
Mereka yang mampu mendekati pria INTJ akan menemukan bahwa di balik penampilan luarnya yang tough terdapat banyak kebaikan.
“Kak Rian marah ya..” tanya Ritzy sambil memiringkan kepala pada pemuda disampingnya. Sejak mereka keluar dari warnet Rian tidak bersuara sedikitpun bahkan juga tidak menatap Ritzy. “Kayanya Kak Rian ga suka ya aku ganggu terus.. “
Ritzy menunduk dengan bibir mengerucut.
“Maaf ya... Mulai hari ini aku ga akan—“
“Yud!”
Ritzy menghentikan langkahnya ketika pemuda disebelahnya mengeluarkan suara. Ia mengangkat kepala dan menemukan salah satu kakak kelasnya bersama teman sekelasnya.
“Hai, Zy,”
Ritzy tersenyum tipis pada Wika yang menyapa dengan ceria sambil melambaikan tangan.
“Kalian darimana? Nge-date ya?” goda Wika. Ritzy tersenyum canggung. Ia baru ingat kalau selama ini hanya Trisna yang tahu kedekatannya dengan Rian.
“Ng-nggak, kebetulan aja ketemu,”
“Oh..”
“Lo sendiri.. mau kemana?”
“Mau nemenin Kak Yudhi ke warnet. Harus disuruh dulu kalau mau ngerjain PR kalau ga ya ga bakal dia kerjain,” desis Wika di akhir kalimat. Tidak heran bagi Ritzy kalau nilai akademik Yudhi sangat penting untuk Wika karena Wika merupakan salah satu murid terbaik dan selalu ranking di kelas.
“PR?” Rian mengernyit. “Kita ada PR?” tanyanya lagi pada Yudhi.
“Ada,” jawab Yudhi yakin. Lalu mendekatkan diri pada Rian. “PR tambahan,”
Tatapan Rian beralih ke Wika. Kasihan anak sepintar dan sebaik Wika dapat pacar senakal Yudhi. Bagaimana kalau orangtua Wika tahu anak mereka yang polos sudah ‘dirusak’?
Rian tahu keduanya sama-sama tinggal di asrama sekolah karena sama-sama pindahan dari luar. Bedanya, Wika murid pertukaran sedangkan Yudhi kredibilitasnya sebagai murid di Bali sudah cukup buruk sehingga orangtuanya memutuskan untuk menyekolahkannya diluar kota saja agar reputasi ayahnya tidak ikut tecoreng.
Jadi maklum jika mereka sangat sulit menemukan tempat untuk pacaran. Ya tapi menurut Rian tidak harus di warnet juga kan? Mereka bisa ke coffeeshop atau taman rekreasi kalau ingin sekedar mengobrol atau jalan-jalan.
Yudhi menjentikkan jari, menyadarkan Rian dari lamunannya.
“Ya ampun... Lo ya, udah punya Ritzy masih aja liatin pacar orang..? Jahat sih..” komentar Yudhi dramatis sambil menggeleng-geleng.
Rian mengedipkan matanya malas. “Inget batasan, nanti Wika dikeluarin dari sekolahnya di Singapore,”
Yudhi tertawa. “Ngomong apa sih lo? Emangnya gue sebobrok itu apa?”
Ritzy yang tidak mengerti hanya melihat mereka bergantian.
“Cuma ngingetin,”
Yudhi yang masih terkekeh atas tuduhan Rian mengangguk-ngangguk. “Ya.. ya.. Makasih ya, Yan, udah ngingetin. Perhatian banget jadi temen, ga biasanya.”
Yudhi kemudian berucap pelan di telinga Rian.
“Btw, Ritzy suka banget tuh sama lo. Bisalah lo mecahin rekor, jadi laki-laki yang paling cepat nyoblos pacarnya diantara kita berempat,”
Rian membalas senyuman cerdik Yudhi dengan seringaian kecut. “Ga harus jadi bajingan biar bisa disebut laki,” Rian lalu menggamit tangan Ritzy agar meninggalkan sepasang kekasih tersebut, lebih tepatnya hanya tidak ingin melihat Yudhi lebih lama.
Ritzy yang tidak mengerti hanya bisa menatap Wika yang juga menatapnya dengan ekspresi yang sama.
Inilah penyebab Rian tidak mau terlalu akrab dengan Yudhi, Johnny, Lukman, dan Marco. Mereka bukan tidak berteman, hanya tidak akrab. Kadangkala mereka juga berinteraksi meskipun lebih sering mereka yang mengajak Rian mengobrol duluan. Pergaulan mereka tidak sehat, mereka cenderung menjadikan pacar mereka sebagai bahan pelampiasan nafsu saja, tidak peduli dengan komitmen dan arti saling memiliki yang sesungguhnya.
Setelah melangkah cukup jauh, Rian berhenti dan melepaskan gamitan tangannya pada Ritzy.
“Kalau mau ngelakuin sesuatu sebagai rasa terima kasih, besok datang ke rumah gue,”
Ritzy melebarkan matanya. Kenapa harus dirumah Rian? Memangnya apa yang mau dia lakukan?
***
Ritzy memindahkan arah matanya yang semula membaca soal di buku pada ponselnya yang berdenting menampilkan sebuah pesan dari nomor asing.
- [gxrn14297 invited you to play]
Ritzy meletakkan pena dan meraih ponselnya.
Mau mabar ga? |
| Lain kali ya, Kak..
Aku lagi ada PR :(
Ok |
Belajar yang rajin ya.
Nite.
Ritzy tidak bisa untuk tidak tersenyum. Itu obrolan pertamanya bersama Rian. Singkat, tetapi sangat berarti untuk Ritzy karena yang mengirimnya adalah kakak kelasnya yang sudah ia kagumi sejak lama.
***
“Nih uang jajan gue selama seminggu!” Lukman membanting beberapa lembar uang di meja tempat ia, Marco, Johnny dan Yudhi sudah mengumpulkan uang mereka. Taruhan kemarin dia menang karena tebakannya benar, jadi mungkin saja kali ini tebakannya benar juga.
“Yakin lo? Kalau kalah lo ngga bisa nraktir Jelita loh,” ujar Marco.
“Ga mungkinlah gue kalah kalian tenang aja. Gua bisa baca karakter dan pikiran orang, jadi gue tahu berapa lama si Ritzy tahan pacaran sama orang kaya Rian,” ucap Lukman percaya diri, dia benar-benar yakin kalau dia akan menang lagi kali ini.
Yudhi dan Johnny saling melihat, lalu mengedikkan bahu.
“Terus, tebakan lo berapa kali ini?” tanya Johnny.
“Ga bakal gua kasihtau, tapi dilihat dari gestur sama body language-nya, Ritzy itu tipe cewe yang manja, ga bakal betah pacaran sama cowo An-Sos kaya si Rian. Jadi pasti hubungan mereka ga akan lama,”
Yudhi mengangguk, pendapat Lukman cukup masuk akal.
***
“Makasih,” Rian menyeruput minuman yang diberikan Ritzy untuknya. Rian tidak memintanya, Ritzy yang tiba-tiba saja datang dan meletakkannya dimeja.
“Kak Rian inget nomor aku?”
“Ada yang salah?” tanya Rian tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya, seperti biasa.
Ritzy menggeleng, meski tidak melihat namun Rian tahu karena mereka duduk bersebelahan.
“Ingatan Kak Rian bagus banget,” Ritzy masih berseri-seri karena Rian mengirimnya pesan tadi malam.
“Ga juga,” sanggah Rian singkat. Meski menolak karena disebut memiliki ingatan yang baik, tetapi bagi Ritzy apa yang Rian lakukan tetaplah sangat istimewa, dan ia yakin tidak semua orang bisa melakukan itu. Ritzy merasa malu jika mengingat bahwa dia sudah menyepelekan Rian yang tidak akan mengingat nomornya.
“Kalau aku minta Kak Rian ulangin lagi boleh..?”
“070195127,” Rian memenuhi permintaan Ritzy dengan lancar. Tetapi Ritzy justru mengerucutkan bibir karena jumlah digit yang dihitungnya tidak sesuai.
“Kok nomornya kurang?”
“Kalo kode prefix doang mah ga perlu di inget, gue tinggal nebak provider yang paling banyak dipake orang,”
Ritzy tersenyum dan mengangguk-angguk. Jadi Rian hanya mengingat sembilan digit nomor belakang nomor ponselnya saja. Itu trik yang jenius yang baru ia tahu.
“Bentar ya, gua mau ngambil powerbank di kelas,”
“Eh..Kak—” Ritzy menatap jemarinya yang reflek memegang lengan Rian saat pria itu beranjak. Ia lalu bergegas melepaskannya dan memalingkan pandangan. “Euh.. Kak Rian..bisa pake punyaku dulu kok,” ujar Ritzy sambil menyodorkan powerbank kecil yang ia simpan didalam saku seragamnya.

“Kuromi?”
Ritzy tersenyum malu, Rian pasti ingin menertawainya karena seleranya seperti anak-anak.
Rian mengajukan powerbank pemberian Ritzy dan kembali duduk. “Gue pinjem, ya? "
Ritzy mengangguk, tatapan matanya tertuju pada Trisna yang melambaikan tangan dari jarak sekitar sepuluh meter di belakang Rian. Ritzy memejamkan matanya, merutuki dirinya yang akan dicercah Trisna sebentar lagi.
Trisna melambatkan langkahnya dengan jari telunjuk yang terangkat begitu sampai didekat Ritzy duduk. Mulutnya terbuka dan bersiap menceramahi temannya itu.
“Oh jadi gitu cara mainnya? Katanya mau nyari buku di perpus!? Gua udah keliling-keliling perpus taunya lo disini sama Jelmaan Es Batu! “, celoteh Trisna sambil mengunyah permen karet, tatapannya tertuju pada powerbank wireless yang menempel di ponsel Rian. “Gemoy banget itu powerbank? Sama kaya tas ponakan gue?! “
Ritzy menendang tulang kering Trisna, sambil berbicara tanpa suara. ‘Punya gue..! ‘ dengan menunjuk dirinya sendiri. Trisna lupa kalau Ritzy juga seleranya sama-sama keponakannya, suka barang-barang perintilan yang lucu dan kekanak-kanakan. Tapi tetap saja, supaya tidak malu, Trisna tidak boleh ketauan salah, dia harus tetap mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
“Pacar lo tadi ke toilet sama murid cewe Kelas 12,”
Trisna yang hendak mengucapkan sesuatu lagi urung karena Rian menyela.
“Yang bener!? “Tidak hanya Trisna, Ritzy juga kaget atas informasi yang diberikan Rian. Seperti biasa pemuda itu tidak pernah bersedia bicara dua kali untuk mengulangi ucapannya. Juga tidak peduli yang mendengar percaya atau tidak.
Trisna bergegas merogoh ponsel di kantong roknya, tidak ada tanggapan ketika ia menelpon untuk pertama kali. Sambil menatap Rian, Trisna menelpon lagi, lagi dan lagi lalu memutuskan untuk menghampiri Johnny yang tidak tahu entah dimana, mungkin benar di toilet, tapi toilet yang mana?! Ia menghentakkan kakinya kesal dan pergi.
“Tris! “
Ritzy reflek beranjak, gawat kalau pacarnya Trisna benar-benar menghianatinya.
“Masa iya kak Johnny selingkuh? “cicit Ritzy, melihat Rian sekilas sambil tetap mengamati Trisna yang sudah mulai jauh.
“Temen lo hobi banget ganggu orang pacaran, “
Ritzy masih memanjangkan lehernya sampai Trisna tak tampak lagi karena sudah keluar dari wilayah kantin. Tapi sesaat kemudian ia tertegun.
Eh… Bentar... bentar... barusan ada yang ngomong ‘pacaran', iya kan? Ritzy tidak salah dengar kan?
Dengan cepat Ritzy menoleh ke arah Rian. Masa iya Rian?! Barusan Rian ngomong apa? Please, ada saksi lain kan yang dengar Rian ngomong barusan!?
***
Rian memberikan helm kepada Ritzy. Gadis itu menerima dengan pergelangan tangannya karena tangan kanannya memegang ponsel dan tangan kirinya memegang buku yang ia pinjam dari perpustakaan, sehingga dia kesulitan untuk memakaikan ke kepalanya. Rian yang menyaksikan pun kemudian memasangkan ke kepala gadis itu tanpa merusak kondisi rambutnya. Tidak lupa mengaitkannya juga.
“Makasih.. “
Lutut Ritzy auto-lemas ketika Rian membalas senyumnya. Serasa ada angin dengan aroma mint yang terhembus ke wajah Ritzy. Tetapi gadis itu tidak sadar kalau dia melamun terlalu lama, sehingga Rian menoleh dan terheran kenapa Ritzy diam saja dan bukannya naik ke motornya.
Rian membunyikan klakson dengan singkat, lalu tertawa melihat ekspresi Ritzy yang terperanjat karena kaget.
‘Tenang, Zy.. Senyum dikit ga ngaruh.. ‘ —roh Ritzy yang sabar.
‘Ga ngaruh gimana?! Orang biasanya ga pernah senyum jelas ngaruh lah! “—roh Ritzy yang barbar.
[27.02.2024 20:47]
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
