Rosehill vs The Andrews (Lorong Rahasia) Rewrite - Bab 3: Misi, Tertangkap, Hukuman, dan Miss Lauren

0
0
Deskripsi

"Apa yang semalam kalian lakukan di ruang arsip?" Lauren bertanya dengan nada datar sambil meniupkan udara ke kukunya yang dicat berwarna pink nude, kepada empat orang murid Rosehill yang semalam tertangkap basah sedang melakukan kegiatan yang luar biasa membutuhkan nyali.

Lauren, yang tidak lain adalah Agnes Lauren adalah seorang guru Matematika yang mempunyai tugas merangkap sebagai petinggi ketertiban atau istilahnya satpam di asrama Rosehill. Cantik dan menarik, pintar luar biasa, tegas tak tertandingi,...

"Apa yang semalam kalian lakukan di ruang arsip?" Lauren bertanya dengan nada datar sambil meniupkan udara ke kukunya yang dicat berwarna pink nude, kepada empat orang murid Rosehill yang semalam tertangkap basah sedang melakukan kegiatan yang luar biasa membutuhkan nyali.

Lauren, yang tidak lain adalah Agnes Lauren adalah seorang guru Matematika yang mempunyai tugas merangkap sebagai petinggi ketertiban atau istilahnya satpam di asrama Rosehill. Cantik dan menarik, pintar luar biasa, tegas tak tertandingi, tatapannya tajam seperti mata belati, dan single adalah kombinasi mematikan untuk menundukkan murid-murid yang bertingkah di Rosehill. Primadona Rosehill selama bertahun-tahun yang merupakan guru termuda di sekolah tersebut, menaikkan satu alisnya ketika menatap satu per satu korbannya, kemudian pandangannya terhenti beberapa detik ketika menatap dewi baru Rosehill, Hellen.

"Saya mencari Rhena, Miss," jawab Hellen terbata-bata sembari menunduk dalam-dalam dan menyenggol lengan sahabatnya-Rhena yang berada di sampingnya. Rhena yang namanya pertama disebut langsung tersentak dan memicingkan mata penuh kebencian ke arah Hellen.

"Oke Hellen, sampai detik ini alasanmu masih bisa saya terima." Hellen menarik napas dalam dan merasa sedikit lega ketika mendengar ucapan guru tersayangnya yang kini wajahnya tidak lebih dari 5 cm tepat di depan wajahnya. Lauren memalingkan wajahnya dan sekarang giliran Rhena yang menjadi sasarannya. "And you, Rhena, apa yang kau lakukan sehingga Hellen sampai mencarimu ke ruang arsip?" Keringat sebesarnya butir jagung kembali menyelimuti dahi dan leher, bahkan Rhena merasa rambutnya sudah mulai basah karena banjir keringat.

"Saya pergi, karena... karena... ingin... ingin... belajar," kata Rhena yang tidak kalah terbata-batanya dari Hellen, bahkan lebih parah.

"Belajar? Malam-malam? Rhena, saya tahu kau murid yang pintar, tapi belajar pada jam satu malam? Jangan bercanda, coba cari alasan yang lebih masuk akal!" sanggah Lauren dengan nada yang menusuk, ia tak percaya dengan alasan yang dikemukakan oleh Rhena.

"Ma-maaf Miss, itu memang kebiasaan saya, saya hanya bisa berkonsentrasi pada malam hari," jelas Rhena dengan intonasi yang semakin kacau. Amanda dan Audry yang belum mendapatkan giliran reflekss menutup mata, berharap Rhena menutup mulutnya saja.

"Oke, tapi kenapa kalian bisa sampai ruang arsip, apakah kau belajar sambil berjalan dan tersesat?" pancing Lauren yang semakin menikmati permainan ini.

"Itu... itu... karena... karena saya melihat... melihat...." Rhena berpikir keras hendak mencari alasan lainnya agar satu detik saja Lauren dapat memalingkan matanya yang seperti kucing itu dari dirinya.

"Hantu?" tanya Lauren dengan pandangan mata yang mengejek.

"Bukan, saya tidak melihat hantu," sanggah Rhena yang sudah kehilangan rasa takutnya. Terima kasih pada pandangan mengejek Lauren yang mampu mengikis habis rasa takut dan mengubahnya menjadi emosi untuk bertahan. Lauren menaikkan alisnya ketika mendengar ucapan Rhena yang telah dilumuri kepercayaan diri. "Saya melihat Mandy semalam, penyakit berjalannya pada waktu tidur kambuh lagi untuk ketiga kalinya dalam minggu ini, Anda tahu sleepwalker?" Saat ini giliran Amanda yang terguncang karena alasan paling kacau yang pernah ia dengar seumur hidupnya, apalagi ia tidak memiliki kelainan seperti itu.

"Omong kosong! Alasan yang tidak masuk akal, lalu Amanda, kenapa kau memilih berjalan ke arah ruang arsip, JAWAB!" Lauren sudah kehilangan kesabarannya ketika menghadapi pernyataan setiap muridnya itu, ingin rasanya ia membenamkan mereka satu persatu ke kolam ikan yang penuh dengan piranha.

"Bagaimana saya tahu Miss, saya dalam keadaan tidak sadar." Amanda memilih melanjutkan kebohongan Rhena. Ia tahu, mereka akan mendapatkan sanksi yang menyakitkan, tapi cerita Rhena menarik untuk dilanjutkan.

"Kemarin saya berjalan ke arah perpustakaan dan kamar mandi, mungkin sekarang ingin mencari tempat yang belum pernah saya kunjungi, ruang arsip misalnya, atau mungkin kamar Miss. Lauren," jawab Amanda yang merasa aneh karena dapat dengan lancar menjawab pertanyaan yang ia rasa semakin membuat Lauren terbakar amarah sehingga wajahnya yang tadinya putih menjadi merah jambu, dan sekarang menjadi ungu seperti seseorang yang baru saja tertimpa batu besar tepat di wajahnya.

"DAN KAU AUDRY, APA YANG KAU LAKUKAN, SAMPAI BERADA DI TEMPAT MEREKA?" Kali ini Lauren benar-benar sudah kehilangan kontrol emosinya. Ruangan kantornya seperti bergetar dan suaranya menggema di ruangan tersebut, bahkan warna krem yang mendominasi ruangan tersebut sepertinya sudah berubah warna menjadi abu-abu, mengikuti warna wajah pemiliknya sekarang.

"Saya ... mencari mereka bertiga, saya takut di kamar sendirian. Anda sendiri tahu, kamar asrama di sini cukup untuk menampung 10 orang murid, tapi hanya di tempati oleh empat murid, jadi saya takut sendirian," jawab Audry yang dari awal sudah berusaha menahan tawa mendengar penjelasan sahabat-sahabatnya yang tidak masuk akal. Mana mungkin Hellen mau mengikuti Rhena. Hellen pasti akan memilih merawat wajahnya dan tidur agar esok terlihat cantik paripurna daripada harus mengikuti Rhena yang sedang belajar. Sedangkan, Rhena, mana mau ia berjalan keluar menyusuri koridor Rosehill yang sangat gelap pada malam hari, untuk mengikuti Amanda yang sleepwalker. Kalau ia dalam posisi bangun dan melihat Amanda mulai berjalan dalam tidur, ia pasti akan menghentikan Amanda, bahkan sebelum Amanda keluar dari kamar asrama. Kemudian, Amanda, sleepwalker adalah benar-benar alasan yang kacau. Amanda adalah manusia paling kalem dan anggun kalau sedang tidur, jangankan berjalan, balik ke kiri dan kanan saja penuh perhitungan. Terakhir dirinya, mana mungkin seorang Audry takut hanya karena ditinggal sendirian di kamar oleh sahabat-sahabatnya? Pada kenyataannya dialah yang paling berani di antara keempatnya.

"Cukup! Kalian berempat akan dihukum. Kalian harus membersihkan piala sore ini. Semua piala, semuanya! Jangan berharap kalian bisa berhenti sebelum diizinkan." Lauren menarik napas menahan emosi. "Dan jangan lupa, tuliskan nama kalian di buku pelanggaran!" Lauren memerintahkan dengan nada yang lebih lembut tetapi tetap emosi. Ia lalu mengeluarkan sebuah buku besar, sebesar buku daftar kehadiran tamu, tetapi yang ini lebih tebal lalu membantingnya di meja. Buku ini bersampul hitam dan di depannya terdapat logo Rosehill, yaitu bunga mawar berukuran besar di tengah dan dikelilingi dengan untaian semacam sulur tanaman, tapi memiliki cabang-cabang kecil seperti dedaunan kecil dan duri, semuanya dibingkai dengan segi lima. Logo yang sama seperti yang mereka kenakan di kerah sebelah kiri kemeja putih seragam mereka.

Satu persatu dari keempat anak itu mengisi kolom-kolom yang terdapat di buku tersebut. Buku ini mengingatkan dengan kolom-kolom pada jurnal akuntansi, hanya saja yang satu ini memiliki judul yang lain, yaitu "DAFTAR PELANGGARAN TATA TERTIB". Kolomnya juga bukan mengenai debit dan kredit, tapi bertuliskan nama murid, jenis pelanggaran, pasal yang terkait, hukuman, paraf pelanggar, dan terakhir paraf petinggi ketertiban. Mereka berempat sepertinya sudah sangat hafal dengan urutan-urutannya, karena sebelumnya nama mereka sudah dengan tercantum dengan tinta merah di buku tersebut.

"Kalian boleh keluar dan lanjutkan pelajaran. Sore ini, setelah pelajaran selesai, jangan lupa datang ke ruangan saya, saya akan mengantar kalian. Kalian boleh istirahat saat makan malam dan kembali melanjutkan hukuman kalian sampai waktu yang saya tentukan," titah Lauren. "hukuman kalian akan dilanjutkan pada hari-hari berikutnya kalau hari ini tidak dapat kalian selesaikan. Kalian tahu berapa kali kalian telah melanggar peraturan Rosehill?" Lauren berdecak tidak percaya ketika membidik satu per satu dari keempat gadis. "Potensi?" Lauren menggeleng tidak percaya. "Memangnya kenapa kalau memiliki potensi tetapi attitude minus, kalian bisa keluar!"

"Ada apa dengan attitude kita?" Hellen bersungut kesal ketika meninggalkan ruangan Lauren. "Kita sopan dan patuh, hanya sedikit memiliki kadar penasaran melebihi murid-murid lain, itu saja."

"Angka pelanggaran kita memang sudah cukup banyak," ujar Rhena merangkul Hellen yang masih kesal.

"Baru 20, masih ada 30 point lagi sampai akhir tahun, batasnya 50 point."

"Apa perlu kau ingatkan?" tanya Rhena mencubit pinggang Audry.

"Supaya kita lebih berhati-hati dan sedikit mengerem kalau sudah mendekati limit."

"Apa kata kalian?"

Keempatnya tersentak karena Lauren tiba-tiba keluar dari kantornya dan menemukan mereka masih berdiri di luar pintu ruangannya.

"No Miss, tidak ada apa-apa, kami hanya berunding untuk datang sore ini," jawab Amanda mengapit siapa pun yang berjarak terdekat dengannya. "Kami pamit Miss." Amanda tidak perlu menarik siapa pun, semua ingin menghindar dari picingan mata Lauren.

--oo00oo--


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Rosehill vs The Andrews (Lorong Rahasia) Rewrite - Bab 4: Rencana Brilian
0
0
CCTV! Apa kau melupakan CCTV? Max merangkul sadis bahu Alex dengan satu tangan.Aman... aman... aku memasuki ruangan itu bersama Professor Bernard, tidak ada yang akan curiga, tutur Alex dengan tenang.Tapi kau sempat keluar ruangan dan menggunakan handphone, kau yakin tidak tertangkap CCTV? Reno menarik kerah Alex lalu pura-pura membenarkan letaknya. Alex menjauhkan tangan Reno dari bajunya dengan gesture jijik.Percaya padaku. Reno mendengus kesal mendengar sesumbar sombong Alex.Berisik. Ryan menarik kerah Alex dan Reno bersamaan. Kau ingin memulai atau tidak? Alex berkedip-kedip melihat kesangaran dan ketidaksabaran Ryan. Memang butuh seorang Ryan untuk sedikit menundukkan Alex agar kembali ke jalan yang benar dan fokus. Alex mengangguk sambil memegangi lehernya ketika Ryan melepaskan cengkeramannya. Di sisi lain Reno juga segera bergerak menata buku-buku yang telah mereka bawa sebagai kamuflase.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan