
Hampir seribu tahun hidup di muka bumi, Naena-siluman kucing yang terobsesi menjadi manusia-mulai merasa bosan. Misinya menemukan lelaki yang tidak disfungsi ereksi setelah menggaulinya ternyata tak semudah bayangan. Hampir semua pria berakhir impoten. Jika terus begini, Naena tak akan pernah bisa menjadi manusia.
Sampai akhirnya datang sosok Dimas, satu-satunya pria yang tetap perkasa sesudah menikmati ranjang panas Naena. Sang siluman kucing akhirnya memperdaya Dimas untuk menikahinya. Namun, adakah...
Bab 2
Naena berguling-guling, sesekali menggesekkan tubuh ke tiang-tiang megah berlapis emas yang menopang kokoh istana Ayres. Ekornya masih terangkat naik, tanda jika siklus birahinya belum berakhir. Ruang utama istana super luas, dengan dinding-dinding kaca mengelilingi setinggi 12 meter membuat Naena merasa ruangan itu merupakan tempat paling nyaman untuk mengurung diri. Ia bisa berguling ke sana ke mari tanpa takut membentur barang-barang. Jangan lupa, akuarium raksasa di ujung ruangan yang berisi beraneka ikan laut hidup siap santap menjadikan istana Ayres layak disebut surga. Ya, surga untuk para siluman kucing. Sayangnya jumlah mereka terbatas ... atau bisa dibilang hampir punah. Jadi di istana ini hanya ada dua ekor, Ayres dan Naena. Sisanya tersebar puluhan di luar sana, tapi itupun cuma pejantan, tak ada betina. Mungkin di ujung bagian bumi lain, atau semacamnya, ada siluman kucing betina dengan ras berbeda, yang pasti di Indonesia hanya Naena satu-satunya siluman kucing betina yang lahir dalam rentang waktu 3000 tahun terakhir.
Itu sebabnya populasi siluman kucing hampir punah. Siluman kucing jantan harus kawin dengan siluman kucing betina untuk melahirkan bayi siluman. Sayangnya sejak ratusan ribu tahun yang lalu jarang sekali lahir siluman kucing betina. Sehingga tak banyak yang bisa melahirkan bayi-bayi siluman. Peradaban siluman kucing akan bersyukur jika dalam seribu tahun lahir satu saja siluman kucing betina. Itu akan dianggap fenomena yang langka. Sangat jarang terjadi. Dan Naena merasa kelahirannya sebagai kucing betina merupakan sebuah kesialan. Ia merasa dirinya terlahir untuk menjadi budak nafsu dan mesin reproduksi yang bertanggung jawab menyelamatkan kepunahan bangsanya. Naena membenci siklus kawin siluman kucing betina yang membuat dirinya diburu tak hanya satu-dua siluman kucing jantan. Pejantan akan mengawininnya bergantian sampai ia hamil. Ia juga benci bagaimana siluman kucing betina harus dieksploitasi untuk melahirkan bayi-bayi setiap periode. Tak mau dijadikan alat kembang biak, Naena memutuskan ingin menjadi manusia. Ia bertapa memohon air mata Dewa untuk melindunginya dari kebuasan para pejantan. Berkat kalung air mata Dewa yang tergantung di lehernya, Naena berhasil menjalani 1000 tahun tanpa dijamah pejantan kelaparan dari bangsanya. Tugasnya tinggal menyerap energi manusia dengan kawin dengan pria yang sama sebanyak 50 kali. Mungkin mudah kedengarannya, tapi nyatanya berat. Sampai detik ini tak ada pria yang kembali perkasa setelah tidur dengan Naena. Mereka lumpuh gairah, tidak bisa turn on. Jadi bagaimana Naena akan mengawini mereka sebanyak 50 kali? Ah, Naena pusing memikirkannya.
"Naena," panggil Ayres yang berada di singgahsananya. "Jangan mondar-mandir di sini sambil mengangkat ekormu. Kamu tahu aku bisa memperkosamu kapan saja? Uterus-mu menguarkan aroma yang mengundang, membuat kami para pejantan tak bisa menahan diri."
"Aku tak punya tempat lain untuk bersembunyi, Guru."
Ayres mendengkus kesal. "Lantas kenapa kamu harus bersembunyi?"
"Jika aku kembali ke alam manusia, aku tidak tahan untuk tidak mengawini siapapun yang mendekatiku," ujar Naena sambil mencebik.
"Ya sudah, kawini saja siapapun itu. Apa masalahnya?" Harus Ayres akui, Naena memang pandai membuatnya kehilangan kewarasan dan kesabaran. Jika tak ingat Naena merupakan murid sendiri, Ayres pasti sudah menggigit lehernya. Menunggangi tubuh yang haus gairah itu dengan penuh cinta.
Naena menggeleng, poninya bergoyang ke kanan dan ke kiri membuat Ayres harus ekstra menahan lagi diri untuk tidak mencumbu muridnya yang menggemaskan. "Aku tidak tega, Guru. Mereka akan kehilangan keperkasaan mereka kalau aku—"
"Kamu bercanda, Naena? Kamu bisa tidak tega pada manusia-manusia itu, tapi tega menyiksa gurumu di sini?" Ayres mendecih kesal akhirnya. "Harusnya aku tak perlu bersikap terlalu manis padamu. Orang baik diciptakan untuk disiksa."
"Gu ... Guru benar-benar tersiksa?" Naena tak enak hati, ia berusaha menurunkan ekornya sebisa mungkin. "Bukankah aku sudah terlindungi dengan air mata Dewa, apakah itu tidak membantu?"
Air mata dewa merupakan berkat yang Naena dapatkan setelah bertapa ratusan tahun. Fungsi kalung berbentuk titik embun itu untuk menyembunyikan keberadaan Naena dari siluman kucing pejantan di sekitarnya. Tentu air mata dewa berfungsi dengan baik karena hamir seribu tahun tak ada siluman pejantan yang dapat mengendus keberadaan Naena. Namun, tidak demikian untuk Ayres, yang sering berinteraksi dengan Naena, dan jelas-jelas tahu bahwa Naena merupakan kucing betina langka. Aroma uterus Naena ketika masa siklus kawinnya luar biasa membangkitkan hasrat Ayres. Untung saja pengalaman hidup tiga ribu tahun mengajarkannya mengontrol diri dengan baik.
Ayres menggeleng serius. "Pergi, Naena. Datang ke mari jika siklus birahimu sudah kamu atasi." Ayres memilih tak mengatakan apapun lagi. Ia harap tatapan mata yang tajam dan pengusirannya dengan nada sungguh-sungguh bisa dipahami Naena, kalau Ayres tak setegar itu untuk menahan diri.
Naena pun pergi. Ia kembali ke rumahnya di daerah Permata Biru Jaksel yang ia beli dengan harga ratusan miliar. Bagaimana cara Naena membelinya? Apakah menggunakan sihir? Tidak, harta duniawi yang Naena miliki tak ia dapatkan dengan tipu daya atau dengan bekerja keras seperti manusia pada umumnya. Jika putri duyung bisa menghasilkan mutiara dari menangis, maka siluman kucing bisa menghasilkan permata dari mencabut bulu-bulu di sekitar kemaluannya. Unik bukan? Ya, tapi cukup menyakitkan bagi Naena. Ia terpaksa mencabuti satu demi satu bulunya untuk bisa membeli rumah luas di dunia manusia. Bagaimanapun Naena pikir ia butuh tempat tinggal layak untuk hidup sebagai manusia kelak.
Rumah Naena dilengkapi garasi yang muat menampung enam mobil. Memiliki kolam renang pribadi juga, yang sengaja Naena isi air laut berikut ikan-ikan laut segar. Naena paling suka ikan salmon, trout, herring, makarel, tuna, dan whitefish. Meski begitu ia tak menolak unggas atau daging-dagingan. Naena bukan tipe pemilih makanan, ia hidup dengan baik tanpa mengganggu dan merugikan tetangga sekitar. Sampai saat ini ketidakberdayaannya hanya menolak keinginan untuk kawin saat siklus birahinya tiba.
"Uwww panas sekali," gerutu Naena yang terus berguling-guling, membuat seisi rumah porak-poranda. Pendingin ruangan tak membantu sama sekali, hanya membuat bulu Naena semakin kering. Ia berguling ke balkon lantai dua rumahnya untuk mencari udara segar. Suhu tubuhnya meningkat akibat perubahan hormon di siklus puncak birahi. "Aihhhh, Joe. Sayang sekali kamu berakhir impoten. Padahal aku suka tubuhmu." Naena meratap pilu.
Dari tiang listrik di seberang rumah Naena, seorang pria yang sedang bertugas memperbaiki sambungan telepon dapat menangkap aksi Naena di balkon. Pria bernama Dimas itu awalnya heran melihat seorang gadis berguling-guling di teras lantai dua. Permainan apa yang sedang dilakukannya? Semakin lama di amati, semakin Dimas merasa khawatir. Gadis yang ia lihat seolah berguling tanpa bisa mengontrol diri. Apakah ia di dalam pengaruh obat? Dimas yakin tak bisa membiarkan hal ini begitu saja. Ia akan merasa sangat bersalah kelak, jika terjadi hal buruk di rumah itu. Dimas menuruni tangga agak tergesa usai menyelesaikan pekerjaannya. Rekannya bernama Danu bertanya ke mana Dimas akan pergi setelah ini? Dimas menjelaskan kalau ada seorang gadis sedang berguling di balkon rumah seberang jalan, ia mengajak temannya untuk ikut memastikan keadaan. Akan tetapi Danu enggan ikut Dimas.
"Ogah gue urusan sama orang kaya, kadang mereka enggak paham niat baik kita mau nolong mereka. Yang ada nanti kita dituduh mau nyuri barang mereka. Kalau lo mau cek rumah itu silakan pergi sendiri, gue mau balik dulu," tolak Danu sambil menepuk bahu Dimas.
Pendapat Danu ada benarnya, tapi Dimas tetap tak bisa membiarkan gadis di balkon rumah itu bergulingan sampai jatuh. Akhirnya dengan memberanikan diri Dimas menekan bel rumah Naena beberapa kali. Sang pemilik rumah tak menggubris kedatangan Dimas karena sibuk menggila dengan reaksi siklus birahi yang dialami. Dimas menekan bel lagi. Lagi, lagi dan lagi. Namun tetap tak ada respon dari siapapun di dalam sana. Ia semakin cemas. Mulai panik membuat Dimas nekat masuk. Pagar besar rumah Naena memang dikunci, tapi pagar kecil di samping hanya ditutup biasa. Dimas melewati halaman dengan taman bunga dan rumput membentang sebelum tiba di depan teras pintu utama. Diketuknya sekali lagi pintu rumah Naena, tapi lagi-lagi tak ada tanggapan. Dimas mencoba mundur untuk menengok keberadaan si gadis di lantai dua. Memastikan Naena masih di balkon.
"Permisi, bisakah mendengar suara saya?" teriak Dimas dari bawah. Kepalanya mendongak, tatapannya menyisir setiap sudut.
Mendengar manusia suara laki-laki, Naena berhenti berguling. Ia melongok ke bawah untuk memastikan dirinya tidak sedang berhalusinasi. Rupanya benar ada manusia mendatanginya. Pria dengan kulit kecokelatan, badannya tinggi, tegap, rambut ikal agak panjang, matanya tajam dibingkai alis tebal dan bulu mata lentik. Tipe yang Naena suka.
"Anda baik-baik saja di atas? Maaf jika saya masuk rumah Anda tanpa izin, saya tadi melihat Anda berguling, saya takut terjadi apa-apa, jadi saya datang untuk memastikan. Bisakah Anda jawab saya?" Dimas kembali membombardir Naena dengan pertanyaan berisi keresahannya.
Aku tidak baik-baik saja, kecuali kamu mau menolongku. Apakah aku harus....?
"Bisakah bantu aku? Bisakah kamu naik ke sini?" rintih Naena mengundang Dimas naik.
Dimas mengernyit karena cara Naena mengatakan itu membuat perutnya seperti terpilin. Naena tampak putus asa selagi mengucapkannya. Dimas pengamati wajah Naena, mempelajari ekspresi yang muncul. Dimas yakin Naena tidak sedang mabuk atau di bawah pengaruh obat, tapi gadis itu jelas tidak dalam kondisi baik-baik saja.
"Baiklah, saya akan naik ke sana." Dimas mencoba mendorong kenop pintu depan, ternyata tidak dikunci. Ia bisa masuk dengan mudah dan cukup terkejut mendapati rumah bak kapal pecah.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dimas tiba di lantai dua, ia mencari Naena. Tak disangka si gadis menyergapnya ke dalam pelukan. Ia membenamkan wajahnya ke sisi leher Dimas dan menghirup aroma tubuh sang manusia. Diendusi secara agresif oleh perempuan untuk pertama kalinya, Dimas jadi lupa segala yang ingin ia tanyakan. Dimas terpaksa menyandarkan diri ke dinding, pasrah menerima tangan Naena menyusuri permukaan tubuhnya.
Sesaat kemudian Dimas tersadar ada yang salah dengan perilaku mereka saat ini. "Ma-maaf, Nona. Bisa jelaskan apa yang terjadi? Apa yang bisa saya bantu?"
"Bisakah kamu menyentuhku...."
Dalam hening Dimas memandang Naena, tapi kemudian mengerutkan keningnya. "Maksud Anda?"
"Tolong sentuh aku." Tatapan Naena mengiba.
Gadis bermata biru terang dengan kulit pucat tanpa cacat itu cantik seperti Dewi. Dimas tak bisa menebak garis darah Naena, ia tak seperti keturunan peribumi, tapi tidak mirip Chinese. Matanya biru tapi tak seperti orang Barat pada umumnya. Dimas rasa Naena keturunan campuran. Entah campuran ras apa yang menjadikan kecantikannya begitu sempurna. Sebagai pria normal, Dimas tentu sangat tertarik pada Naena. Namun sebagai pria normal pula lah ia merasa tak bisa menuruti permintaan Naena begitu saja. Dimas merasa dirinya sedang berada dalam masalah besar jika sembarangan berzina.
Naena mendekat, menyunggar rambut Dimas dan menciumi sisi kepalanya. "Kurasa aku akan segera sekarat jika kamu tak menyentuhku."
"Nona, apakah seseorang mencekokimu obat atau semacamnya?" Dimas jadi tak tega. Naena mengangguk saja, ia tak butuh banyak berpikir, tak butuh banyak beralasan, ia cuma butuh lelaki di depannya mengawininya detik ini juga.
Rasa iba Dimas menyihir keraguan dalam hatinya. Ia tiba-tiba menurut saat Naena menariknya ke sebuah kamar mewah dengan pernak-pernik serba merah muda. Tak butuh waktu sepuluh detik untuk mereka bersatu. Dimas terbenam jauh dalam gairah Naena. Seperti perkawinan sebelum-sebelumnya, Naena suka digigit di bagian leher. Dimas awalnya menolak, tapi bukan Naena namanya jika tak mampu menekan pasangannya untuk tahluk. Percintaan mereka tak seliar yang biasa Naena lakukan, Dimas adalah pria pertama yang menyentuhnya dengan lembut. Anehnya Naena bisa tetap mencapai kepuasan.
Usai melepas hasrat masing-masing, mereka tak saling berbincang. Naena meyakini Dimas pasti akan impoten seperti pria-pria lainnya. Maka ia membiarkan Dimas terkapar begitu saja di sampingnya. Naena tidak merasa perlu repot-repot memastikan kondisi Dimas, ia lebih memilih memejamkan mata, nanti saja menyadarkan mangsanya. Siapa sangka Dimas tiba-tiba memiringkan badan, menopang kepala dengan siku. Ia memandangi Naena yang sedang tertidur dengan wajah damainya.
"Siapa yang begitu jahat pada Anda? Kenapa mereka membuat Anda menderita?" lirih Dimas yang rupanya didengar oleh Naena.
Ranjangnya terasa meliuk, sudah pasti Dimas telah bangun bersiap pergi. Naena terkejut bukan main. Selama ini, semua pria yang menggaulinya pasti pingsan setelah mereka bercintaa. Naena jelas-jelas menyerap energi manusia di akhir pencapaian gairahnya, jadi tak ada pria yang tetap sadar setelah mengalami sengatan cinta Naena. Bagaimana bisa Dimas tidak kehilangan kesadarannya?
Naena langsung bangun untuk menahan Dimas. "Kamu mau pergi?"
Dimas mengangguk pelan. "Maaf saya harus pergi."
"Tu-tunggu," tahan Naena yang juga melompat turun dari kasur untuk menghadang jalan Dimas. "Aku belum berterima kasih padamu."
Dimas menggaruk kepala. "Sebenarnya saya bingung, untuk apa Nona berterima kasih ke saya. Apa yang tadi saya lakukan ... itu ... sebenarnya itu...."
Naena menubruk tubuh Dimas, memeluk posesif sambil menggesek-gesekkan tubuhnya.
"Nona ... apakah Anda masih perlu bantuan...." Dimas tak yakin mengutarakan isi pikirannya.
Sesuatu di antara pangkal paha Dimas terasa mengeras, menyentuh bagian atas perut Naena. Mata Naena melebar, antara tidak percaya dan bahagia.
Benarkah manusia satu ini tidak impoten?
***
Bersambung ....
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
