Bab 48 dan 49 - Novel Akulah Istri Sahnya( Gratis)

0
0
Deskripsi

Bab 48 dan 49 - Novel Akulah Istri Sahnya( Gratis)

Isi dalam bab ini : 2 bab

Bab 48: Menjenguk Suami

Bab 49 : Antara Tiga Pria

Sinopsis : 

"Apa yang ingin kamu tau? Bukankah kamu teman baik Fira? Seharusnya kamu tau, kalau Fira dan Leo akan berpisah." Yudha tersenyum tipis, seolah mengejek Arman.

"Kamu memang tak tau apa - apa tentang Fira! Jangankan kamu, orang tuanya sekali pun tak akan bisa menggoyahkan hati Fira!" Sekarang Arman yang seolah mengejek Yudha.

Yudha menatap Arman penuh tanya.

"Fira...

BAB 48 - MENJENGUK SUAMI

_________________________________

Selamat membaca

"Lebih baik kita akhiri saja obrolan tak bermanfaat ini," ujar Arman serius.

"Arman dengarkan aku, cobalah kamu menerima Linda dengan hati terbuka. Dua sangat mencintai mu, jangan sia-sia kan dia!Belum tentu suatu hari nanti kamu akan mendapatkan wanita yang sangat mencintaimu seperti Linda."

Fira berkata dengan penuh harap agar Arman bisa melupakannya.

Arman tak menjawab, dia hanya diam memikirkan perkataan Fira.

"Ar, jangan sakiti wanita! Jika itu kamu lakukan maka kamu saja dengan Mas Leo!"

Arman terkejut mendengar perkataan Fira.

Dia menatap Fira lekat dengan tatapan yang menunjukkan kegusarannya.

"Coba kamu pikirkan seberapa malunya bagi wanita, harus menerima kenyataan pernikahannya batal. Sangat memalukan dan aib besar!" cecar Fira kembali.

Arman semakin diam tak berkutik dibuatnya.

Fira menatap Arman dengan dalam.

"Tapi, perasaan ku masih untuk mu! Aku mencintaimu Fira." Arman berkata pelan, matanya berkaca-kaca menatap Fira penuh cinta.

"Dasar kau ini! Kita ini sahabat untuk selamanya! Buang perasaan mu itu! Aku yakin, kau itu hanya terbawa suasana. Karena kita berteman baik sejak lama."

Fira tertawa kecil, berusaha menetralkan perasaannya yang tiba-tiba saja berdebar entah kenapa saat mendengar perkataan Arman barusan.

"Aku tidak mungkin kayak si jomblo akut ini kan? Yang dengan mudahnya terbawa suasana! Huh, Asa, ingat suami mu sedang sakit!" Dalam hati Fira, sepertinya Fira mulai gusar.

Arman tampak menggusar wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dia sepertinya dilanda kebingungan.

"Coba kamu berteman baik dengan Linda, kamu pasti akan mulai mencintai nya. Kamu kan baperan! Heheh." Fira terkekeh usai berkata.

"Kau ini! Aku gak baperan sembarangan tau! Hanya sama kamu aja aku baleran, heheh." Arman mulai cengengesan lagi.

Mereka pun akhirnya tertawa bersama.

"Aku serius, kamu nya bercanda!" Fira mendengus kesal, usai tertawa.

"Aku juga serius kali!" jawab Arman yang masih cengengesan.

Lagi-lagi Fira tertawa renyah.

"Ar, dengan kamu aku bisa tertawa lepas dan merasakan bahagia. Terimakasih sahabat terbaik ku." Fira tersenyum hangat, menatap Arman yang berwajah tampan dan karismatik itu.

Di mata orang, Arman sosok yang berwibawa dan cool.

Tapi, di depan Fira justru sebaliknya. Dia. pria yang cengengesan dan suka ngomong asal geplak saja.

"Kenapa menatap ku seperti itu, apa kamu baru sadar aku itu ganteng." Arman sengaja mengedipkan satu matanya.

Blush

Tiba-tiba saja pipi Fira merona.

"Apaan sih! Iya sih ganteng, kalau di lihat dari ujung monas hahaha." Fira tak kuasa menahan tawanya.

"Awas ya kualat kamu dengan perkataan mu itu! Nanti kamu yang bakalan nangis kejer melihat aku menikah." Arman mencebikkan bibirnya, lalu tersenyum getir mengingat kata menikah.

"Apa Linda memang jodohku?" gumamnya dalam hati.

Fira hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataan sahabat nya itu.

"Sudah ah, aku mau pulang!" Fira berdiri dan mulai melangkahkan kakinya.

"Aku antar ya." Arman segera mengikuti langkah kaki Fira.

"Boleh, tapi bawa mobil masing-masing oke." Fira menoleh ke arah Arman sambil nyengir.

Deg

Hati Arman tiba-tiba saja berdebar kencang melihat Fira membuat nya makin gemas.

Fira kembali melangkahkan kakinya dengan pelan.

"Fir!" Arman memanggil.

Fira tak menyahut.

"Fiiir!"

"Budeg apa ya dia!" gerutu Arman sambil mendengus kesal.

"Ar! Kau ini lama - lama di kira banteng sama orang!" Fira kembali nyengir.

Arman jadi bingung mendengar perkataan Fira "Banteng! Apa maksud mu?"

"Iya, coba kamu hitung sejak tadi sudah berapa kali kamu mendengus seperti banteng hahaha." Fira tertawa merasa lucu dengan tanggapan Arman yang terlihat bingung.

"Hei kamu itu dasar cewek urakan ketawa Mulu gak ada anggun - anggun nya!" Lalu ikut tertawa.

"Bagaimana bisa aku gak jatuh cinta padamu Fir, kamu begitu menggemaskan bagiku." Arman menahan sejuta gelisah di dadanya.

"Fira jawab dulu pertanyaanku tadi?" Arman berkata serius.

Fira menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Arman dengan bingung.

Saat ini mereka sudah sampai di luar kafe, dan berdiri di tempat yang tidak menghalangi orang lalu lalang.

"Pertanyaan apa?" tak merasa ada pertanyaan yang harus di jawab.

"Aku mencintaimu Fir, apakah ada rasa cinta untuk ku meski hanya sedikit saja?" Tatapan Arman begitu dalam dan dipenuhi cinta.

Fira benar-benar baru menyadari nya hari ini.

Fira jadi gelisah. "Ya ampun Arman! Kamu lagi nembak istri orang? Luar biasa!" tersenyum tak percaya Arman bisa menanyakan hal ini lagi.

Bukan nya, tadi dia sudah berkata panjang lebar agar Arman mau melupakannya dan membuka hati untuk Linda.

Arman hanya diam dengan raut wajah penuh harap, ada sedikit rasa di hati Fira untuk nya.

"Maafkan aku Ar, kamu tau kan hati ku hanya untuk mas Leo yang brengsek itu." Fira tersenyum getir mengingat suaminya.

"Aku hanya menganggap mu sebatas teman dan sahabat baik ku, gak lebih. Sekali lagi maaf kan aku Ar," penuh sesal.

Arman tersenyum getir menatap Fira dengan lembut.

"Oke gak masalah, tapi kita masih temenan kan?" ada rasa khawatir di hati Arman.

Takut pernyataan cinta nya akan membuat Fira menjauhinya.

"Gak mau! Aku gak mau temenan sama kamu! Takut kamu merebut hatiku dari mas Leo!" Dengan serius Fira berkata.

Deg

Arman jadi gelisah mendengar perkataan Fira.

"Jadi kau gak mau berteman denganku lagi?" Arman berkata lirih dengan raut wajah yang sedih.

Fira mengangguk yakin, membuat Arman semakin gelisah tak karuan.

 "Hahah, aku bercanda kali! Mana mungkin aku rela kehilangan sahabat terbaik seperti mu!" Fira tertawa senang berhasil menjahili sahabat nya itu.

Mereka pun tertawa bersama. "Best friend forever!" Ucap keduanya, lalu mereka saling menggenggam tangan dengan erat.

*

*

Kini mereka sudah berada di dalam mobil masing-masing.

Tujuan Fira adalah rumah sakit tempat Leo di rawat.

Leo masih terbaring lemah, begitu pun Salma.

Fira masuk ke dalam kamar rawat Leo, sedang kan Arman duduk di ruang tunggu.

Saat Fira masuk ke dalam kamar rawat suaminya itu, tak ada siapapun di sana.

Karena, ibu Leo baru saja pergi untuk membeli cemilan di minimarket sekitar rumah sakit.

Melihat suaminya yang terbaring lemah, dan di penuhi balutan perban pada beberapa bagian tubuh dan wajah nya membuat hati Fira sedih.

"Mas!" Sapa Fira.

Leo yang memang sedang tidak tidur, hanya saja matanya terpejam.

"Sayang!" Leo menoleh ke arah Fira, matang berbinar bahagia dan berkaca-kaca.

Fira melangkahkan kakinya dan berdiri di samping tempat tidur Leo.

"Mas sudah baikan?" Tanya Fira dengan lembut, segelintir air mata jatuh membasahi pipinya.

"Iya, kamu jangan nangis sayang." Ucap Leo lembut.

"Maafkan aku baru bisa menjenguk mu sekarang." Ujar Fira dengan lirih, dia menggenggam tangan Leo lembut.

"Tak apa sayang, lagian kamu kan baru selesai melahirkan. Bagaimana keadaan anak - anak kita? Mereka baik - baik saja kan?" Leo mengeratkan genggaman tangan nya.

"Iya mereka baik - baik saja." Fira tersenyum hangat pada suami yang sudah mengkhianatinya itu.

"Syukurlah." Ucap Leo senang.

"Mas ingin memelukmu, sayang." Leo menatap Fira penuh harap.

"Tentu!" Fira mencondongkan tubuhnya ke dada Leo dengan pelan, agar tidak menyakitinya.

Leo memeluk Fira dengan tangan nya yang tidak di infus.

"Maaf kan mas ya, mas salah banyak sama kamu." Leo mengecup puncak kepala Fira cukup lama.

"Iya mas, aku udah memaafkan mu. Cepatlah pulih anak - anak merindukan mu." Ucap Fira saat masih di pelukan suaminya itu.

Air mata Fira meleleh melihat kondisi suaminya, wajah tampan nya itu kini berbalut perban di beberapa bagian.

Dan suara nya. terdengar lemah tak bertenaga.

Cukup lama Leo memeluk Fira.

"Mas kapan boleh pulang?" Tanya Fira dengan lembut. Usai pelukan nya terurai.

"Belum tau." Ucap nya lirih.

"Ra, Fira maafkan mas ya sayang," ucap Leo kembali dengan buliran air mata yang mulai menetes.

"Sudahlah mas, aku sudah memaafkan kamu." Fira tak kuasa menahan derai air matanya.

Air matanya menetes, mengalir deras membasahi pipinya secara tiba-tiba.

Leo tersenyum getir menatap isteri pertama yang sering dia sakiti itu.

"Apa Ara menanyakan ku?" Leo menatap wajah isterinya yang makin hari terlihat semakin cantik itu.

"Iya, Ara sangat merindukan mu. Dia sering merengek ingin menemuimu." Fira berkata jujur.

Leo tersenyum senang. " Aku bahagia mendengar Ara merindukanku, aku akan berusaha cepat pulih demi ketiga anakku dan juga kamu sayang."

Ucap Leo dengan wajah yang lebih ceria kini.

"Iya mas." Fira membelai lembut pipi suaminya itu dengan jemarinya.

*

*

Sementara, Arman memainkan ponselnya di ruang tunggu agar tidak terlalu bosan.

Plak

Seseorang menepuk bahunya pelan.

Arman terkejut, dan sontak menoleh ke arah orang yang menepuk bahunya itu.

Arman mengernyitkan dahi nya berusaha mengingat pria tampan yang ada di hadapannya kini.

"Kamu teman nya Fira Kan?" Tanya pri itu yang tidak lain adalah Yudha.

"Iya, tunggu tunggu kamu itu Yudha kan? Calon suami Fira yang gak jadi itu heheh." Entah kenapa Arman seperti sedang mengejek Yudha saja.

"CK, hanya itu yang masih kamu ingat!" Yudha berdecak kesal.

Lalu duduk di kursi kosong yang ada di samping Arman.

"Sedang apa kamu di sini?" Tanya Yudha.

"Nungguin calon istri, eh temen." Arman garuk-garuk kepala, dia keceplosan.

"Calon isteri apa teman? Mana yang benar?" Yudha menatap Arman kepo.

"Emmm, tentu saja teman ku Fira." Arman menjawab dengan datar berusaha untuk menutupi perasaannya di depan Yudha.

"Oh, jadi Fira ada di sini?" antusias bertanya.

"Iya, memang nya ada apa?" Arman menatap curiga kepada Yudha.

"Kepo kamu!" Yudha berdiri dan langsung melangkahkan kakinya menuju ke ruangan dimana Leo di rawat.

"Yudha! Mau kemana?" Arman mengejar langkah Yudha.

_________________________________

BAB 49 - ANTARA TIGA PRIA

Selamat membaca

Arman mengikuti langkah Yudha.

Yudha tampak menuju ke ruangan Leo.

"Mau apa kamu menemui Leo?" ujar Arman, setelah langkah kakinya sejajar.

"Mau memberikan surat gugatan cerai, kenapa?" Yudha tersenyum tipis.

"Apa maksudmu?" Arman bertanya dengan heran.

Yudha menghentikan langkahnya, mereka sudah sampai di depan lift.

Lalu, mereka masuk ke dalam lift.

Hanya ada mereka berdua di sana.

"Apa yang ingin kamu tau? Bukankah kamu teman baik Fira? Seharusnya kamu tau, kalau Fira dan Leo akan berpisah." Yudha tersenyum tipis, seolah mengejek Arman.

"Kamu memang tak tau apa - apa tentang Fira! Jangankan kamu, orang tuanya sekali pun tak akan bisa menggoyahkan hati Fira!" Sekarang Arman yang seolah mengejek Yudha.

Yudha menatap Arman penuh tanya.

"Fira bucin akut pada Leo, tak mungkin mau bercerai! Aku tau itu! Aku yakin bukan Fira yang menginginkan perceraian ini!" lanjut Arman.

"Kita lihat saja, aku yakin Fira mau bercerai dengan Leo. Dan jika hal itu terjadi, akulah yang akan jadi pendamping hidupnya," ujar Yudha dengan senyuman penuh percaya diri.

Arman hanya menatap Yudha remeh, tak mungkin! Itulah arti senyumannya.

Yudha tak menanggapi perkataan Arman.

Kini mereka berada di depan pintu ruangan Leo.

Saat ini memang masih jam besuk pasien.

Satpam memperingatkan, hanya dua orang yang boleh menjenguk dulu jadi harus gantian.

Yudha masuk lebih dulu, meski Arman dongkol karena ingin tau apa yang terjadi di dalam.

Akhirnya, Arman kembali menunggu di ruang tunggu.

"Mas Yudha!" sapa Fira saat melihat Yudha masuk.

"Apa kabar Fir?" Sapanya sambil mengulurkan tangan.

"Emmmh, baik." Fira tersenyum.

Leo melirik sedikit dengan tidak suka, bagaimanapun Yudha adalah saingannya sejak dulu.

"Semoga lekas sembuh ya Le." Yudha tersenyum.

"Terimakasih." Leo menjawab dengan nada datar.

"Fira bisa kita bicara sebentar? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan sama kamu." Yudha menatap Fira dengan lembut.

Leo menghela napasnya dalam-dalam, sebagai laki-laki dia tau arti dari tatapan mata Yudha.

Yudha menyukai isterinya.

"Baiklah, tapi aku ijin dulu sama suamiku ya." Fira menoleh ke arah Leo, dia tersenyum lalu bertanya. "Mas, apa boleh aku ngobrol sebentar dengan m

Mas Yudha?"

"Iya, tapi jangan lama ya," jawab Leo, malas sebenarnya dia mengijinkan Fira bicara dengan Yudha.

"Iya mas." Fira segera mengikuti langkah kaki Yudha, mereka duduk di sofa yang ada dalam ruangan rawat Leo.

Leo memang sengaja dipindahkan ke ruangan VIP supaya nyaman.

Leo memperhatikan mereka berdua dari tempat tidurnya dengan tatapan tidak suka.

"Fira apa kamu sudah mempertimbangkan permintaan orang tuamu?" Yudha membuka obrolan.

"Oh itu. emmm, iya sudah." Fira menghela napasnya dalam dan menghembuskannya perlahan.

Untuk mengatur perasaannya yang bingung saat ini.

Antara orang tua dan suaminya.

Tapi, ini adalah rumah tangganya. Dia tak mau ada yang ikut campur.

"Jadi apa kamu bersedia menggugat cerai Leo?" lanjut Yudha.

meski pelan, Leo bisa mendengar perkataan mereka.

Hatinya sakit bagai teriris, saat ini dirinya sedang sakit cukup parah.

Tapi, istrinya malah membicarakan perceraian dengan pengacaranya yang merupakan mantan calon suaminya dulu.

"Yud, sebenarnya kamu gak perlu ikut campur lagi tentang masalah ini. Keputusanku sudah bulat! Aku tak ingin bercerai dengan mas Leo! Apalagi ada Ara dan Rayyan dalam rumah tangga kami!"

Fira berkata tegas.

Leo tersenyum senang dan hatinya lega mendengar perkataan Fira.

"Aku janji akan mencintaimu dan setia padamu, tak akan aku ulangi kesalahanku lagi," gumam Leo dengan yakin.

Yudha menggelengkan kepalanya heran. "Apa kamu yakin dengan keputusanmu itu Fir?"

"Tentu saja! Bahkan, aku sudah mengatakan dengan tegas pada orang tua ku kalau aku gak mau bercerai!" Fira berkata dengan penuh penekanan.

"Fira! Suatu hari nanti kamu pasti akan menyesali keputusan mu ini. Leo bukanlah pria yang tegas! Dia plin plan dan mudah tergoda wanita. Bisa saja dia menghianati mu untuk yang kesekian kalinya!"

Yudha berkata dengan nada ejekan dan kesal akan keputusan Fira yang sulit di goyahkan.

Mungkin, Fira memang bucin sama Leo seperti yang Arman katakan.

"Terimakasih atas kebaikan mas Yudha, sudah memberiku nasihat yang baik. Tapi, maaf aku yakin sama mas Leo. Dia akan berubah demi keluarga kami," ujar Fira dengan yakin.

Leo yang mendengar semua isi obrolan mereka, merasa kesal karena Yudha sepertinya sengaja ngomporin dan menghasut Fira agar mau bercerai.

Tapi Leo bersyukur, Fira teguh pendirian mempertahankan rumah tangganya.

Yudha pun pamit pulang pada Fira dan Leo membawa rasa dongkol, karena gagal membujuk Fira untuk bercerai dengan Leo.

Yudha merasa malas saat berjalan melewati Arman.

Arman tersenyum mengejeknya, sudah yakin Yudha pasti gagal.

"Aku yakin kamu pasti gagal!" ejek Arman.

"Shhh, Saya mau pulang. Sampai jumpa lain waktu." Yudha malas meladeni Arman, hanya akan membuatnya kesal saja.

Arman hanya tertawa mengejek melihat kegalauan Yudha.

Pria itu pasti patah hati, terlalu berharap Fira akan bercerai dengan Leo lalu mau menerima pinangan nya.

Kring

Kring

Nada dering ponsel Arman berbunyi.

"Iya mah," jawab Arman, rupanya itu telpon dari mamanya.

Dengan cepat, Arman mengetikkan pesan untuk Fira.

"Fir, maaf aku ada urusan penting, mendadak. Aku pulang duluan ya." Arman, Send.

Ting

Tidak lama kemudian, pesan balasan dari Fira masuk.

"Oke, terima kasih ya untuk semuanya." Fira bahkan menambahkan emot senyum.

Arman hanya tersenyum, dia tak membalas pesan dari Fira.

Ia bergegas pulang. Sang mama sudah ngambek di telpon.

*

*

Hari berganti hari, minggu berganti Minggu.

Tanpa terasa sudah lebih dari satu bulan Leo di rawat di rumah sakit, begitu pun Salma.

Kondisi Leo sudah membaik, hanya saja kaki nya cacat.

Leo sudah bisa pulang ke rumah, dia kini tinggal bersama Fira.

Tiara menyambut ayahnya dengan antusias dan bahagia, begitupun Leo.

Dia memeluk Tiara dengan sejuta rasa bersalah, karena sering mengabaikannya.

Fira tersenyum bahagia melihat suami dan anaknya bersama.

"Semoga saja keluarga kami kembali harmonis, dan bahagia seperti sebelum ada Salma sebagai benalu dalam rumah tangga kami," gumamnya pelan.

Namun, Fira sedih dengan kondisi Leo yang tidak bisa berjalan dengan normal. Satu kakinya berjalan dengan pincang.

Hal itu membuat Leo menjadi rendah diri, dan lebih banyak mengurung diri di kamar.

Kebahagiaan Fira bertambah, karena Rayyan puteranya sudah bisa pulang.

Setelah lebih dari satu bulan berada dalam perawatan intensif.

Raisa anak Leo dan Salma pun turut di rawat oleh Fira.

Meski, terkadang ada rasa sakit setiap menatap anak itu.

Wajah Raisa yang mirip Salma, mengingatkan akan penghianatan antara suaminya dengan wanita itu.

Tapi, sebisa mungkin Fira menekan rasa sakit di dadanya kuat-kuat.

Raisa tak berdosa, dia tak tau apa-apa. Bayi itu sama sekali tak berdosa.

Ting tong

Ting tong

Terdengar suara bel rumah berbunyi.

Bi Ijah yang membuka kan pintu, karena Mia sedang sibuk menjaga Raisa saat ini.

Seorang wanita cantik tampak berdiri di depan pintu dengan pongahnya.

"Maaf mau ketemu sama siapa ya?" tanya Bi Ijah dengan sopan.

"CK, apa kamu gak tau aku siapa?" Wanita yang berdiri di depan Bi Ijah berkata dengan sombong.

Bi Ijah menggelengkan kepalanya, karena memang merasa tak mengenalnya.

"Dasar babu!" bentaknya dengan ketus.

Wajah Bi Ijah langsung memucat dibentak seperti itu.

"Kenalkan aku ini Salma istri Mas Leo!" Dengan lantangnya dia berkata, ya dia adalah Salma.

Yang sengaja datang untuk menemui Leo dan Raisa anaknya.

Kondisinya memang lebih baik dari Leo.

Dia tak kekurangan suatu apapun, berbeda dengan Leo yang kakinya pincang.

"Oh jadi kamu pelakor itu ya!" tiba-tiba saja Mia sudah berada di belakang Bi Ijah, ibunya.

"Mia!" Ibunya berkata lirih.

Tak mau anaknya berdebat dengan wanita yang merupakan masih isteri tuannya itu.

"Dia yang mulai bu! Dia membentak ibu!" Mia berkata dengan sewot.

"Hah kalian itu babu memang tak tau diri!" Dengan sombongnya, Salma segera masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan mereka berdua.

Mia dan Bi Ijah menggelengkan kepalanya, heran dengan sikap Salma.

"Ko Pak Leo mau ya nikah sama wanita sombong seperti dia!" cibir Mia.

"Huss, udah jangan bicara begitu. Ayo kita ke dalam." Bi Ijah menarik tangan Mia masuk ke dalam.

Salma berteriak-teriak dengan kasar dan suara lantang.

"Fira! Fira! Mas Leo! Keluar kalian, aku mau bicara! Dan mana anakku Raisa!" 

"Salma kenapa membuat keributan di rumah orang!" bentak Dimas tiba-tiba.

Dimas memang menginap di rumah Fira sudah seminggu ini. Karena, kebetulan ada urusan bisnis.

Wajah Salma langsung memucat, melihat Dimas ada di sini. Pria yang pernah menjalin asmara dengannya.

"Dim, Dimas! Kenapa ada di sini?" tanya Salma dengan terbata, dia merasa malu ketahuan sudah marah-marah di rumah Fira oleh Dimas.

"Ini kan rumah sepupu ku, wajar dong kalau aku ada di sini." Dimas menyeringai.

"Aku hanya ingin menemui anak ku." Ujar Salma lirih dengan raut wajah yang di buatnya sedih.

Dia ingin menarik perhatian Dimas.

"Oh begitu." Dimas manggut-manggut.

"Duduklah." Dimas berkata dengan lembut.

Salma pun berusaha bersikap baik, ada Dimas di sini. Dia ingin terlihat baik di depan nya.

Kini mereka sudah duduk dengan saling berhadapan.

"Apa kamu masih ingin menjadi isteri ku?" tanya Dimas tiba-tiba, dia menatap Salma dengan hangat dan suara yang lembut juga.

"Apa?" Salma melongo menatap Dimas dengan tak percaya.

"Iya, kamu jadi isteriku." Dimas berkata dengan serius.

"Bukankah kamu merasa jijik padaku!" ujar Salma, dia heran dan tak percaya dengan apa yang di katakan Dimas.

Pria itu sudah mencampakkan nya dulu, setelah tau dirinya isteri kedua Leo.

Kenapa tiba-tiba dia bicara seperti itu? Ini jadi pertanyaan besar untuk Salma.

"Waktu itu aku..." ujar Dimas menjelaskan.

______________________________

TERIMAKASIH

MIRASTORY

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Bab 50, 51 dan 52 - Novel Akulah Istri Sahnya (gratis)
0
0
 Isi dalam bab ini : 2 babBab 50: KERIBUTAN DI RUMAH FIRABab 51 : RESMI BERPISAH Bab 52 : PERNIKAHAN DIMASSinopsis : Kak! Mia menyapa, dia tadi mendengar keributan dan segera datang. Leo melirik Mia sekilas, begitu pun Mia yang balas tersenyum kepada Leo majikannya itu. Mia, tolong tidurkan Raisa. Fira menyerahkan, Raisa kepada Mia. Iya kak. Dengan cepat Mia menggendong Raisa. Sekalian buatkan es jeruk, saya merasa gerah habis bertengkar. Leo memejamkan matanya. Baik tuan. Dengan cepat Mia menuju kamar untuk menidurkan Raisa, lalu ke dapur untuk membuat es jeruk. Apa benar Dimas akan menikahi Salma? Tanya Leo dengan nada yang datar, matanya masih terpejam. Kenapa? Apa kamu gak rela Mas? Fira menjawab Leo dengan pertanyaan. Dia merasa kesal atas pertanyaan suaminya itu. Yang terkesan masih ingin mempertahankan Salma.______________๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚_____________Catatan : - Karya bisa dibeli secara satuan- Terbit juga di platform lainnya- Harga murah- Silahkan buka bab jika suka, dan beri feedback positif.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan