Bab 50, 51 dan 52 - Novel Akulah Istri Sahnya (gratis)

0
0
Deskripsi



 

Isi dalam bab ini : 2 bab

Bab 50: KERIBUTAN DI RUMAH FIRA

Bab 51 : RESMI BERPISAH 

Bab 52 : PERNIKAHAN DIMAS

Sinopsis : 

"Kak!" Mia menyapa, dia tadi mendengar keributan dan segera datang.

Leo melirik Mia sekilas, begitu pun Mia yang balas tersenyum kepada Leo majikannya itu.

"Mia, tolong tidurkan Raisa." Fira menyerahkan, Raisa kepada Mia.

"Iya kak." Dengan cepat Mia menggendong Raisa.

"Sekalian buatkan es jeruk, saya merasa gerah habis bertengkar." Leo memejamkan matanya.

"Baik tuan." Dengan...

BAB 50 - KERIBUTAN DI RUMAH FIRA

_____________________________________

Selamat membaca

"Waktu itu aku hanya terkejut saja dengan apa yang terjadi. Tapi, sekarang aku sudah memikirkan nya matang-matang. Aku menyukaimu dan ingin menjadikan mu ibu dari anak - anakku," ujar Dimas menjelaskan dengan nada bicara serius.

"Berikan aku waktu untuk berpikir!" Salma sengaja ingin membuat Dimas menunggunya.

Tapi, dia salah.

Dimas bukan tipe pria yang mudah terprovokasi, apalagi oleh Salma.

"Begitulah?" Dimas menyeringai.

"Tapi, jika kamu tak memberi jawaban sekarang. Aku terpaksa akan membatalkan lamaran ku untuk mu. Karena, aku akan menikah dengan wanita lain. Aku akan di jodohkan." 

Dimas menghela napasnya dalam-dalam.

"Apa maksudmu?" Salma terkejut dengan perkataan Dimas.

"Iya, seperti kataku barusan. Aku akan di jodohkan, dan keputusan ku hari ini." Dimas menatap Salma serius.

Salma diam sejenak.

"Beri aku keputusan mu! Jika kamu mau, maka aku akan membantumu mengurus perceraian dengan Leo dan aku akan menunggumu hingga masa idah mu selesai." Dimas mendekati Salma.

Dia duduk di samping Salma, dan menggenggam erat tangannya.

Hati Salma menghangat, merasa disayangi dan diinginkan.

Salma masih terdiam, memikirkan apa yang dikatakan Dimas padanya.

"Apa yang kamu katakan Dimas!" tiba-tiba saja Fira sudah berdiri di ambang pintu ruang tamu.

Dengan tatapan tajam penuh tanya kepada Dimas.

Tanpa sengaja, Fira mendengar perkataan Dimas barusan.

"Kak Fira!" Dimas terkejut, dia menatap Fira lekat dan agak gugup.

"Jelaskan apa maksud perkataan mu itu?" Fira bertanya dengan nada tidak suka, dengan apa yang di katakan Dimas Dimas kepada Salma.

"Aku hanya akan menikahi Salma usai masa idahnya nanti." Dimas menjawab dengan serius, ada senyuman licik tersungging dari sudut bibirnya.

"Dimas! Kau ini, ah terserahlah!" Fira merasa kesal, dia memilih duduk saja akhirnya.

Dia duduk tepat di depan Salma.

Salma tersenyum mengejek Fira, merasa Dimas lebih membela dan memilihnya.

"Ada urusan apa kamu datang kemari?" Fira bertanya dengan nada yang dingin.

Sebenarnya, sangat malas bertemu wanita yang sudah membuat retak rumah tangganya itu.

"Aku hanya ingin bertemu Raisa!" jawab Salma ketus.

"Kenapa baru ingat sekarang? Kemarin - kemarin kemana?" Fira geleng-geleng kepala, merasa heran dengan wanita ini.

Padahal, dia sudah jauh lebih dulu pulang dari rumah sakit ketimbang Leo.

"CK, gak usah banyak drama deh. Apalagi kalau ingin memojokkan ku di depan Dimas!" 

Salma berkata dengan ketus, dia melirik Dimas dengan seulas senyuman nya.

Dimas balas tersenyum.

Fira merasa malas melihat interaksi dimas dengan Salma.

"Dimas! Apa kamu gak salah pilih wanita! Salma itu kan bekas suami ku!" Fira mengesah dalam hati.

Tak percaya dengan apa yang Dimas katakan sebenarnya.

"Baik, tunggu sebentar. Akan aku bawa Raisa kemari." Fira berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar, dimana Raisa berada.

Walau bagaimanapun, Salma adalah ibu dari Raisa.

Dia tidak punya hak untuk menahan Salma menemui anaknya itu.

Tinggalah Salma dan Dimas berdua kini.

"Aku akan menikahi mu setelah masa idah mu selesai Salma." Ujar Dimas meyakinkan wanita cantik calon mantan isteri Leo itu.

Salma tersenyum senang. "Apa kamu yakin, Dim?" Matanya berbinar bahagia.

Salma, memang sudah jatuh hati pada pesona Dimas yang tak terbantahkan.

Apalagi, kondisi Leo kini yang tidak sempurna. Membuat, Salma merasa ilfeel.

"Tentu. Hanya saja aku tak ingin ada anak Leo dalam rumah kita nantinya." Dimas berkata dengan tegas, dia menatap Salma dengan tatapan yang tajam.

"Apa maksudmu, Dim?" tanya Salma bingung.

Salma menatap Dimas dalam, menduga-duga maksud perkataannya.

"Oke, jadi begini. Setelah kita menikah, aku tak mau ada anak Leo dalam rumah tangga kita. Jadi, setelah kamu bercerai biarkan saja hak asuh Raisa di menangkan Leo." Ujar Dimas dengan tegas.

"Hah, apa?" Salma terkejut dengan perkataan Dimas.

Walau bagaimanapun, dia ibunya.

Dia ingin merawat anaknya yang masih bayi itu.

"..." Salma merenung, dia sedang memikirkan perkataan Dimas.

Sementara itu, Fira sudah berdiri di ambang pintu ruang tamu sambil menggendong Raisa.

Dia sengaja diam dulu, ingin tau apa jawaban Salma atas perkataan Dimas.

"Gak mungkin seorang ibu tega meninggalkan anaknya, apalagi masih bayi hanya demi seorang pria," gumam Fira dalam hatinya.

"Bagaimana? Kalau kamu tidak sanggup ya sudah kita tidak usah menikah. Palingan, aku akan menikah dengan wanita pilihan orang tua ku meski aku gak cinta." Dimas menyeringai.

"Aku yakin jawabanmu pasti iya!" Dalam hati Dimas, penuh percaya diri.

"Baiklah, aku setuju. Akan ku berikan hak asuh Raisa kepada mas Leo," jawab Salma dengan yakin.

"Biarlah, aku berikan Raisa di asuh ayahnya. Mas Leo pasti akan menyayanginya. Daripada aku tidak mendapatkan Dimas! Dia pria kaya yang tampan." Salma tersenyum, merasa benar dengan keputusannya.

"Apa!" Fira terkejut mendengar jawaban Salma.

Dimas pun sama terkejut nya dengan jawaban Salma, meski tadi dia sudah menduga-duga nya.

Fira berjalan menghampiri Salma. "Apa aku tidak salah dengar Salma? Kamu ingin meninggalkan anak mu demi menikahi Dimas? Dan kamu Dimas, kalau ingin menikahi ibunya seharusnya menerima juga anaknya!"

Fira menatap Salma dan Dimas bergantian, dengan tak percaya atas pendengarannya sendiri.

"Heh, tapi itu kenyataan nya Fira. Kamu urus saja Raisa tuh dia anak suami mu juga. Sekalian, kamu urus suami cacat mu itu! Aku mana mau punya suami cacat! Iiih memalukan!"

Salma berkata dengan nada penuh ejekan.

"Jaga mulutmu itu Salma! Bukan kah dulu kamu begitu semangat merebutnya dari ku!" Fira berkata tajam.

Salma hanya membalas perkataan Fira dengan senyuman mengejeknya.

Leo yang baru sampai di ruang tamu merasa geram mendengar perkataan Salma yang menghina nya.

"Cacat! Ya aku sekarang memang pria cacat!" gumam Leo sambil mengepalkan tangannya.

Dia menghela napasnya dalam-dalam, berusaha menahan amarahnya atas hinaan yang di lontarkan Salma.

Wanita yang sebentar lagi berstatus sebagai mantan isterinya dimata hukum dan agama.

Leo langsung melangkahkan kakinya lebar-lebar memasuki ruang tamu, meski satu kakinya kini agak pincang.

"Tanda tangani ini!" Leo melemparkan berkas perceraian tepat ke wajah Salma.

Untung saja Salma berhasil menepis nya, hingga berkas itu terjatuh ke lantai dan tidak mengenai wajahnya.

"Apaan sih mas Leo! Dasar CACAT!" bentak Salma dengan nada tinggi.

Membuat Leo marah bukan kepalang!

Fira dan Dimas pun terkejut mendengar hinaan yang di lontarkan Salma untuk Leo.

"Salma keterlaluan kamu!" Fira setengah berteriak.

"Kenapa? Bukankah itu kenyataannya!" tersenyum sinis.

"Iya aku memang cacat sekarang! Masalah buat kamu!" pekik Leo sambil mengepalkan tangannya, geram.

Dengan cepat, Fira mendekati Leo. " Mas tenanglah, jangan terpancing dengan ucapan Salma!" Fira berusaha menenangkan suaminya itu.

Leo sekuat tenaga mengatur napasnya, agar tidak meledak.

Untungnya, Leo menang pribadi yang lembut dan tidak suka kekerasan.

Melihat wajah cemas Fira yang di tambah sedang menggendong Raisa, anaknya. Membuat Leo sedikit lebih tenang.

Salma tersenyum sinis. "Aku kembalikan suami mu itu!"

Dimas geleng-geleng kepala melihat kelakuan Salma.

"Ada pulpen?" Salma menatap sinis penuh ejekan kepada Leo dan Fira, lalu menatap lembut kepada Dimas.

"Ini!" Dimas menyodorkan pulpen yang ada dalam saku kemejanya kepada Salma.

Dia ingin Salma cepat-cepat menandatangani surat cerai itu.

Malas rasanya melihat drama antara salma, Leo dan Fira berlama - lama.

"Terimakasih sayang," ucap Salma lembut, di iringi senyuman manis nya kepada Dimas dengan tanpa tau malu nya.

"Apa! Sayang! Heh, dasar murahan!" cibir Leo cukup keras.

Dia tak percaya, ternyata dirinya telah menikahi wanita jalang tak tau diri pikirnya.

"Kenapa? Iri!" Salma tersenyum mengejek Leo, lalu segera menandatangani surat perceraian itu.

"Tak usah ada sidang-sidangan, aku sudah yakin pisah dengan mu. Dan mengenai hak asuh Raisa akan aku serahkan padamu!"

Salma berkata dengan suara tinggi dan nada yang yakin.

Leo tersenyum sinis. "Oke, syukurlah kalau begitu!"

"Salma apa kamu tak punya hati sebagai seorang ibu?" Fira menggelengkan kepalanya, heran dengan pemikiran Salma.

"Gak usah lebay kamu! Lihat dirimu ini yang di butakan dengan cintamu kepada Leo! Apa kamu yakin, laki - laki macam dia akan setia?" Salma menyeringai.

"Diam! Pergi kamu jalang!" Leo berteriak, sudah tak sanggup lagi menahan semua perkataan Salma.

Leo sampai mengepalkan tangannya dan hendak menghampiri Salma. Rasanya, dia ingin membungkam mulut wanita tak tau diri itu.

Untung saja, dengan cepat Dimas menarik lengan Salma dan membawanya keluar dari rumah Fira.

"Apa - apaan kamu Salma! Kenapa terus mengejek kak Leo! Kamu benar-benar keterlaluan!"

Dimas sangat jengkel rasanya dengan kelakuan Salma.

"Aku terbawa emosi tadi, maaf tak akan aku ulangi lagi," ucapnya lembut, sambil memeluk lengan Dimas.

Dimas hanya menghela napasnya dalam-dalam, dan berusaha memasang mimik wajah biasa.

Meski, sebenarnya dia tidak suka di peluk- peluk Salma.

Sementara itu, Fira berusaha menenangkan Leo.

"Mas tenanglah, jangan hiraukan perkataan Salma," mengelus punggung lengan suaminya lembut.

Leo kini duduk di sopa berdampingan dengan Fira.

Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sopa.

"Aku cacat Fir," ucap Leo lirih.

"Jangan bilang begitu, lagian mas masih bisa sembuh. Dokter bilang tidak permanen kan?" Fira menenangkan Leo.

Leo tersenyum getir, dia membohongi Fira.

Yang sebenarnya, sebelah kakinya akan pincang permanen.

"Kamu pasti malu, punya suami cacat dan pengangguran seperti aku?" Leo menatap Fira penuh kesedihan.

"Mas, aku tidak malu. Dan masalah pekerjaan, kamu bisa buka usaha sesuai kemampuan mu. Jangan patah semangat karena tidak kerja kantoran lagi."

Ujar Fira memberi semangat kepada Leo.

"Terimakasih, aku beruntung memiliki isteri seperti mu. Maafkan aku yang sudah menghianati mu." Leo memeluk Fira dan Raisa yang ada di gendongan Fira.

"Iya mas." Fira menjawab pelan.

Meski sudah memaafkan, tetap saja dia tak akan lupa dengan penghianatan yang sudah dilakukan suaminya itu.

_______________________________

BAB 51 - RESMI BERPISAH

Selamat membaca

Akhirnya Leo lebih tenang sekarang.

"Kak!" Mia menyapa, dia tadi mendengar keributan dan segera datang.

Leo melirik Mia sekilas, begitu pun Mia yang balas tersenyum kepada Leo majikannya itu.

"Mia, tolong tidurkan Raisa." Fira menyerahkan, Raisa kepada Mia.

"Iya kak." Dengan cepat Mia menggendong Raisa.

"Sekalian buatkan es jeruk, saya merasa gerah habis bertengkar." Leo memejamkan matanya.

"Baik tuan." Dengan cepat Mia menuju kamar untuk menidurkan Raisa, lalu ke dapur untuk membuat es jeruk.

"Apa benar Dimas akan menikahi Salma?" Tanya Leo dengan nada yang datar, matanya masih terpejam.

"Kenapa? Apa kamu gak rela mas?" Fira menjawab Leo dengan pertanyaan.

Dia merasa kesal atas pertanyaan suaminya itu. Yang terkesan masih ingin mempertahankan Salma.

"Bukan begitu maksudku sayang." Leo membuka matanya, menegakan tubuhnya dan membawa Fira ke dalam pelukannya.

Lalu mengecup keningnya sekilas.

"Lalu apa arti pertanyaan mu itu?" Fira masih dengan nada yang kesal nya.

"Kalau Dimas menikahi Salma, artinya Salma menjadi kerabat kita dan kita sering bertemu dengan nya. Apa kamu ingin sering melihat nya?" Leo mengeratkan pelukannya.

"Entahlah, mas. Terserah mereka saja, aku tak mau mengurusi urusan orang." Fira mengurai pelukan suaminya.

Lalu berdiri, hendak melengos pergi meninggalkan Leo.

"Mau kemana?" Tanya Leo.

"Mau menyusui Rayyan." Ujar Fira, lalu pergi.

"Apa aku sudah salah bicara?" Menggusar wajahnya kasar.

Leo duduk sendirian di ruang tamu. Menatap punggung Fira, hingga menghilang di ambang pintu.

"Capek rasanya aku, aku tau ini semua berawal dari kesalahan ku sendiri." Gumam Leo.

Tidak lama kemudian, Mia membawa es jeruk pesanan Leo.

"Tuan ini es nya." Menyimpan di meja, berkata dengan sopan.

"Mia bisa pijitin aku, rasanya otot tubuhku terasa tegang semua." Leo meneguk es jeruk nya.

"Bisa tuan." Mia pun mulai memijit bahu dan kaki Leo.

Selama di pijit, Mia mendengarkan berbagai keluhan Leo tanpa menyela.

Dia hanya jadi pendengar setianya saja.

*

*

Sementara itu, Dimas dan Salma pergi bersenang-senang.

Mereka makan di restoran, lanjut nonton film romantis di bioskop.

Kini mereka berada di dalam kamar hotel yang sudah di pesan Dimas.

Duduk berhadapan di sopa yang ada di dalam kamar itu.

"Kamu hindari saja persidangan, gak usah datang. Biar tau - tau beres saja." Ujar Dimas.

"Iya, aku juga akan begitu." Tersenyum, lalu pindah tempat duduk ke samping Dimas.

Salma membelai dada Dimas dengan senyuman menggoda nya.

Salma merasa beruntung akan di persunting Dimas. Sudah ganteng kaya lagi, apalagi coba kurang nya.

"Aku memang punya sejuta pesona." Salma memuji dirinya sendiri dalam hati.

Urusan nanti masalah Fira masih kerabat Dimas, yang penting dia harus membuat Dimas tidak pergi lagi darinya.

Salma mencium bibir Dimas dengan penuh hasrat, sudah cukup lama dirinya tidak mendapatkan nafkah batin dari Leo.

Membuat nya begitu bergairah saat dekat dengan Dimas.

Dimas membalas ciuman Salma.

"Lumayan punya rekan senang-senang!" Dimas tertawa dalam hati.

Mereka pun akhirnya memadu kasih yang tidak halal, dan tidak patut di tiru.

*

*

Hari berganti hari, minggu berganti minggu.

Waktu sidang perceraian pun berlangsung.

Salma sama sekali tidak menghadiri sidang perceraian sekali pun.

Hasik keputusan sidang pun di umumkan, Leo dan Salma kini resmi bercerai secara hukum dan agama.

Hak asuh Raisa jatuh kepada Leo.

Salma, sama sekali tidak menuntut Gono gini. Karena, berfikir tidak perlu toh dia mendapatkan yang lebih kaya dari Leo.

Leo sengaja mengalih nama kan sertifikat rumah yang di tinggali Salma atas nama Raisa anak nya.

Salma tak peduli, dia hanya bersenang-senang saja dengan Dimas.

Perasaan nya kepada Dimas, berbeda dengan perasaannya dulu kepada Leo.

Mungkin pada Leo, dia hanya lebih terobsesi untuk merebutnya dari Fira.

Sedangkan pada Dimas, dia benar-benar mencintainya.

Sementara itu, Fira menguatkan hati nyaa untuk merawat Raisa.

Walau bagaimanapun, bayi itu tidaklah berdosa.

Beberapa bulan berlalu, masa idah Salma sudah habis.

Salma begitu senang, membayangkan segera di nikahi oleh Dimas.

Tapi, sudah hampir dua minggu ini Dimas menghilang seolah di telan bumi.

"Sial! Kemana kamu Dimas!" Gerutu Salma.

Hanya suara operator yang dia dengar, saat mencoba menghubungi Dimas.

Salma akhirnya memutuskan untuk menemui Fira.

Ting tong

Suara bel pintu rumah Fira berbunyi.

"Salma! Ada keperluan apa kamu kemari?" Fira terkejut Salma menemui nya.

Fira berusaha memasang raut wajah biasa saja, namun gagal.

Salma bisa melihat jelas raut tidak suka dari Fira.

"Apa kamu tau dimana Dimas?" Salma bertanya dengan nada yang ketus.

"Sombong sekali kamu Salma, sopan sedikit dong kalau bertamu." Fira berkata dengan malas nya.

"Hah, gak usah banyak cingcong! Jawab saja pertanyaan ku itu!" Masih berkata dengan ketus.

"Setahuku Dimas pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan." Fira berkata seadanya, karena memang dia sempat telponan dengan Dimas beberapa hari yang lalu.

Dimas mengatakan sedang ada di luar negri, bahkan mereka melakukan video call.

"Apa!" Salma terkejut mendengar perkataan Fira.

"Kenapa bisa-bisanya dia mengabari Fira dan aku tidak!" Gerutu nya, cukup keras hingga Fira bisa mendengar nya.

"Rupanya kamu sudah di campakan ya?" Fira tersenyum mengejek Salma.

"Jangan ngaco kamu!" Salma menatap Fira tajam penuh kesal.

"Maaf Salma aku banyak urusan, sebentar lagi aku akan ke toko!" Fira segera masuk ke dalam rumah dan menutup pintu nya.

"Sialan!" Salma kesal pada Dimas yang tak mengabarinya sebenarnya.

Dia menendang pintu rumah Fira dengan kasar, lalu pergi.

Fira mengelus dada saking kagetnya dengan kelakuan Salma.

Fira duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya.

Saat ini Raisa sedang di jaga Mia. Dan, Rayyan sedang terlelap tidur.

Sementara, Tiara sedang sekolah. Dia sudah mulai masuk TK.

Leo sendiri sudah mulai buka usaha. Dia membuka toko grosir yang menjual perlengkapan sekolah dan kantor.

Saat ini, Leo sedang berada di toko nya.

"Masih ada waktu sebelum menjemput Ara." Gumamnya.

Fira menghubungi nomor Dimas.

Tidak lama kemudian, Dimas menerima panggilan dari nya.

"Halo kak Fira ada apa?" Tanya Dimas dalam sambungan telponnya.

"Baru saja Salma menemui ku, apa kamu tidak mengabarinya kalau kamu ada perjalanan bisnis ke luar negeri?" Tanya Fira.

"Hahaha, kenapa aku harus mengabarinya? Apa urusannya dengan ku?" Dimas tergelak.

"Ck, ck kamu ini kan calon suaminya!" Fira jengkel pada Dimas akhirnya.

"Hah calon suami? Siapa bilang?" Kembali tergelak.

"Ya kamulah yang bilang! Bukan kah waktu itu kamu pernah bilang akan menikahinya?" Fira tidak mengerti dengan jawaban Dimas.

"Oh iya lupa! Sebenarnya itu bohong!" Dimas berkata dengan serius.

"Apa? Bohong? Maksudmu apa?" Fira semakin tak mengerti maksud dari adik sepupunya itu.

"Aku hanya melakukan itu, agar Salma secepatnya menandatangani surat perceraian. Dan agar dia mau menyerahkan hak asuh anak nya pada suamimu." Jawab Dimas dengan santai nya.

"Apa? Jadi ini hanya rencana mu saja? Gila kamu! Kasihan Salma, kamu sudah mempermainkannya!" Fira benar-benar tak percaya dengan apa yang dimas katakan.

"Begitulah, lagian mana mau aku menikahi wanita bar bar seperti dia! Tak punya hati lagi, Iiih." Dimas bergidik membayangkan punya isteri murahan macam Salma.

"Jangan ngomong gitu kamu Dim, walau bagaimanapun sebagai sesama wanita aku tetap kasihan sama dia. Meski, aku sedikit senang juga sih heheh." Ujar Fira nyengir.

"Ingat! Dia itu sudah banyak menyakiti hati mu kak! Jangan terlalu naif jadi orang. Nanti kakak dengan mudahnya di bodohi!"

Dimas kesal juga akhirnya pada kakak sepupunya itu, yang terlalu baik dan polos dalam menilai orang.

Fira hanya diam.

"Oh ya, hati - hati pada Mia. Dia itu lumayan cantik loh jangan sampai suami kakak jelalatan, hehehe." Goda Dimas, namun sebenarnya dia berkata dengan serius.

Beberapa hari menginap di rumah Fira, dia yang seorang playboy bisa menilai kalau Mia sepertinya agak genit.

" Huss! Kalau ngomong itu di saring dong! Udah - udah jangan ngehasut aku! " Fira segera menutup sambungan telponnya.

Dia jadi kepikiran dengan perkataan Dimas Barusan.

Fira melihat jam di ponselnya. "Sudah waktunya menjemput Ara." Gumam nya.

Dengan segera Fira menuju ke garasi.

Di teras, tampak Mia yang sedang duduk sambil menggendong Raisa.

"Kak mau jemput Ara ya?" Tanya nya sopan.

"Iya, titip dulu Raisa ya. Kalau Rayyan lagi tidur di jagain bi Ijah." Jawab Fira.

"Iya kak." Mia mengangguk sopan.

Dengan cepat, Fira mengendarai mobilnya untuk menjemput Tiara ke sekolah nya.

Jarak sekolah Tiara tidak terlalu jauh, sekitar lima menit di tempuh dengan naik mobil.

"Mama!" Tiara menghambur memeluk Fira sesaat setelah melihat kedatangan mamanya itu.

Fira balas memeluknya dengan bahagia.

"Mas ke toko papa dulu yuk?" Ajak Tiara.

"Boleh." Jawab Fira, mereka berjalan beriringan menuju dimana mobil terparkir.

Fira menjalankan mobilnya menuju ke toko Leo.

Di toko nya, Leo tampak sedang melayani para pembeli.

Meski sudah ada dua orang yang membantunya, karena toko sedang ramai-ramainya membuat Leo turun tangan.

"Papaaa!" Tiara berteriak.

Leo menghentikan aktivitasnya, dan meminta pekerja yang membantunya melanjutkan.

Dengan cepat, Leo menghampiri Tiara.

"Ara sudah pulang sekolah rupanya." Membawa Tiara ke gendongannya.

Fira mengikuti langkah kaki Leo ke dalam ruko nya.

Mereka menuju lantai atas, yang biasa di gunakan oleh Leo beristirahat.

Mereka di sana beberapa waktu. Mengobrol sambil makan siang.

"Semoga ini semua tak pernah berakhir, aku senang melihat Ara dan mas Leo bersama. Ara terlihat begitu bahagia." Fira berdoa dalam hati.

___________________________________

BAB 52 - PERNIKAHAN DIMAS

Selamat Membaca

Hari ini adalah akhir pekan.

Fira, Leo, dan Tiara pergi ke taman bermain anak.

Rayyan dan Raisa pun ikut.

Raisa di gendong Mia, sedangkan Fira menggendong Rayyan.

Mereka menikmati akhir pekan dengan bahagia.

Mereka pulang agak sore.

Saat ini Fira dan Leo duduk berdua di balkon kamarnya.

Sementara, anak- anak sudah terlelap dalam tidurnya.

Fira menyenderkan tubuhnya di dada Leo.

Mereka sengaja menyimpan kursi panjang di balkon.

Leo merengkuh tubuh Fira dengan erat, sesekali dia menciumi puncak kepala isteri yang pernah dia khianati itu.

"Fir apa kamu tidak malu punya suami cacat seperti aku?" Leo bertanya dengan gelisah, ia merasa rendah diri jika bersanding dengan Fira di muka umum.

Fira menggenggam tangan Leo."Tidak perlu kamu tanyakan hal itu pada ku mas. Sejak dulu aku selalu memaafkan kesalahan mu meski fatal. Begitupun dengan keadaan mu, aku menerima mu apa adanya."

Fira menatap Leo dengan lembut dan serius.

"Terimakasih sayang, aku terlalu bodoh selama ini telah menyia-nyiakan mu." Leo membawa Fira ke dalam pelukannya.

Hati Fira menghangat, ada rasa bahagia memenuhi hatinya.

"Mas berjanji Fir, mas akan setia padamu dan tak akan mengkhianati mu lagi." Ucap Leo dengan lembut, seraya mengecup puncak kepala Fira cukup lama.

Mia yang kebetulan masuk ke kamar Fira, karena tadi Fira yang meminta nya.

Fira ingin meminta Mia pergi membelikan sesuatu di minimarket.

Mia melihat Fira di balkon, pintu menuju balkon memang terbuka lebar.

Mia menatap pasangan suami istri itu dengan haru.

"Akhirnya, kalian saling memaafkan." Mia tersenyum senang.

"Aku juga ingin punya suami seperti pak Leo, yang tampan dan kaya. Tapi tentu saja, satu yang aku tak mau yaitu suka selingkuh nya." Mia tersenyum mengingat pikirannya sendiri.

Mia pun tak jadi menemui Fira, dia memutuskan untuk pergi saja. Mia tak mau mengganggu mereka berdua.

*

*

Tiga bulan kemudian

Salma uring - uringan, dia merasa kesal Dimas tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.

"Sialan! Kemana dia!" Gerutunya, dia melemparkan segala sesuatu yang ada di atas meja rias nya.

"Huuh, lebih baik aku ke spa saja biar rilex!"

Salma pun pergi menuju ke salon kecantikan.

Sungguh tak di sangka, disana dia bertemu dengan seseorang yang selama ini dia cari.

Salma terkejut, wajahnya langsung berbinar senang.

Dimas ada di hadapannya kini, tapi sedang apa dia di sini. Pikir nya.

Dimas tampak sedang duduk sambil memainkan game online di ponselnya.

Dimas tidak menyadari kedatangan Salma.

"Dimas!" Panggil Salma, sambil berjalan menghampirinya.

Sontak Dimas menoleh, dia sampai tegang melihat Salma. Dimas pun berdiri.

Tapi, beberapa saat kemudian dia bisa menetralkan perasaannya dan mengatur raut wajahnya.

Menjadi biasa dan seolah tak pernah terjadi sesuatu dengan Salma.

"Hai Sal apa kabar?" Dimas mengulas senyuman nya, dia mengulurkan tangannya.

"Baik!" Salma langsung menghamburkan diri hendak memeluk nya.

Namun, dengan cepat Dimas mundur beberapa langkah.

Membuat Salma terkejut dan merasa kecewa.

"Jangan seperti itu ini di muka umum, lagian kita belum terikat hubungan apapun." Dimas berkata dengan datar.

"Apa!" Salma terkejut mendengar perkataan Dimas.

"Tidak ada hubungan apapun? Heh, kita bahkan sudah sering melakukan itu. Dan sekarang kamu bilang begitu! Apa maksudmu?"

Salma begitu kecewa dengan perkataan yang keluar dari mulut Dimas.

Salma, bahkan berkata dengan ketus dan marah.

Dimas hanya menanggapi nya dengan senyuman tipis, apa artinya coba.

"Kamu kemana saja? Kamu seperti yang sedang menghindari ku!" Marah itulah yang ada dalam hati salma saat ini.

Lama tak ada kabar, dan saat bertemu Dimas seolah tak menganggap dirinya.

Belum sempat Dimas menjawab, suara lembut seorang wanita terdengar memanggil Dimas.

"Kak Dimas aku sudah selesai!"

Salma langsung menoleh ke arah sumber suara.

Tampak seorang wanita cantik seumuran Dimas, sedang berdiri di belakang Salma.

"Hai kak! Aku Sila calon isterinya kak Dimas." Wanita yang mengaku bernama Sila itu tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya kepada Salma.

Tadi Sila sempat melihat, Dimas dengan Salma mengobrol.

Sehingga, dia pikir mereka adalah teman.

"Apa CALON ISTERI! Salma sontak membelalakkan matanya melirik ke arah Dimas dengan tatapan penuh emosi.

"Apa maksudnya semua itu?" Salma bertanya dengan berapi-api.

"Iya seperti yang kamu dengar barusan Dila adalah CALON ISTERI KU!" 

Jawaban Dimas terdengar begitu menyakitkan bagi Salma.

Dimas bahkan sengaja menunjukkan kemesraan nya dengan Sila di depan Salma. 

Dimas merengkuh bahu Sila posesif. Dengan senyuman yang lebar.

Dika sendiri sampai merona, merasa malu di perlakukan seperti itu di muka umum.

"Kak, apaan sih. Lepasin malu." Dengan suara yang pelan dan pipi kemerahan.

Salma semakin geram melihatnya.

"Jika dia CALON ISTERIMU! Lalu aku ini kamu anggap apa Dimas!" Salma berteriak, dia begitu marah pada Dimas.

Sila terkejut melihat reaksi Salma. Dia jadi cemas dengan sikap Salma.

"Sebenarnya ada apa ini kak?" Sila bertanya dengan bingung, dia menatap Dimas dan Salma bergantian.

"Gak ada Dil, dia cuma mantan ku saja. Mungkin, dia gak terima mendengar kita akan menikah. Dia belum move on." Dimas tersenyum manis kepada Sila.

Mendengar perkataan Dimas, Salma jadi geram dan emosinya meledak-ledak.

"Dasar sialan kamu Dimas! Apa maksud semua ini!" Salma begitu geram dan marah.

Dia sampai berteriak-teriak .

Sila jadi takut dengan kemarahan Salma. Dia kemudian bersembunyi di belakang Dimas.

"Sialan kamu Dimas!"

Plakkk

Salma menampar Dimas dengan sangat keras. Membuat, Dimas meringis kesakitan.

Salma sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, dia meledak akhirnya.

Dimas memegangi pipinya yang terasa panas.

Dimas menghela napasnya dalam-dalam, menahan emosi. Dia takut terpancing emosi dan berakhir bertengkar dengan Salma.

Dia tidak mau melawan wanita.

"Dengar Salma, seminggu lagi aku akan menikah. Dan kamu bukanlah siapa-siapa bagi ku, kecuali hanya mantan isteri dari suami sepupuku saja."

Dimas pun segera pergi meninggalkan Salma yang di liputi kemarahan.

Dimas menggenggam tangan Sila erat, membawanya keluar dari salon kecantikan itu.

"Kak, jelaskan padaku ada sebenarnya ini? Tidak mungkin kan wanita bernama Salma itu bersikap seperti itu jika diantara kalian tak ada sesuatu?"

Sila begitu gelisah dan cemas.

"Sudahlah gak usah kamu pikirin." Jawab Dimas santai.

"Tapi, aku ingin tau!" Sila terus mencecar Dimas.

"Iya, nanti aku jelasin di rumah." Mereka pun memasuki mobil dan menuju arah rumah Sila.

Sementara itu, Salma yang sakit hati oleh Dimas. Berteriak- teriak memaki nya hingga mobil Dimas menghilang dari pandangannya.

Salma merasa di bohongi dan di campakan oleh Dimas. Dia jadi tak bisa mengendalikan diri nya.

Hingga, akhirnya Salma di bawa oleh satpam salon ke pos.

"Nona, jika anda membuat keributan di sini maka kami akan melaporkan anda ke polisi dengan tuduhan susah mengganggu kenyamanan dan membuat keributan."

Ujar satpam itu dengan tegas.

Salma pun memilih untuk segera pulang dan tidak jadi spa.

Dia pulang dengan kemarahan yang menggebu.

"Arrggh, sialan kamu Dimas! Kanu sudah mempermainkan ku! Aku sudah meninggalkan mas Leo dan anak ku demi kamu! Dan sekarang kamu mencampakkan ku!" Maki Salma dengan kemarahan nya.

Kebetulan orang tua Salma sengaja berkunjung. Ingin menjenguk Salma dan cucunya sebenarnya.

Tapi, ternyata kenyataannya Salma sudah menghancurkan hidupnya sendiri.

Mereka pun akhirnya mengambil keputusan, akan mengajak Salma pulang bersama mereka.

Dan menenangkan Salma yang sepertinya prustasi itu.

Salma tak menolak, dia ikut pulang ke rumah orangtuanya. Dia pun ingin menenangkan diri.

*

*

Seminggu kemudian

Dimas dan Sila pun mengadakan akad sekaligus resepsi pernikahan.

Fira dan Leo menghadiri acara pernikahan Dimas dan Sila.

"Akhirnya sang playboy menemukan juga tempat berlabuh." Goda Fira.

Dimas hanya tersenyum malu-malu dengan godaan kakak sepupunya itu.

Sila pun ikut tersenyum malu -malu, pipinya sampai bersemu merah.

"Fir!"

Terdengar suara seorang pria menyapa Fira dengan antusias.

Fira sangat mengenali suara itu, siapa lagi kalau bukan suara Arman sahabat terbaiknya.

Arman datang bersama dengan Linda. Ternyata, Linda dengan Sila memang berteman.

"Arman! Apa kabarmu? Sudah cukup lama juga kita gak ketemu." Fira pun tak kalah antusiasnya.

"Baik." Arman tersenyum menatap teman yang ia cintai itu.

Dia bahkan menggenggam tangan Fira dengan erat.

"Datanglah dua minggu lagi ke acara pernikahan ku dengan Linda. " Arman berkata dengan berat hati.

Fira bisa menangkap kesedihan dalam ucapan Arman barusan.

"Pasti aku akan datang. Selamat ya atas pernikahan mu dengan Linda, semoga kalian bahagia dan pernikahan kalian langgeng selamanya." Fira menatap Arman lekat.

"Aku senang akhirnya sahabatku ini sebentar lagi, gak jomblo lagi. Heheh."vHida Fira di iringi kekehan nya.

Arman hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Fira.

Mereka pun mengobrol cukup lama.

Hingga, beberapa saat kemudian Linda menghampiri mereka.

Leo pun segera bergabung.

Kini mereka berempat pun melakukan obrolan ringan.

"Fira terima kasih ya, ini semua berkat jasamu yang berhasil membujuk Arman untuk tidak jadi membatalkan pernikahan kami."

Linda berbisik di telinga Fira.

Fira tersenyum. "Lin, teruslah kamu dekati dia dan buatlah dia merasa nyaman berada di dekat mu. Aku yakin, dia akan sangat mencintaimu nanti." Fira pun ikut berbisik pada Linda.

"Hemm, apa yang kalian bicarakan? Kenapa bisik- bisik begitu?" Arman langsung bertanya dengan jiwa kepo nya itu.

Leo pun ikut kepo,cfia bertanya kepada Fira lewat sorot matanya.

__________________________________

Novel ini berlanjut ke seri ke dua-nya, yang menceritakan bagaimana kehidupan Fira selanjutnya, yaitu dengan judul :

'KUPILIH MELEPASMU MAS'

______________________________

TERIMAKASIH

SALAM

MIRASTORY

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Bab 53 dan 54 - Novel Akulah Istri Sahnya (Tamat)
0
0
 Bab 53 dan 54 - Novel Akulah Istri Sahnya (Tamat)Kara  terakhir dari cerita Akulah Istri Sahnya Bab 53 - PERNIKAHAN ARMAN DENGAN LINDABAB 54 : KESEMPATAN TERAKHIR_____________________________________Catatan : - Karya bisa dibeli secara satuan- Terbit juga di platform lainnya- Harga murah- Silahkan buka bab jika suka, dan beri feedback positif.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan