Teman Juang #CeritadanRasaIndomie

12
3
Deskripsi

#CeritadanRasaIndomie.

Malam yang cerah dengan penuh kenikmatan yang diberikan Tuhan aku terus berpikir apa yang akan kulakukan saat matahari esok mulai datang. Istri butuh nafkah anak perlu makan tak mungkin Tuhan menyia-nyiakan perjuangan seorang hamba yang sedang dalam kesulitan.

"Pengangguran", aku terbiasa bersama kopi dan rokok sebatang sebagai persiapan untuk bergadang namun itu tak cukup karena kampung tengah melakukan perlawanan bersamaan dengan otak kanan agar mencari santapan. Mata mulai liar melihat sekitar dan kebetulan terfokus pada benda yang tak bertulang, praktis dan instan, Indomie kari ayam menjadi sasaran untuk menghindari kelaparan. Ya, sepertinya sangat cocoknya untuk menjadi teman malam.

Tak butuh waktu lama, Indomie kari ayam siap jadi santapan, "nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan". Tercipta dari tangan-tangan yang hebat, ide yang kreatif agar dapat tempat di hati masyarakat Indomie hadir dengan harga yang tepat. Perut kenyang hati senang otakpun tenang, usai makan aku menyiapkan lamaran pekerjaan meski sudah larut malam karena sejatinya perjuangan seorang ayah takkan berhenti hingga namanya tertulis dibatu nisan.

Pagi menjelang persiapan sudah lengkap aku bergegas hendak ke alamat yang tertulis dilamaran namun istri memberikan isyarat agar menyantap Indomie goreng sebelum berangkat. Selama perjalanan aku berharap agar perusahaan tertarik dengan CV-ku, setidaknya terpanggil untuk diwawancarai sudah cukup membuat hati senang dan sedikit memberi harapan, mungkin kandidat yang lain merasa tak terkalahkan namun terkadang pemenang itu ada orang dalam.

Lamaranku diterima oleh pak satpam tapi aku tak langsung pulang, biasa duduk termenung disalah satu sudut ruang tempat orang kesepian, jam sudah menunjukan pukul 1 siang perut mulai keroncongan ku ambil bekal tiba-tiba terlintas dipikiran sepertinya pop mie dengan harga 5000-an cocok menjadi teman makan siang.

"Yah, nanti kalo udah dapat kerja, udah dapat rejeki kita jalan-jalan, naik odong-odong ya" ucap anakku polos sebelum aku berangkat tadi dan ku jawab dengan senyuman seraya berkata "aamiin,,, doa kan ayah ya, biar cepat dapat rejeki bisa ngajak kakak jalan-jalan". Permintaan yang sangat,,, sangat sederhana, bukan tidak mampu mengajak anak sekedar jalan-jalan kemudian naik odong-odong, tapi masalahnya tidak sesederhana itu dan ayah tidak bisa menjelaskannya sekarang, yang hanya perlu kau tau tugas seorang ayah berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Susah sakit perih kelaparan cukup ayah yang merasakannya diluar sana, dan asal kamu tau ayah juga ingin membelikan makanan kesukaan mu atau balon favorit mu saat pulang kerumah tapi maaf untuk saat ini belum bisa. Nanti pada masanya kamu juga akan mengerti.

Hari mulai petang, aku harus pulang karena keluarga pasti menunggu dirumah terlebih anakku yang selalu menyambut dengan senyuman saat aku datang. "Ayah pulang, Adeeek ayah pulaang" teriak sikakak mengabari kedatanganku pada adiknya. "Ayah puwaangg, endong yah, endong" siadik yang belum lancar bicara datang memeluk dan minta gendong saat aku pulang.

"Gimana, aman?" Tanya ibu anak-anak sambil memberikan air minum.

"Aman, tadi titip sama satpam nanti dikabari" jawabku.

Aku merebahkan diri untuk melepas penat. "Maaf hari ini tidak dapat apa-apa" ujar ku dalam hati. 

"Ayah makan dulu nasi udah disiapkan" ternyata istriku sudah menyiapkan nasi dan Indomie kari ayam untuk disantap.

"Ayah kakak mau mie juga, Adek juga katanya" pinta sikakak dan adik yang datang menghampiri. 

"Ayok sini kita makan sama-sama" jawabku.

"Ayah tadi makan dimana, ayah kerjanya jauh?" Tanya sikakak sambil makan Indomie yang kuberikan. Sementara si adik sedang menikmati makanannya.

"Iya, ayah kerjanya jauh, tadi ayah makannya di masjid selesai shalat Dzuhur" jawabku. 

"Kakak makannya udah baca doa, berdoa dulu, ayok kita doa, Adek ikut juga" anak-anak kami sedang dalam bimbingan agar berdoa sebelum makan.

Usai membaca doa makan sikakak meneruskannya "semoga besok ayah banyak-banyak dapat rejeki, beli balon ya yah, naik odong-odong, jalan-jalan"

"Aamiin"

Tak terasa mata berlinang mendengar doanya, "terimakasih ya nak, semoga doamu di ijabah yang maha kuasa" ucapku dalam hati.

menjelang malam, aku mengajak anak-anak berbincang agar kemampuan bicaranya cepat berkembang, apalagi sikakak yang sedang aktifnya bicara tentang apa yang dilakukannya seharian bersama adik dan teman-teman.

"Yah,,,, ni ada lowongan kerja, coba masukin lamaran" tiba-tiba istriku mendekat sambil memberi alamat perusahaan tersebut.

"Besok diketik surat lamarannya, malam ini siapkan yang ada aja dulu" jawabku.

Beruntung aku punya istri yang sabar dan pengertian tentang masalah ekonomi keluarga. 

Malam mulai larut, perlahan hujan mulai turun, anak-anak sudah tidur demikian juga istri ku, sepertinya kecapekan karena beres-beres rumah seharian dan mengurusi anak-anak yang sedang aktifnya bermain.

Ku seduh kopi, ku raih rokok sebatang, malam ini sepertinya tak tenang karena hujan dan angin kencang, pikiran ku mulai menerawang tak tau arah dan tujuan, mungkin Tuhan sedang memberi cobaan agar mental kuat dimasa mendatang. Sekilas teringat doa yang diucapkan sikakak dan aku yakin Tuhan mendengarkan. 

Hujan semakin deras menambah dinginnya suasana malam, Indomie soto Medan menjadi pilihan untuk menemani sang malam yang terasa panjang. Bumbu soto medan yang khas kuliner Sumatera Utara membuat candu yang berujung rindu.

"Ayah belum tidur?" Tanya istri ku yang terbangun karena mencium aroma khas Indomie soto medan.

"Belum, ibu mau mie?" Jawabku sambil menawarkan mie masakanku.

"Boleh lah, cicipin mie masakan ayah". Akhirnya istri ku ikut merasakan nikmatnya masakan Indomie ku.

Selesai makan Indomie kami berbincang sembari menunggu kantuk. "Maaf ya buk hari ini nggak dapat apa-apa, ayah belum dapat rezeki untuk keluarga kita" ucapku.

"Iya nggak apa-apa, yang pentingkan ada usaha untuk mencari rezeki, ikhtiar dan berdoa" jawabnya.

Aku tersenyum dan berbisik dalam hati "Terimakasih Tuhan telah menempatkan bidadari di sisiku".

Tak terasa sudah dini hari, tanpa disadari istri sudah terlelap dibuai mimpi-mimpi yang penuh misteri. Tapi aku belum juga merasakan kantuk mungkin karena kopi tadi. Dibawah rintik-rintik hujan suasana semakin mencekam dikeheningan malam, diantara doa dan harapan aku bersimpuh pada-Mu Tuhan kuatkan lah aku menerima cobaan.

Usai berdoa aku melangkah ke dapur tak sengaja memandang Indomie goreng rendang selera pun datang untuk menikmatinya. Bumbu rendang goreng sapinya mencerminkan cita rasa khas dari masakan Minang, diolah dengan rempah-rempah berkualitas yang kaya akan rasa menjadikan setiap gigitannya istimewa. Selesai makan kantuk pun datang mungkin karena kekenyangan, aku harap malam ini dapat tertidur tenang.

***

Hari-hari dilalui dengan memotivasi diri sendiri agar akal dan pikiran tetap waras dan sehat, namun terkadang pikiran membuntu tak tau kemana harus mengadu apalagi dengan penghasilan yang tak menentu, tapi aku sadar aku masih punya bahu yang kuat. Kemewahan dunia ini seperti majikan dengan manusianya sebagai babu sebab itu aku selalu berusaha untuk tidak melupakan akhirat. Sebagai orang yang menganut satu kepercayaan aku yakin janji Tuhan itu nyata dan tepat.

Ponselku berdering tanda panggilan masuk.

"Halo, benar ini dengan saudara Mulki" tanya seorang penelpon

"Ya benar" jawabku.

"Kami dari perusahaan ... ingin mengundang saudara untuk melakukan interview" penelpon tersebut menjelaskan tentang interview, jadwal dan serangakaian test lainnya. Paginya aku berangkat lebih awal agar tidak telat untuk mengikuti tes yang dijelaskan kemarin. Singkat cerita aku diterima bekerja sebagai marketing atau bagian penjualan area luar kota.

Bekerja sebagai "marketing" cukup membuat ku kewalahan menghadapinya apa lagi tidak punya pengalaman diposisi itu sebelumnya, ditempatkan di luar kota, jarak dan waktu memisahkan keluarga hanya berkabar melalui ponsel genggam, pergi pagi pulang malam jadi keseharian yang sangat melelahkan, tidak ada lagi teriakan si kakak memanggil adik ketika aku pulang, tidak ada lagi sambutan senyum dan pelukan si adik sambil meminta gendong, hanya istri yang tetap setia menunggu hingga aku sampai dirumah.

"Assalamualaikum buk, bukain pintu" aku mengetuk pintu rumah pelan-pelan agar tidak membangunkan anak-anak 

"Waalaikumsalam, Iya sebentar yah" ibu bergegas mengambil kunci untuk membuka pintu.

"Ayah mandi pake air hangat ya, ibu siapin dulu" lanjut ibu.

"Oke. Tadi dijalan kehujanan, terus knalpot patah karena masuk lobang untung aja nggak terpental" ujar ku.

"Yang penting selamat sampai rumah, anak-anak nanyain ayah melulu dari sore, 'ayah mana Bu, ayah kok lama pulangnya?, kakakkan mau jalan-jalan sama ayah'," ucap ibu menirukan kata-kata si kakak.

Sejak mendapatkan pekerjaan itu aku berangkat sebelum mereka bangun tidur dan pulang setelah mereka tertidur. Aku jadi rindu bermain dan mendengar tawa canda anak-anak yang kata orang dapat melepaskan penat saat melihat mereka tertawa bahagia.

Musim berganti waktu berlalu hanya tiga Minggu bekerja pada perusahaan itu, karena aku mendapat tawaran pekerjaan baru. Setelah malakukan tes pada hari yang ditentukan esoknya melalui pesan singkat pihak perusahaan menyampaikan penerimaan ku diundur untuk jadwal yang tidak ditentukan, perasaan bingung, sedih, dan kecewa bercampur aduk menjadi satu, mungkin mantra ku belum cukup kuat untuk menjadi anggota baru atau harus ada peran sang rupiah sebagai penentu?.

"Maaf nak, sepertinya ayah belum bisa membelikan makanan favorit mu saat pulang" ucapku dalam hati. Tak terasa air mata menetes, ku usap secepat mungkin mencoba tegar dengan keadaan, terima kasih Tuhan telah menyadarkan bahwa air mataku tak seharusnya jatuh ke tanah. 

Tak perlu menunggu waktu yang lama kesedihan itu diganti oleh yang maha kuasa, sehari setelah pemberitahuan tersebut aku mendapat panggilan interview dari perusahaan lainnya, "mungkin ini berkat doa anak" gumamku. Aku mulai mengikuti tes dan berharap kejadian yang sebelumnya jangan terulang. Ada harapan dibalik doa sikakak, ada masa depan dalam pelukan si adik, dan ada keberhasilan dari sabarnya sang istri.

"Adekkk..... Ayah pulang, jalan-jalan yah, keliling" sikakak berlari menghampiriku saat pulang kerja.

"Ayah ndong,,, Ikut....ikut....ikuuttt yahhh" pinta adik.

"Jangan jauh-jauh, ayah capek baru pulang kerja" ujar si ibu mengingatkan kami.

"Oke buk, jangan lupa masak Indomie kari ayam ya buk" teriak ku.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Tentang "Different" Bag II
3
0
Jangan lupa baca yang sebelumnya tentang Different Bag Iโ€ฆ
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan