
Kisah ini bermula ketika keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi namun ada kontra diantara keluarga dan orang-orang terdekat.
Mungkinkah keluarga miskin sepertiku bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi? Apa lagi didaerah ku "mindset" anak-anak kuliah hanya untuk orang-orang kaya.
Selalu ada hikmah dibalik kisah. Semoga cerita ini tidak membosankan dan semoga banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini.
Terima kasih yang sudah membaca, support dan dukungan kalian...
Dua minggu ku nikmati hidup dengan jiwa yang terlantar, bisa makan sekali sehari saja sudah cukup membuat ku bahagia. Tidur nyenyak pun aku sempat lupa bagaimana caranya. Yang ku tahu hanya mencari cara untuk bertahan melanjutkan hari esok.
Rezeki memang tidak berpintu, aku cukup sering ditraktir makan oleh bang Hendri saat menemaninya jaga warnet dimalam hari. Tak jarang juga aku singgah ke warung nasi tempat temanku bekerja agar bisa makan gratis, usai menolongnya beres-beres biasanya ditawari untuk makan dan tak mungkin berbasa basi lagi karena tubuh butuh tenaga untuk esok hari. Pernah suatu hari aku belum makan sedikit pun, ingin singgah ketempat warung nasi teman bekerja sudah malu rasanya karena keseringan, sedangkan ditempat bang Hendri terkadang dia juga mengeluh soal ekonominya, terpaksa aku makan diam-diam saat malam hari di tempat Komeng tinggal. Ya, malam itu pukul 2dini hari, mataku tak bisa terpejam sama sekali karena kelaparan akhirnya aku putuskan kedapur untuk mencari nasi tanpa sepengetahuan orang-orang dirumah itu. Entah halal atau haram aku tak pedulikan itu lagi yang ku tahu saat itu aku sudah izin secara diam-diam dengan empunya rumah.
***
Menempuh 2jam perjalanan dengan sepeda motor Komeng akhirnya kami sampai di desa, Komeng langsung balik setelah mengantar ku ke rumah. Sedangkan aku masuk kedalam rumah dan menyalami tangan kedua orang tua. Ku letakkan barang bawaan yang mana isinya hanya pakaian kumuh yang tidak dicuci selama satu minggu. Begitulah aku pulang ke desa tak ada cerita membawa oleh-oleh sanjai khas Bukittinggi karena aku pergi bukan untuk bertamasya.
Malam hari saat selesai makan aku mulai cerita kepada orang tua ku.
"Mul udah nggak tinggal ditempat bang Buyung lagi yah," kata ku memulai pembicaraan.
"Jadi sekarang tinggal dimana?," Tanya ayah.
"Udah 2minggu ini numpang tempat Komeng. Tapi nggak bisa lebih lama lagi, Abang iparnya keberatan," jawabku.
"Minggu kemaren dia udah nyuruh cepat-cepat untuk cari kos-kosan, tapi nggak bisa uang nggak ada," lanjutku menjawab.
"Kira-kira berapa biaya kos sebulan disana?".
"Sekitar 100ribuan lah yah, tapi kabarnya ada yang dibawah itu," jawabku.
"Ya udah, nanti pas balik ayah usahakan cari uang untuk kos, yang penting jangan kehilangan fokus untuk belajar" kata ayah.
Ku perhatikan wajah ayah sedikit murung dan berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan uang agar aku punya tempat tinggal yang baik dan tidak terlantar. Aku sendiri berpikir mustahil mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu yang singkat ini.
"Sabar-sabar lah dulu nak, mudah-mudahan besok ada rezeki kita, yang penting kita berusaha dulu," ujar ibu menenangkan batinku.
Ibu sendiri terlihat sedih dan bingung kemana harus mencarikan uang untuk biaya sehari-hari ku di
Malam itu aku sempat mengatakan bagaimana kalau aku berhenti kuliah saja.
"Jangan, kau yang sabar aja dulu. Nggak usah terlalu dipikirkan. Nanti coba telpon kakak-kakak mu biar ayah yang ngomong" ujar ayah.
Setelah menghubungi kakak-kakak ku mereka bisa membantu namun tidak dalam waktu dekat.
Ke esokkan paginya aku pergi ke ladang menolong orang tua, kebetulan saat itu sedang bercocok tanam kacang tanah. Aku mulai membersihkan rumput-rumput liar yang menganggu tanaman kacang tanah. Selain itu kami juga mengambil hasil tanaman bumi seperti kelapa, pinang, buah pala dan pucuk tumbuhan pakis/paku untuk disayur. Begitulah kegiatan didesa sehari-hari hanya berada disawah atau diladang. Sorenya baru pulang kerumah. Usai makan malam ayah memberiku beberapa lembar uang 50ribu.
"Ini ada sedikit rezeki, carilah kos-kosan yang murah dan aman, nanti kalau sudah dapat tempat kos kamu jangan keluyuran malam-malam, jangan begadang, hindari tidur sampai larut malam, fokuslah untuk belajar," kata ayah.
"Baik yah" jawabku.
"Manfaatkan uang yang diberikan itu sebaik mungkin, pakai seperlunya. Mudah-mudahan keinginan mu tercapai" sambung ayah.
"Sekarang ini kita perbanyak sabar aja dulu nak, gimana pun susahnya disana tahan-tahan aja dulu, mudah-mudahan setelah ini dilancarkan rezeki kita" ujar ibu menenangkan hatiku.
Belakangan ku ketahui ayah mendapatkan uang dari meminjam kepada adiknya.
Esoknya sore hari aku berangkat dengan Komeng mengendarai sepeda motornya. Kami sampai tujuan dimalam hari, aku pun langsung menghubungi teman-temanku untuk menanyakan kamar kos yang masih tersisa, ternyata beberapa dari mereka sudah pindah dari kos sebelumnya sebab biayanya lebih murah tanpa pikir panjang aku langsung pergi melihat tempat kos tersebut, setelah bertemu pemilik kos dan sepakat atas biaya perbulannya malam itu aku langsung memindahkan barang bawaan ku ketempat kos tersebut.
Saat itu aku satu kamar dengan Remon dan Adi.
Sementara di kamar sebelah ada bang kribo dan Bayu.
Remon badannya yang paling besar dan gendut diantar kami meskipun demikian urusan perempuan selalu terdepan, mahasiswi-mahasisiwi dikampus tak luput dari perhatiannya. Dia berasal dari Padang panjang sekitar 1jam perjalanan dari Bukittingg mengendarai sepeda motor.
Adi orangnya "cool" matanya sipit seperti keturunan Tionghoa, kebetulan kulitnya juga putih soal pertemanan dia cukup peduli, berasal dari daerah yang sama dengan Remon hanya beda kecamatan.
Sedangkan Bayu orangnya sedikit lebih kurus, gaya berjalan membungkuk dan sedikit letoy, orangnya puitis sering bawa perasaan kalau dibecandain teman-teman. Sementara bang kribo sesuai dengan sebutannya ia memilik rambut kribo seperti sarang burung.
Namanya anak kos pasti mencoba untuk seirit mungkin mengurangi biaya pengeluaran.
"Kampretlah g ketemu sabun mandi aku padahal baru beli tiga hari yang lalu" kata Bayu.
"Jadi mandi nggak pake sabun kau,", tanya Adi.
"Pake shampo aja sekalian untuk badan," jawabnya.
"Hahaha kau tu kencang kali nyabun cepat lah habisnya" sahut Remon.
Sebenarnya anak-anak kos sengaja menyembunyikan sabun masing-masing sekaligus sabun bayu hanya untuk sekedar bercanda
"Mungkin sabun mu dimakan tikus bay, sabunmu kan agak mahal dari yang lain, hahaha" candaku ke Bayu.
"Udah stresnya kau mul, masak tikus makan sabun cair" jawab Bayu.
Seketika tawa kami pun pecah dikamar itu.
Next.....
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
