
"Sepertinya kau tidak cocok. Kau lebih cocok untuk short time." Dave menarik selembar cek dan menulis nominal dikertas. Ia menggeser ke hadapan gadis itu "Untuk short time. Kalau kau setuju kunci pintunya."
"Aku pulang." Sammy sengaja bersuara untuk menunjukan keberadaannya.
"Sammy maafkan aku tak menyambutmu. teman kuliahku sedang dalam masalah." Bintang melepaskan pelukan dan menghampiri Sammy. Menyambutnya seperti seorang istri pada suami.
Sammy melihat ke Isha dan terperanjat saat melihat lebam di wajahnya “Apa yang terjadi padanya?”
"Dia korban KDRT. Aku ingin kau membantunya." Bintang menatap Sammy dengan raut memohon.
Kalau sudah begitu Sammy tak mungkin menolak. Sejak pengkhianatan istrinya, Bintanglah yang menjadi sandarannya. Ia tahu hubungan mereka salah namun untuk mempercayai wanita sebagai pasangannya, Ia sama sekali tak bisa. Pengkhianatan istrinya dengan terapis SPA meluluh lantakkan Sammy hingga ke lapisan terdalam. Ia tak lagi bisa menikmati hubungan dengan wanita.
"Bantuan apa yang bisa kulakukan?" Sammy melonggarkan dasinya dan menyerahkan jas yang sudah dilepas ke Bintang.
"Aku ingin kau membantu mengurus perceraiannya dan mengijinkanku memberi tumpangan sampai ia mendapatkan pekerjaan." Bintang menguraikan.
Sammy menempati sofa diseberang meja Isha dan menatap Bintang serta Isha bergantian.
"Aku bukan istrimu yang akan selingkuh. Aku punya prinsip untuk menghargai pasanganku." Bintang duduk disamping Sammy dan menyentuh lengannya. Berharap Sammy mempercayainya.
"Aku akan membantunya. Aku akan melakukannya demi dirimu."
Bintang mengulas senyum lega dan menghadiahi Sammy kecupan selintas di pipi.
"Jadi ceritakan apa yang terjadi dengan rumah tanggamu?"
Sementara Isha bercerita, Bintang membuatkan minuman untuk mereka berdua dan menyiapkan makan malam. Ia juga menyiapkan bajunya untuk dipakai Isha malam ini.
Besok siang, Bintang akan membelikannya beberapa potong baju untuk dipakai dirumah dan melamar kerja. Ia berharap setelah kejadian itu Isha belajar untuk tak mudah percaya pada pria dan jatuh hati pada mereka. Ia berharap Isha tak mengulang kesalahan yang sama yang menyebabkannya menjadi korban KDRT.
Semalam Dave sudah meminta bagian HRD memasang iklan loker sekretaris di media online. Dari puluhan kandidat yang melamar pagi ini hanya segelintir yang lolos seleksi dasar psikotes. Selanjutnya wawancara langsung diruangannya untuk bisa memastikan kandidat tersebut cocok.
"Masih bekerja sebagai sekretaris." Dave membuka lembar CV dan menggumam. Ia mendongak pada gadis berwajah arab di hadapannya yang matanya nyalang menatapnya.
"Eh iya." perempuan itu tergagap malu karena terpergok mengamati.
"Silakan keluar. Nanti akan saya hubungi jika memang dibutuhkan." Dave tak perlu lama-lama mempertimbangkan. Gadis itu benar- benar bodoh kalau berpikir Ia akan tersanjung diamati.
Begitu gadis itu menghilang, Dave memencet interkom menghubungi staff HRD yang berada diluar ruangan "Panggil kandidat lain."
"Siang pak." perempuan di depannya berwajah oriental dengan rambut dicat keemasan. Tampak profesional dengan blus dan rok span yang dikenakan.
"Siang." Dave membaca CV sekilas untuk mengetahui latar belakang pendidikan atau pekerjaannya.
"Lulusan akutansi." Dave menggumam.
"Iya pak. Baru lulus tahun ini." Pelamar di depannya mengulas senyum.
"Belum punya pengalaman." Dave berujar.
"Saya bisa belajar." matanya menatap lekat-lekat ke Dave.
"Belajar?" Dave memancing.
"Apapun yang Bapak ingin saya pelajari." nadanya penuh penekanan.
"Shit!" Dave mengumpat dalam hati. Gadis ini pasti berpikir Dave mau berbagi ranjang.
"Benar-benar ide bodoh!" Dave menutup map CV.
"Maaf saya mencari yang berpengalaman." Dave menunjuk dengan matanya ke arah pintu.
Gadis itu terperangah tak menyangka. Dengan terpaksa ia menyeret langkah keluar.
"Next." Dave memencet tombol interkom dan bicara.
Pelamar lain berwajah blasteran menghampiri mejanya. Melenggang cantik dengan terusan selutut yang dikenakan.
"Kamu lebih pantas jadi model." Dave berkomentar melihat sosoknya yang cantik dan semampai.
Gadis itu mengulas senyum manis "Saya tadinya Stand Guide pameran."
"Yap kamu lebih cocok untuk itu." Dave menyandarkan punggungnya dan melipat tangan.
"Tapi saya sudah jenuh untuk terus berdiri di pameran. Saya butuh pekerjaan yang pemasukannya stabil." Gadis itu membasahi bibirnya saat memandang kebalik kemeja Dave yang kancingnya terbuka dua. Melihat pada bulu halus kecoklatan yang tampak mengairahkan untuk disentuh.
"Sepertinya kau tidak cocok. Kau lebih cocok untuk short time." Dave menarik selembar cek dan menulis nominal dikertas. Ia menggeser ke hadapan gadis itu.
"Untuk short time. Kalau kau setuju kunci pintunya." Dave menunjuk dengan matanya ke arah pintu.
Gadis itu melihat angkanya dan terbelalak, Ia terangguk cepat ke arah Dave sebelum melenggang ke pintu.
Dave menekan tombol interkom "Wawancara selesai. Kau boleh kembali ke ruanganmu."
Dave berdiri menghampiri gadis itu yang melenggang ke arahnya. Ia menyapukan jemari ke tungkai jenjang yang begitu menggoda.
Dave menghabiskan siangnya hanya untuk bercinta di ruangan dan saat sudah selesai Ia kembali dihadapkan pada kebutuhan akan sekretaris.
"Aku harus minta bantuan Sam." Dave menghubungi Sammy pengacara perusahaan sekaligus karibnya.
"Sam, kau dimana?"
"Aku diluar mengurus kasus perceraian."
"Itu bukan bidangmu. Lebih baik carikan aku sekretaris baru."
"Aku tak punya kenalan."
Dave menyugar rambut "Anak magang di law officemu."
"Kau mau mati? Mereka bisa melaporkan kelakuanmu ke LSM perempuan." Sammy mengingatkan kebiasaan Dave yang selalu short time dikantor. Kadang Sammy tak mengerti kenapa Dave tak memacari model dan membawanya ke hotel. Kenapa pria itu malah melakukannya dikantor saat jam makan siang.
"Carikan aku sekretaris yang tak berpikir untuk merayuku. Kalau kau tak bisa melakukan kau dipecat." Dave menutup telphone. Sengaja mengancam Sammy agar karibnya itu mau mencarikan. Ia sudah kehabisan akal untuk mencari sekretaris yang waras dan tak berpikir untuk merayunya
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
