kan bar yang biasanya dikunjungi para sosialita dan influencer ternama. Ya ampun! ” lanjut Mina. “Tapi ada acara apa tiba-tiba seluruh karyawan diundang makan malam?”
“Acara untuk kedatangan Lee Kang Dae.” lanjut salah seorang karyawan, Jin, yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka. “Tuan Muda Lee itu akan menetap di Seoul. Jadi mungkin ini bisa menjadi salah satu perayaan untuk kedatangannya yang secara permanen itu.”
“Sky akan bekerja tetap di perusahaan ini?” tanya Mina antusias. "Do'a yang terkabul, bukan begitu Hara?" lanjutnya meledek Hara.
“Kudengar Kang Dae dan Jeong Hoon memiliki proyek bersama. Sudah pasti dia harus menetap di Seoul.” Lanjut Jin.
“Kalau begitu, asistennya juga akan selalu disini?” tanya Cheol dengan senyum nakal.
“Kau ini!” Mina memukul Cheol. "Sudah kuduga! Kau pria mesum berkedok pria culun!"
“Aduh— kau ini kenapa sih?” Cheol mengelus-elus lengannya. “Jangan bilang kalau kau cemburu padaku!?” Cheol memberikan ekspresi terkejut. "Jadi selama ini…"
“Yang benar saja!? Gila kau! Pria Mesum!” gerutu Mina.
“Hahaha … iya, Mi Young pasti akan menetap disini juga. Dia akan menemani Kang Dae kemanapun Kang Dae berada.” Kata Jin tertawa.
“Kau mengetahui banyak tentang mereka ya?” lanjut Hara.
“Oh— soal itu, aku cukup banyak tahu tentang keluarga Lee.” Jawab Jin sambil tersenyum. “Aku sudah bekerja disini selama 10 tahun, dan Jeong Hoon adalah temanku saat SMA."
“Wahh … 10 tahun dan temannya Pak Lee!” lanjut Cheol.
“Ngomong-ngomong, kita belum pernah berkenalan. Aku Lee Young Jin.”
“Aku Yoo Hara, Ini teman-temanku, Choi Mina dan Kang Hae Cheol.”
“Baiklah, salam kenal. Kapan-kapan kalau kalian mau bergabung denganku dan teman-temanku, silahkan saja. Ruanganku ada di sebelah ruangan Jeong Hoon.” Kata Jin.
“Aku sedikit khawatir untuk berkenalan dengan para senior. Apalagi kau teman dari CEO perusahaan.” Lanjut Cheol.
“Kami tidak makan orang. Makanan kami masih sama dengan kalian, nasi dan kimchi. Jadi jangan khawatir!” ledek Jin tertawa.
“Ngomong-ngomong, Mi Young itu kekasih Kang Dae kan?” tanya Mina. “Maaf kalau aku salah, aku hanya mendengar gosip dari anak-anak lain sebelumnya.”
“Hahaha … kita bicarakan hal ini saat di luar saja. Tidak enak jika ada yang mendengar.” Jawab Jin. "Baiklah, sampai jumpa nanti malam." Ia pun bergegas pergi meninggalkan mereka.
– – – – –
Malam itu tiba, Hara menghadiri pesta makan malam bersama seluruh staf di kantornya. Terlihat para karyawan sudah sibuk di meja mereka sesuai dengan divisi masing-masing. Hara menikmati minumannya bersama Mina dan Cheol. Tidak lama kemudian, Jin menghampiri meja mereka. “Hey. Kalian tidak mau bergabung di meja kami? Bertiga saja tidak seru!” kata Jin.
“Tidak apa-apa. Kami disini saja.” Jawab Hara. "Duduk bersama dua orang ini saja sudah membuat meja ini seru kok."
“Ayo bergabunglah. Aku dan teman-temanku juga ingin mengetahui lebih banyak tentang kalian. Ayo, ikut aku.” Jin pun mengajak mereka ke meja lain. Ia lalu memperkenalkan teman-temannya. “Hey, kenalkan ini teman-teman kantor kita di bagian business strategy.”
“Oh hello.” Hara memberikan salam kepada teman-teman Jin.
“Halo. Namaku Kang Hae Cheol. Aku karyawan baru di perusahaan. Baru bekerja sekitar 3 bulan.” Cheol memberikan salam.
“Aku Choi Min Ah. Sudah bekerja 3 tahun di perusahaan. Salam kenal.” Lanjut Mina.
“Salam kenal. Aku Eric. Ini temanku Jung Seok, Tae Min dan Yoona.” Lanjut salah satu pria memperkenalkan dirinya dan teman-temannya.
“Kau belum memperkenalkan namamu.” Kata Yoona kepada Hara.
“Oh— maaf. Namaku Yoo Hara. Aku baru bekerja selama 1 tahun disini. Mohon kerja-samanya. ” Jawab Hara memberikan salam.
“Jangan terlalu formal seperti itu. Santai saja. Dan kalau kalian ingin makan siang bersama di kantor, kalian bisa bergabung dengan kami.” Lanjut Tae Min.
“Ayo, silahkan minum sojunya. Cheers!” Lanjut Jin mengajak mereka untuk bersulang bersama. Mereka mulai berbincang dan bercanda gurau sambil menikmati minuman dan makanan mereka.
Tidak lama kemudian, Sky dan Mi Young datang memasuki bar. Terlihat Jeong Hoon menghampiri dan menyambut mereka, lalu mengajak mereka ke sebuah meja yang terdiri dari petinggi-petinggi perusahaan lainnya.
“Oh, dia sudah datang.” Kata Jung Seok saat melihat kehadiran Sky dan Mi Young. “Kalian sadar tidak? Tubuh seksi Mi Young bertambah setelah bersama Kang Dae. Hahaha … .” Lanjutnya meledek.
“Kurasa Kang Dae memupuk dia dengan baik. Hahaha … .” Lanjut Tae Min. "Susunya pas, begitu istilahnya."
“Dasar pria hidung belang!” kata Yoona kesal. "Tidak jauh-jauh membicarakan hal seperti itu." Yoona kembali meneguk sojunya.
“Tapi kalian mengakui itu kan? Beda sekali saat dia bersama Jeong Hoon.” Lanjut Jung Seok. "Sudah kubilang pada Jeong Hoon untuk lebih rajin memupuknya, tapi tidak didengarkan! Hahaha…"
“Eh … ,” Mina terkejut saat mendengar ucapan Jung Seok. “Memangnya Mi Young pernah punya hubungan dengan Pak Lee?”
“Oh— kau tidak tahu tentang itu?” tanya Jung Seok. “Kau sudah 3 tahun bekerja, kupikir kau sudah tahu tentang itu.”
“Hahaha … ,” Jin tertawa. “Mi Young adalah mantan pacar Jeong Hoon.” Lanjutnya.
“Wah— lalu bagaimana dia bisa bersama dengan saudara sepupunya sendiri?” tanya Cheol penasaran. "Bukankah itu keterlaluan?"
“Kudengar Mi Young berselingkuh dengan Kang Dae. Tapi karena Jeong Hoon adalah pria yang sangat baik hati, dia pun tidak terlalu mempermasalahkan itu, dan hanya fokus dengan pekerjaannya.” Kata Jin menjelaskan.
“Terkadang kupikir dia sangat bodoh. Kalau aku yang menjadi Jeong Hoon, aku tidak akan membiarkan Kang Dae bekerja di perusahaan milik ayahku.” Lanjut Tae Min. "Apakah pangeran berkuda putih itu benar-benar ada? Ada! Lihat saja Jeong Hoon. Hahaha…"
“Jadi— itu benar kalau Kang Dae pindah ke Seoul karena Jeong Hoon yang memintanya?” tanya Yoona. "Pria bodoh."
“Tentu saja. Pria seperti Kang Dae mana mungkin mau tinggal di Seoul dan meninggalkan Amerika kalau bukan suatu hal yang membuatnya bersemangat? Kehidupannya di Amerika pasti lebih bebas dibandingkan disini.” Jawab Jin.
“Kalau begitu— kenapa Pak Lee mengajak Sky bekerja sama setelah tahu mantan pacarnya direbut?” tanya Mina.
“Kurasa Jeong Hoon ingin membalas dendam. Jeong Hoon itu sangat pintar, kami teman-teman sekolahnya pun sudah menebak kalau dia akan jadi penerus kerajaan keluarga Lee. Jawab Jung Seok. “Cerita mereka sangat rumit. Kupikir hidupku saja yang rumit, ternyata orang kaya juga punya cerita yang membingungkan.” Lanjutnya meledek.
"Kalau bukan Jeong Hoon yang berniat balas dendam, ya pasti Kang Dae yang melakukannya duluan. Betul kan, Jin?" kata Eric menambahkan. "Tuan Muda Lee Young Jin, kau tidak mau menghentikan Mr. Sky dari niat jahatnya? Kau tahu itu, bukan? Hahaha…"
Percakapan mereka mulai memanas. Mereka semua sudah terpengaruh dengan alkohol. "Hentikan! Kita semua sudah terlalu banyak minum soju." Yoona berusaha mengingatkan mereka.
"Tuan Muda? Lee Young Jin?" gumam Hara.
“Jadi bagaimana, Hara? Kau masih mengagumi pria yang merebut pacar orang lain itu?” bisik Mina kepada Hara.
“Kau ini apa-apaan sih.” Hara menggerutu. Ia tetap mendengarkan cerita mereka semua yang ada di meja itu dengan seksama. Sesekali melirik ke arah Sky yang ada di meja lain bersama direksi lainnya.
– – – – –
“Apa kau bisa memberikan nama lengkapnya? Kami tidak bisa mencari data yang tidak lengkap seperti itu. Begitu banyak nama Hara di data kami.” Kata salah satu polisi menjelaskan.
“Coba saja cari Yoo Hara. Lulusan dari Universitas Chung-Ang.” Kata pria itu dengan dingin.
“Ok, tunggu sebentar.” Jawab polisi itu. Ia mengecek kembali data di komputernya. “Aku tidak menemukan tempat tinggalnya, tetapi nama itu terdaftar bekerja di LK Group yang berada di Distrik Gangseo dekat—” Ucapan polisi itu terhenti karena pria itu tiba-tiba saja meninggalkan kantor polisi dengan terburu-buru. “He— hey!” polisi itu terlihat kesal. “Dasar anak jaman sekarang, tidak ada sopan santun sama sekali.” gerutunya. "Persetan dengan wajah tampanmu!"
– – – – –
“Hara, sudah hentikan jangan minum lagi!” Mina berusaha menghentikan Hara yang sudah sangat mabuk berat itu.
“Hahaha … aku senang pesta minum seperti ini. Wohooo!” Hara terlihat sangat mabuk. Ia berdiri dari kursinya. "Hey! Tuan Muda Lee Young Jin!" ia menunjuk Jin yang duduk di seberangnya.
Mereka semua sudah terlihat mabuk, tapi tidak semabuk Hara. Mereka pun terdiam dan memperhatikan Hara yang masih berdiri dengan jari telunjuk ke arah Jin.
"Tuan Muda Lee Young Jin. Hahaha… terdengar sangat tampan." Hara terlihat sempoyongan. "Tapi aku lebih menyukai kata-kata Tuan Muda Lee Kang Dae. Ah— bodohnya aku. Maaf, aku memang suka berkhayal. Hahaha…" Hara lalu berjalan sempoyongan dan meninggalkan meja itu
“He— hey! Kau mau kemana?” Mina berusaha mengejarnya.
Hara berjalan ke depan bar dan naik ke atas stage, lalu ia mulai bernyanyi tidak karuan. “Aku mengagumimu~ Oh kau tampan sekali~ Oh mengapa ini terjadi padaku~”
Seketika semua orang memperhatikan tingkah Hara di atas stage dan tertawa. Begitu pun dengan Jeong Hoon, Sky dan Mi Young, bahkan direksi-direksi lain melihat aksi Hara tersebut.
“Hara!” Mina berusaha menghentikannya, namun terlambat. Ia pun menahan malu karena semua orang sudah menertawakan Hara. Sebagian pun berteriak-teriak untuk menambah kegaduhan di bar itu.
“Aku hanya ingin~ Kau menyadari cintaku pa—” Hara tiba-tiba terjatuh. Jatuhnya cukup keras. Seketika ruangan hening, semua mata melihat kejadian itu. Beberapa orang berteriak histeris. Terlihat Jeong Hoon bergegas berdiri dari sofa. Kang Dae berhenti meneguk sojunya dan menoleh ke arah stage, Jin tetap terdiam di tempat duduknya dan melihat Hara terjatuh.
"Hara!!" teriak Mina yang berusaha menangkap tubuh Hara sebelum terjatuh ke lantai, tapi sudah terlambat. Begitu pun dengan Cheol yang sudah berlari dari meja nya dan sempat terjatuh lalu bangkit lagi untuk menuju ke atas stage.
Tidak lama Jeong Hoon berlari dengan cepat ke atas stage. “Hey—” Jeong Hoon menopang tubuh Hara.
Beberapa orang mendekati stage dan melihat keadaan Hara. “Dia mabuk berat.” “Lihat, wajahnya seperti kepiting rebus.” Terdengar beberapa orang saling berbisik. "Apa dia baik-baik saja?"
"Kepalanya bagaimana? Dia terbetur cukup keras."
"Apakah itu darah? Aku salah lihat kah?"
Seketika ruangan hening kembali berisik dengan asumsi orang-orang yang saling berbisik. Seketika mereka semua menghampiri stage dan terlihat pengap.
"Jangan berkumpul seperti ini, tidak ada oksigen! Kembali ke meja kalian masing-masing. Cepat!" Jeong Hoon berteriak memberikan peringatan pada karyawan-karyawannya itu. Sontak kumpulan manusia itu pun terpecah belah ke meja mereka masing-masing.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
