Deskripsi

“Gila! Tahap kedua lo juga lolo? Demi apa? Serius nih?” tanya Alvin, raut wajah terkejut terlihat jelas karena Krystal berhasil lolos pada ujian tahap kedua. Benar-benar mengesankan dan diluar dugaannya. “Gue penasaran gimana lo bisa lolos? Lo pake ilmu hitam apaan?”

❀❀❀

Alvin berkali-kali membaca monitor yang ada di hadapannya, dia masih percaya ketika melihat nama Krystal  lagi-lagi berhasil lolos. Tes tahap kedua hanya sampai pukul tidak sore dan sama seperti sebelumnya, hasil dari tes tahap kedua langsung diumumkan. Alvin menoleh pada Krystal, artinya sahabatnya itu berhasil masuk ke tahap terkahir.

“Gila! Tahap kedua lo juga lolo? Demi apa? Serius nih?” tanya Alvin, raut wajah terkejut terlihat jelas karena Krystal berhasil lolos pada ujian tahap kedua. Benar-benar mengesankan dan diluar dugaannya. “Gue penasaran gimana lo bisa lolos? Lo pake ilmu hitam apaan?”

Selepas seleksi tahap kedua tadi, Krystal langsung menghubungi Alvin yang kebetulan juga sudah selesai bekerja. Alvin langsung datang menjemputnya dan menemaninya sampai hasil pengumuman keluar. Setelah itu mereka berdua langsung pergi ke rumah makan pinggir jalan untuk mengisi perut. Karena uang mereka terbatas dan hanya cukup untuk membeli makanan yang harganya terjangkau.

“Heh! Gue bisa lulus karena usaha gue sendiri tau.” tanya Krystal sebelum memasukan nasi ke dalam mulutnya.

“Gue kira lo ngedipin panitia sampe mau muntah.” canda Alvin.

“Heh! Kedipan mata gue ini mahal tau.” sahut Krystal.

“Idih! Siapa yang bilang? Kalo lo ngedip serem mirip Annabell.”

“Si anjir!”

“Terus gimana ceritanya lo bisa lolos?” tanya Alvin benar-benar penasaran.

“Oh, itu. Buat yang satu ini gue bener-bener melakukannya dengan serius dan bersungguh-sungguh. Gue nggak mau usaha gue di tahap awal jadi sia-sia. Makanya gue berusaha sebisa mungkin buat lolos di tahap kedua.” ujar Krystal karena merasa membutuhkan uang lebih untuk pemasukannya.

“Gue terharu. Ternyata otak cemplang lo bisa mikir sampai sejauh itu juga. Gue senang dengarnya.” Alvin mengejek dan juga memuji Krystal di saat bersamaan. “I’m so proud of you, Krys.”

Krystal hampir tersedak makanannya, dia memandang Alvin dengan jijik. “Geli banget lo ngomong kaya gitu. Mulut kampung sok-sokan ngomong Inggris.”

 “Sialan!” umpat Alvin. “Harusnya lo yang sadar. Muka bule, mulut kampungan.”

“Ya Allah! Pengen bales ngomong kasar tapi nggak cocok dengan sikap gue yang lemah lembut ini.”  Balas Krystal dengan menekan setiap kalimatnya.

“Kampret! Eh, tapi sumpah. Gue beneran nggak nyangka aja lo bisa lolos sama tes yang susah kaya gini. Gimana nanti ya kalo lo udah beneran lulus kuliah.” 

“Jangan ngeremehin gue babitupai! Gini-gini otak gue bisa dipake. Last minute tapinya.” Krystal kembali memasukan nasi ke dalam mulutnya, tes kedua menurutnya benar-benar menguras tenaga. “Lo tau nggak.”

“Apa?”

“Gue nggak berasa kaya lagi interview jadi baby sitter. Tapi berasa kaya gini ikut tes pegawai negeri sipil mix audisi idol.” candanya.

“Kenapa begitu?” Alvin mengerutkan keningnya.

“Tes tahap kedua gue disuruh nyanyi sambil masak sama ngurus bayi! Lo bayangin aja, dalam satu waktu gue harus jadi orang yang multitasking.”

Alvin langsung menyemburkan minumannya diiringi dengan suara tawa yang sangat keras. “Sebentar gue bayangin dulu.”

“Nggak usah dibayangin! Lo pasti bayanginnya gue pake daster kaya babu!”

“Hahaha … kok tebakan lo bener.”

“Rese lo, Al!”

Bisa dibilang tes tahap kedua adalah tes bakat atau bisa dibilang kemampuan diri. Pada seleksi tahap awal banyak yang tidak lolos. Hanya sekitar lima puluh orang saja. Karena tahapan pertama benar-benar pengetahuan umum yang bisa membuat otak semakin keriting. Lalu tes tahap kedua adalah cara mengurus bayi, memasak dan bernyanyi.

Sebisa mungkin Krystal mengingat bagaimana cara mengurus anak kecil. Pertama, mulai dari menggantikan popok, memandikan hingga meninabobokan sang bayi. Untung saja dulu Mama Callista tidak sepenuhnya merawat Lewis, adiknya dengan pengasuh. Jadi sesekali Krystal membantu ibunya untuk menjaga dan mengurus Lewis. Meski  dulu orang tuanya memiliki segalanya tapi untuk mengurusi anak, namun orang tuanya tidak pernah menggunakan jasa baby sitter untuk mengurus anak-anak mereka. Jadi, ada keuntungannya juga ternyata saat itu dan dia merasa hal yang dilakukannya itu ternyata tidak sia-sia. Buktinya bisa terpakai juga untuk mencari pekerjaan.

Kedua, keterampilan bermain musik atau bernyanyi. Jujur saja Krystal tidak bisa memainkan musik, alat musik yang pernah dipegangnya hanya gitar betot milik Minul. Main musik tidak bisa, apalagi bernyanyi. Suaranya hancur seperti kaleng pecah. Dia berpikir keras apa yang harus dilakukannya sampai tidak terasa namanya sudah dipanggil. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Krystal menurunkan harga dirinya, dia menyanyikan balonku ada lima sambil bergoyang-goyang seperti kelinci kesetanan. 

Selanjutnya para panitia menyuruh peserta untuk memasak dan yang bisa dibuat Krystal hanya membuat masakan sederhana khas rumah. Tidak sampai di sana, masakannya dicicipi langsung oleh sang CEO Eldridge Group. Tanpa diketahui para peserta, ternyata dari awal seleksi pemilik Eldridge Group sudah melihat siapa saja yang melamar sebagai baby sitter untuk anaknya. Di saat itu juga untuk pertama kalinya Krystal melihat pria seusia ayahnya masih terlihat tampan. Keterkejutan Krystal tidak hanya itu saja, CEO Eldridge Group bahkan meminta masakan Krystal untuk dibungkus sebelum keluar dari ruangan. Pria paruh baya itu tersenyum ramah padanya dan mengatakan kalau masakan Krystal enak.

Walaupun begitu Krystal sendiri merasa tidak yakin kalau bisa lolos untuk masuk ke tahap terakhir. Karena sistem seleksi ini adalah sistem gugur. Krystal kembali menyantap makanannya yang sudah tinggal sediki. Kalau saja tes pada tahap kedua Krystal tahu akan lebih banyak mengeluarkan tenaga dan mentalnya. Pasti Krystal mengisi banyak asupan agar tidak kelelahan seperti sekarang. Ternyata mencari uang itu memang tidak semudah yang dibayangkannya.

“Gue nggak sangka juga sih sebenarnya di tahap kedua buat tes yang kaya gitu dan lo berhasil lolos.”

“Bener, gue kira aja nggak lolos. Apalagi waktu gue disuruh nyanyi, demi apapun insecure gue.” Krystal menarik napas panjang.

“Tapi kayanya mereka nggak lihat dari situ kalo menurut gue.”

“Kenapa?”

“Lo jadi pengasuh anak kecil, itu artinya lo harus cakap dibidang itu. Maksud gue penilaian itu ketika lo disuruh ngurus anak kecil. Itu nggak gampang menurut gue, Krys. Tapi lo bisa karena gue tau dulu lo sering jaga Lewis kalau Tante Callista lagi pergi dan yang bisa bikin makanan Lewis cuma lo sebagai kakaknya dia. Secara nggak langsung juga Tante Callista buat ngajarin lo cara ngurus anak. Nyokap lo emang ibu ter-the best kalo urusan beginian.”

Krystal tersenyum tipis, dia menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Alvin. “Lo baru sadar? Hellow Alvin sang babitupai, kemana aja lo? Dasar otak SUKIRNO!” Krystal menekan nada suaranya.

“Sukirno?” Alvin mengerutkan keningnya.

“Suka Mikir Porno!”

“Kampret!” Mata cokelat Alvin mendelik tajam ke arah Krystal.

“Tapi gue masih bingung sama kepala keluarga Eldridge yang minta makanan gue dibawa pulang buat apa?”

“Mungkin itu dijadiin tester buat dikasih ke anaknya. Makanan lo cocok atau nggak di lidah Pangeran Eldridge.”

“Bisa jadi. Itu juga makanan kesukaannya Lewis.” Krystal jadi rindu dengan adik kecilnya. Mungkin sekarang bocah itu sudah masuk sekolah dasar.

“Berarti tinggal seleksi tahap terakhir ya. Lo udah ada persiapan belum?” tanya Alvin sambil menyeruput es teh manis.

Helaan napas panjang keluar dari bibir mungil Krystal. “Belum ada. Rasanya gue mau kibarin bendera putih deh,” ujarnya putus asa. “Gue capek, Al. Pagi gue harus ikut tes dan malam gue harus ngerjain tugas kuliah, belum lagi kalau ada panggilan dari mini market tempat kerja paruh waktu gue manggil gue.”

Alvin menepuk-nepuk pelan kepala Krystal. “Tadi lo bilang mau serius sama seleksi tes ini, sekarang malahan lo mau nyerah.” Tangannya menoyor kepala Krystal berkali-kali. “Nggak ada pendirian lo!” 

“Anjir tangan lo! Bisa bego gue nanti!” Krystal menepis tangan Alvin.

“Emang lo udah bego! Tinggal sekali lagi pake bilang nyerah sekarang. Inget uang kuliah sama kontrakan.” Alvin mencoba untuk mengingatkan kembali sahabatnya itu. “Jual diri nggak laku. Jual ginjal juga nggak bisa, ginjal lo berdebu.”

“Sialan!”

“Ya udah, jangan nyerah gitu aja.” Alvin memberikan semangat pada sahabatnya.

“Gue kaya orang dongo, ikut seleksi kaya ginian. Gue tau kalau gaji gede dan menggiurkan banget, tapi kenapa harus ikutan seleksi yang nggak jelas.” Krystal mengeluarkan keluh kesahnya. “Bukannnya gue nggak bersyukur.”

“Emang lo dongo. Lo ngapain sih dipikirin? Nggak usah ngeluh, jalanin aja dengan ikhlas. Nanti gue coba bantu cari tau buat tes tahap terakhirnya.”

“Gimana caranya?” tanya Krystal dengan penasaran.

Alvin menyeringai ketika dia melihat Krystal yang penasaran mengenai tes tahap terakhir. “Gue punya banyak koneksi sekaligus informasi yang tepat dan akurat. Lo tenang aja, besok sebelum lo berangkat gue bakalan kasih tau ke lo. Sekarang nikmatin dulu makanan lo. Makan yang banyak biar lo gendut kaya babi.”

“Lo tuh babitupai!”

Alvin terbahak keras, berusaha menghindari pukulan yang dilayangkan Krystal.

“Al, gue jual diri aja kali ya?” Krystal meracau tidak jelas lagi.

Alvin mendesah pelan sebelum mengeluarkan isi kepalanya. “Hah? Emang apanya yang mau lo jual? Ngaca dong. Lo bukan cewek yang PANDE DI DAPUR.”

“Gue bisa masak kok.” sahut Krystal.

“Maksud gue Pantat Gede Dada Siap Tempur. Badan lo itu krempeng, nggak ada menarik-menariknya udah kaya triplek. Sadar diri dong, Krys! Harus gue ingetin lo berapa kali.” Alvin masih berujar santai mengeluarkan isi kepalanya berisi makian untuk Krystal. Pria itu bahkan tidak sadar kalau sudah menyiramkan bensin ke api yang kecil. “Sama satu lagi, lo bukan tipe cewek Macan Tutul.”

“Macan tutul?” Krystal masih menahan dirinya, mendengarkan kalimat yang akan keluar dari mulut busuk Alvin.

“Manis cantik kalau jalan pantat mental-mentul.”

“Brengsek!” teriaknya kesal, tanpa rasa ampun Krystal langsung menjambak rambut pria itu. “Dasar babitupai sialan! Perjaka tua! Mati aja lo!!!”

“Ah!!! Sakit! Lepasin, Krys!” pekik Alvin.

“Mati lo!”

“Krys, ampun! Kepala gue bisa copot nanti. Aduh, mampus deh gue!”

Mereka berdua akhirnya menjadi bahan tontonan orang-orang yang melihatnya. Sedangkan para pengunjung hanya bisa menghela napas panjang, karena hal ini sudah sering terjadi. “Dasar anak muda jaman sekarang.”

✾✾✾

Krystal hanya bisa melongo tidak percaya saat dirinya berada di sebuah rumah mewah yang berada di kawasan elit. Tadi saat Krystal masih berada di dalam kelas, tiba-tiba ada panggilan dari nomor dikenal, Krystal kira kalau itu adalah nomor rentenir atau pinjol. Jadi Krystal mengabaikan panggil itu, namun saat sedang berada di dalam perjalanan pulang menuju kontrakannya, tiba-tiba saja beberapa orang berpakaian rapi lengkap dengan mobil sedang mewah keluaran terbaru menghadangnya di tengah jalan. 

Krystal kira dirinya akan diculik dan di jual oleh orang-orang itu. Ternyata mereka adalah orang-orang suruhan dari Eldridge Group. Hari ini lagi-lagi dia datang ke tempat ini tanpa persiapan apapun kecuali cemilan yang tadi diberikan Alvin sebelum berangkat kuliah. Krystal bingung karena Alvin tiba-tiba memberikannya roti keju, cokelat almond dan susu stroberi. Tidak hanya itu Alvin malah sampai membelikan Krystal parfum aroma vanilla kesukaannya.

Lamunan Krystal buyar saat mendengar suara dari panitia penyelenggara meminta mereka untuk masuk ke dalam ruang tunggu. 

“Untuk yang seleksi tahap terakhir kalian semua akan dipilih langsung oleh Nyonya Besar dan Tuan Muda. Kalian akan kami bawa ke ruangan mereka. Tapi sebelum itu kami harus menutup mata kalian terlebih dahulu.” kata salah satu panitia penyelenggara.

Hah? What the hell! Fix ini adalah penipuan. Mereka semua adalah mafia perempuan!’ Batin Krystal mulai curiga. Matanya masih memperhatikan orang-orang, dia merasa aneh dengan tes tahap terakhir. Kenapa matanya harus di tutup? Memangnya siapa Eldridge? Apakah pewaris keluarga Eldridge itu buruk rupa seperti titisan genderuwo? 

“Kenapa kalian harus menutup mata kami?” tanya Krystal penasaran.

“Kami melakukan ini seusai dengan prosedur dan juga ini demi keselamatan Tuan Muda. Karena Tuan Besar dan Nyonya besar yang memerintahkan secara langsung.” kata seseorang berjas formal dan memiliki tanda pengenal Steven Trayton.

“Jangan-jangan ini adalah penipuan dan kalian adalah gangster yang dikejar oleh BND, CIA, MI-6 atau BIN.” ujar Krystal dan membuat keempat kandidat lain ikut merasa ketakutan.

“Nona, jika anda merasa keberatan dan malah membuat keributan yang tidak mendasar dalam seleksi ini. Silakan anda keluar.” ujar Steven.

“Ah, maaf. Bukan begitu, saya hanya sedikit penasaran. Kenapa kalian sampai melakukan ini hanya untuk mencari baby sitter.” Krystal mendesah pelan. Benar-benar seperti sebuah lelucon untuknya.

“Kami melakukan ini demi kesalamatan Tuan Muda. Kami harap anda bisa mengerti dan memaklumi situasi ini.”

“Oh, oke.” Krystal hanya bisa pasrah.

Tidak lama kemudian, para panitia penyelenggara mulai menutup mata para peserta yang tersisa dan mereka dipersilahkan untuk masuk satu persatu ke dalam ruangan. Krystal merasa gelisah dan penasaran. Kenapa sampai seperti ini? Apa jangan-jangan bayi yang nanti akan diasuh nya adalah anak iblis sampai-sampai harus ditutup seperti ini? Semoga saja bukan. Krystal mendengar kalau ketiga kandidat tidak dipilih dan sekarang adalah gilirannya yang terakhir untuk masuk.

“Tenanglah Krystal. Dia bukan bayi iblis atau anak gendoruwo.” gumamnya pelan sambil berdoa di dalam hati.

“Nona Krystal Earl Malvia, silahkan masuk. Sekarang giliran anda.” kata seseorang sambil menuntun Krystal masuk ke dalam sebuah ruangan.

Krystal mendengar suara seorang wanita menyapanya dengan sangat lembut masuk ke dalam indra pendengarannya. Kenapa di saat situasi seperti Krystal malah rindu dengan Mama Callista, padahal baru kemarin menghubunginya. Fokus, Krystal harus fokus demi mendapatkan pekerjaan ini.

“Selamat siang.” sapa wanita yang tidak diketahui oleh Krystal.

“Selamat siang,” Krystal membalas sapaan itu dengan kikuk, apalagi sekarang matanya sedang tertutup rapat. Dia saja tidak tahu dimana posisi wanita paruh baya itu.

“Perkenalkan namaku Isabella Eldridge. Namamu siapa?” tanya wanita yang ternyata adalah istri dari pemilik Eldridge Group.

“Namaku Krystal. Salam kenal, Nyonya Eldridge.” Krystal menjawab sesopan mungkin.

“Kamu punya nama yang bagus. Bisa kamu tunggu sebentar, Krystal. Aku akan bertanya kepada putraku. Apa dia setuju kalau kamu yang menjadi pengasuhnya. Karena putraku agak sulit berdekatan dengan orang asing. Maaf atas ketidaknyamanan karena kami menutup matamu.”

“Tidak apa-apa.” Krystal menganggukan kepalanya. Sayup-sayup Krystal mendengar suara Isabella bagaimana membujuk anaknya untuk melihat orang yang nantinya akan menjadi pengasuhnya. 

“Kenapa cari baby sitter kaya cari calon istri. Aneh banget, tapi siapa tau aja mereka punya anak sulung yang tiba-tiba jatuh cinta sama gue kaya disinetron. Oke otak gue mulai ngaco.” gumamnya tidak jelas.

“Ayo, sayang. Di lihat dulu sebentar, Kakak itu cantik dan baik. Dia bukan orang jahat, sayang.” Isabella membujuk anaknya dengan nada suara lembut.

Krystal semakin teringat Mama Callista yang lembut dan sabar. Wanita yang selama ini menjadi panutannya. Setelah ini selesai mau diterima atau tidak, Krystal akan menghubungi keluarganya lagi. Saat sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Krystal terkejut karena merasakan ada seseorang yang menggenggam tangannya. Tapi tunggu dulu, seperti ada yang aneh. Sejak kapan tangan anak kecil terasa sangat besar dan hangat?

“Mah, kakak ini wanginya manis.”

Terdengar suara girang yang seperti anak kecil. Krystal merasa aneh. Kenapa suaranya justru seperti seorang pria dewasa? Bukan suara anak kecil.

“Mah, Randy boleh ajak main kakak ini? Boleh ya, Mah.” 

“Randy suka sama kakak ini?” tanya Isabella sekali lagi.

“Suka!” seru orang yang bernama Randy.

Krystal tertegun mendengar suara baritone yang kekanakan. Astaga! Apa ini maksudnya? Apa dia akan dijual ke om-om mesum? Demi apa Krystal mau di jual? Jangan jual Krystal, dia masih perawan dan ingin membina rumah tangga dengan pria muda yang tampan. Kalau pria itu kaya dan harta berlimpah berarti itu bonus untuknya. Krystal hanya bisa merapalkan doa dalam hati.

Krystal merasa seseorang melepaskan pembuka matanya, sontak saja dia membelalakan matanya. Apalagi di hadapannya sekarang berdiri seorang pria dewasa berwajah tampan. Dia bertubuh tinggi, atletis dan memiliki hidung mancung. Rahang tegas, mata biru yang indah dan rambut hitam agak panjang dibiarkan acak-acakan. Dan juga membawa boneka teddy bear...!!!

Damn! Teddy Bear! Are you kidding?! But he’s so cute and hot. Gusti nu agung!’ Krystal berdeham pelan. “Kamu siapa?” tanyanya dengan raut wajah bingung. ‘Ganteng banget sumpah! Aduh, gue mau pingsan. Mimisan nggak ya gue? Rasanya mau meninggal! Jangan meleyot di sini.’ batinnya meracau tidak jelas.

Pria itu memiringkan kepalanya memandang Krystal dengan tatapan polos layaknya seorang anak kecil. Kalau dalam keadaan biasa saja, mungkin Krystal akan gemas dengan pria itu. Tapi sekarang dia harus menjaga sikap bar-barnya dulu.

“Kakak, boleh Randy minta cemilan?” Tatapan mata Randy jatuh pada tas ransel yang digenggam Krystal.

Buset? Tadi dia manggil gue apaan? Kakak? Tunggu dulu bentar! Ada apaan sih ini? Gue lagi nggak masuk reality show kan? Ini bukan prank ‘kan?’ Krystal celingkuk ke kanan dan ke kiri mencari kamera tersembunyi namun tidak ada. Matanya kembali menatap pria itu lagi masih dengan menatap tidak percaya. Lalu matanya beralih pada sosok Isabella yang tersenyum sambil menganggukan kepalanya. ‘Jangan bilang gue di suruh ngasuh cowok cakep ini! Ya Allah, ini pasti mimpi. Mama, dedek nggak kuat disuruh ngasuh ginian!

❀❀❀

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Dua
3
2
Tidak ada yang tahu rencana Tuhan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan