
Menceritakan tentang Tasya yang ingin membatalkan pernikahannya setelah tahu jika calon suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri. Tasya meminta bantuan Petra, laki-laki yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri untuk menikah dengannya.
"Bagas... ambil kartu tamu... ingat wajahnya, dia bisa bebas keluar masuk kantor ini... Tasya... ikut aku", ucap tegas Petra kemudian menggenggam tangan Tasya berjalan masuk ke dalam lift meninggalkan 3 orang yang kebingungan dan heran.
"Tasya, sudah 10 tahun kamu tidak kembali kesini. Apa saja yang kamu lakukan di australia?", tanya Petra lembut sambil tidak melepaskan pegangan tangannya. "Kak... lepaskan dulu ini...", ujar Tasya berusaha melepaskan tangannya.
"Kamu berubah... tidak senang bertemu dengan kakak?", Petra sambil melepaskan genggamannya. "Senang... aku senang sekali bertemu dengan kakak lagi, cuman ini di kantor... rasanya tidak nyaman", ujar Tasya memberikan alasan karena merasa bersalah mendengar ucapan Petra.
Tasya kemudian mulai bercerita tentang temannya, kedua orang tuanya yang sudah meninggal, kemudian bertanya tentang kakek Jati yang jadi poin pentingnya. "Kakek sudah tua... 3 hari lalu dia pingsan, belum sadar sampai sekarang". "Aku mau bertemu kakek", ujar Tasya berusaha meminta ijin ke Petra berharap bisa bertemu kakek.
"Pak... ini berkasnya sudah selesai", tiba tiba ada pegawai perempuan menyela pembicaraan mereka ikut masuk ke dalam kantor Petra. "Tasya... kamu duduk di situ". Tasya langsung berjalan pelan ke sofa yang tidak jauh dr meja kerja sambil menatap wajah Petra yang berubah dingin ketika membalik berkas dan berbicara dengan pegawainya.
Tidak lama sekertaris Arya, sosok laki laki yang tidak sempat Tasya lihat wajahnya tadi mengetuk pintu. "Pak... sebentar lagi waktunya rapat dan ini kartu tamunya", Arya memberikan nametag ke Tasya dengan sopan. Tasya berdiri setelah melepas tas menerima dengan sopan. "Jadi... urusan kamu kesini karena cuma ingin bertemu dengan kakek?", tanya Petra sambil berharap mendengar jawaban lain.
"Sebenarnya rindu dengan kakak". Mendengar itu tangan Petra sempat berhenti saat menandatangi berkas, setelah memberikan berkas kembali ke pegawai tadi. Petra menatap lurus ke Tasya, nyali Tasya entah bagaimana tiba-tiba menciut melihat Petra berjalan ke arahnya.
"Maksud ku... iya... bukan... bukan itu... aku datang karena ingin memberitahu kakak kalau bulan depan aku akan menikah". Pegawal tadi langsung menghentikan langkah yang sedang membuka pintu, Arya menjauhkan diri karena melihat adegan yang belum bisa dia cerna dari tadi.
Sedangkan Petra masih dengan wajah kakunya memberikan ponsel ke hadapan Tasya. "Berikan nomor mu...", ucap Petra dingin. Perlahan tangan Tasya yang dingin meraih ponsel Petra sambil mengangguk. "Aku akan mengantarmu ke rumah sakit setelah rapat, kamu sudah berkunjung ke kuburan kakek mu?", sambil Petra mengambil nametag darr tangan Tasya yang sibuk dengan ponselnya, dia menggantungkan nametag ke leher Tasya sambil merapikan rambut Tasya pelan.
Tasya menggelengkan kepalanya, "kak sebenarnya... aku belum tahu kuburan kakek". Petra mengambil ponselnya kemudian memeluk Tasya, "sekalian besok kesana bersama ku... kamu kalau bosan bisa keliling kemana saja asal bawa ponsel mu... aku rapat dulu". Mata Arya hampir keluar tidak percaya dengan apa yang dia lihat, belum selesai mencerna yang sebelumnya di tambah kejadian ajaib ini.
Di tambah bosnya ini membelai pelan rambut Tasya setelah melepaskan pelukan sambil tersenyum kecil. "Arya... kita pergi". Pegawai tadi segera membuka lebar pintu menunggu Petra keluar sebelum menutup pintu dia tersenyum melambaikan tangan ke Tasya. Tasya membalas dengan senyum, tidak lama dia merasa tidak percaya.
"Seingat ku kak Petra pernah cerita punya 2 sepupu perempuan, enggak sangka malah aku yang di anggap adik kandung", gumam Tasya yang duduk tidak percaya. Waktu berlalu dengan matahari semakin ke barat, Tasya dengan penasaran keluar dari kantor Petra pelan-pelan dengan membawa ponselnya saja.
Tidak ingin menganggu pegawai lain, dia tidak sengaja menemukan tempat istirahat. Tasya berusaha menyeduh teh sendiri, di tengah kesibukannya dia di kejutkan oleh pegawai perempuan yang sempat melempar senyum tadi. "Halo... Panggil aja aku dara, kamu lagi bikin teh?". "Iya... dara, kamu juga mau buat ini...".
"Enggak, aku lihat kamu jalan sendirian tadi... Kamu mantan pacarnya pak Petra?", tanya dara penasaran. "Bukan... bukan... aku adiknya". "Adik? Bukannya pak Petra enggak punya saudara kandung? Aku juga sudah lihat wajah 2 sepupunya... kamu yakin adiknya?".
"Kakek Jati sama kakek ku sahabat dulu... jadi yah... begitu kenalnya". "Jadi... teman masa kecil... ooh...", dara mengecilkan suaranya dengan kecewa. "Emang kenapa? Kenapa kamu kayak kecewa? Eh kamu tahu... mantannya ada berapa?".
"Pak Petra tidak pernah menunjukkan ketertarikannya ke perempuan... bahkan ke kedua sepupunya". "Sepupunya suka ke saudaranya sendiri? Apa menurut mu pak Petra... enggak suka perempuan?". "Sebelum kamu kesini memang ada rumor itu". "Sebelum ada aku? Maksudnya?".
"Foto pak Petra menggenggam tangan mu tadi pagi sudah menyebar, pegawai yang lain kira kamu pacarnya. Jadi, aku kira kamu mantannya karena maaf... aku tadi dengar kamu mau menikah". "Enggak apa-apa... aku tadi juga bicara agak keras".
"Kalau begitu... aku lanjut pergi sebentar lagi waktunya pulang... sampai jumpa lagi", Dara melambaikan tangannya pergi.
Bersambung ...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
