Doctor Marriage Bab 4

1
0
Deskripsi

Menggambarkan Kenakalan Alysa 

Alysa melihat room chatnya dengan Haris.

 

 

 

(Gambar dilihat ya guys. Soalnya penting. Kalian harus online bacanya biar kelihatan)

"Udah balesnya lama, endingnya nolak juga," dumel Alysa yang membuat Karin penasaran.

"Kenapa, Sa?"

"Kak Haris masak gue chat dari pagi dibales 3 jam kemudian. Pas dibales lagi di menit yang sama orangnya ilang, eh barusan bales katanya gak bisa nemenin gue belajar. Salah gue nerima lamaran dia biar makin pinter. Yang ada malah makin darah tinggi."

"Gitu-gitu lo juga sayang kan Sa?"

"Ya iya sih." Alysa tidak bisa memungkiri itu.

Gadis itu menempelkan kepala di meja. Beberapa jam lagi waktunya pulang sekolah. Namun Alysa sangat malam untuk belajar di bimbel. "Rin, nanti gue gak berangkat ke bimbel ya. Gue males banget. Gue mau bolos aja."

"Serius Sa?"

Alysa mengangguk mantap.

"Nanti kalo lo dimarahin Dokter Haris lagi gimana?"

"Gue males belajar gara-gara tersiksa batin. Gue kangen banget sama Kak Haris."

Karin dapat melihat wajah lesu Alysa yang seperti tidak punya semangat hidup. Dari pintu kelas tampak Novan mengumkan informasi yang ia dapat dari ruang guru. Setelahnya lelaki itu mendekati Alysa yang sedang menenggelamkan wajah di meja.

"Alysa," panggil Noval sambil menyodorkan layar HP. "Besok mau gak ke Dufan sama gue."

Tanpa pikir panjang Alysa mengiyakan. "Mau banget!" Ia sangat menyukai taman bermain. "Lama juga gue gak ke sana."

"Besok pulang sekolah lo bawa baju ganti ya. Besok gue bakal bawa mobil juga buat angkut lo."

"Ok."

Karin berbisik. "Sa lo serius pergi berdua sama Novan? Kalo Dokter Haris tau gimana?"

"Aman Sa. Dia sibuk banget gak akan sempet tahu gue di mana sama siapa."

"Terus besok lo bolos bimbel juga?"

"Iya 2 hari gapapa lah mau healing."

"Gue gak tanggung jawab dan gak mau dilibatin ya."

"Jangan gitu dong. Paling gak bantu izin ke nyokap gue ya?"

"Gak."

"Plis, gue beliin photocard Sehun deh."

"Ok. Setuju."

***

Entah sial atau kurang beruntung. Apapun itu, yang pasti sekarang Alysa tengah mendorong motor matic merah kesayangannya karena kehabisan bensin. Alysa tak henti mengerutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia lupa mengisi bensin.

Suasana sekitar tampak sepi, maklum saja, hujan sedang turun sejak 15 menit lalu. Orang-orang pasti lebih memilih tidur di rumah. Ada beberapa yang lewat namun acuh saja melihat gadis itu.

SPBU 100 meter lagi, tetapi tenaganya sudah terkuras. Alysa berhenti di depan trotoar bangkel yang kebetulan tutup. Sebongkah harapan mucul di otak gadis berambut ikal itu. Semoga saja datang seorang malaikat yang diutus Tuhan untuknya.

Tangannya menengadah dengan kedua kelopak mata yang ia pejamkan. Ya Allah kirimkan kepada saya seorang bidadara atau malaikat da—

"Alysa...."

Merasa dipanggil, ia membuka kelopak mata. Mencari tahu siapa lelaki yang baru saja memanggilnya.

"Kak Haris!" Alysa terkejut. Dari berjuta-juta lelaki di dunia ini. Kenapa harus lelaki ini yang hadir dihadapannya? Mati gue kalo ketahuan bolos bimbel.

"Kenapa?" Haris menaikan satu alis.

"Lupa isi bensi," jawabnya kemudian kembali mendorong motor menuju SPBU.

"Ris," panggil perempuan berjilbab berkulit sawo matang yang duduk di belakang kemudi, "ayo buruan!" ajaknya agar Haris mempercepat kecepatan mobil. Terkesan, terburu-buru.

Oh jadi ini. Nolak belajar bareng tapi malah pergi sama cewek lain. Sungguh Alysa kesal. Dadanya sudah panas melihat calon suaminya bersama perempuan lain dalam satu mobil.

Haris melihat jam pada layar ponsel. "Saya bantu dia dulu."

Haris menepikan mobil, lalu mengejar Alysa yang tidak jauh.

"Sini."

"Gue bisa sendiri." Alysa seperti punya kekuatan super. Ia mampu mendorong sepeda motor lebih cepat. "Tuh urus cewek itu." Matanya melirik ke perempuan mengenakan jas dokter yang bersiri di dekat mobil.

Haris tidak menggubris. Ia mengambil alih Alysa lalu mendorong motor sampai SPBU. Lelaki itu mengisi full bensin Alysa, lantas membawanya lagi ke arah gadis yang berdiri dengan bibir ditekuk.

"Lain kali jangan ceroboh!" Nasihat Haris dengan nada datar seperti orang marah. Tidak ada hangat-hangatnya. Apalagi ekspesi mengesalkan itu.

"Siapa juga yang ceroboh! Orang cuma lupa."

"Gak bimbel?"

"Libur." Padahal Alysa meliburkan diri.

Teman Haris berlari ke arah mereka. "Ris, kita harus segera ke rumah sakit."

Haris menyerahkan motor kepada Alysa.

"Siapa lo Ris?"

"Sepupu."

Apa? Sepupu? Dasar cowok gak peka! Harusnya dia tau gue gak suka dia sama perempuan itu. Sekarang malah bilang gue sepupu dia? Sumpah ngeselin banget!

***

"Kak Haris itu salah loh. Kemarin gak ngakuin gue tunangannya. Udah gue chat panjang lebar sampe emot marahnya banyak banget. Masih aja gak ada balesan," gerutu Alysa.
 


Karin menyengol lengan Alysa, mengisyaratkan agar sahabatnya itu segera memasukan ponsel agar tidak disita oleh guru. Guru bahasa Inggris emang udah famous sama hobinya yang suka menyita barang-barang dari siswa. Dengan catatan memang melanggar peraturan jam pelajarannya.

"Kalian tahukan hari ini harus apa?"

Mampus gue! Batin Alysa. Dia lupa bahwa hari ini harus maju baca puisi bahasa Inggris. Kalau begini harus ambil sikap kilat, SKS–Sistem Kebut Semenit—.

"Buatin gue puisi dua bait juga gak papa deh," bisiknya kepada Karin.

Aisya menatap sahabatnya yang malah nyengir kuda tanpa dosa. Dengan sigap ia mulai menulis di atas kertas berwarna biru. Benar saja, hanya dalam waktu satu menit puisi sudah selesai. Sahabatnya emang t-o-p-b-a-n-g-e-t urusan bahasa Inggris. "Lain kali jangan lupa!"

"Siap bos." Dari kejadian kehabisan bensin Alysa tidak fokus apapun. Dia uring-uringan sendiri karena tidak ada satu pesan maaf dari Haris. Lelaki itu hanya mengirim pesan di malam hari agar Alysa belajar yang sengaja Alysa abaikan. Gadis itu hanya membaca tanpa membalas.

"Lo semalem juga gak belajar ya?"

"Iya. Lo udah gue ceritain kan kalo kemarin Kak Haris nyebelin banget."

"Sampe sekarang lo masih marah sama dia?"

"Iya."

"Kak Haris gak ada bilang maaf gitu?"

"Enggak. Dia cuma chat nyuruh gue belajar.  Ya gak gue bales lah. Pagi tadi chat lagi nyuruh gue berangkat tepat waktu biar gak terlambat."

"Dokter Haris emang sulit dimengerti ya." Karin memaklumi sikap Alysa. Kalau dia jadi Alysa mungkin bakal ngambil keputusan yang sama.

"Alysa maju ke depan," panggil guru mata pelajaran bahasa Inggris.

Apa-apa nih! Baca juga belum! Kabur ajalah dari kelas. Gak peduli gimana pun caranya.

"Emt, Bu, Gue, eh, saya ke kamar mandi dulu, bentar ya Bu," izinnya lalu berlari meninggalkan kelas dengan gaya tubuh kebelet pipis. Soal bermain peran, Alysa ahlinya.

Sama seperti di kelas, sekarang pun Alysa kembali bermain peran seolah akan pergi ke Dufan dengan Karin. Padahal Karin akan pergi ke tempat bimbil. Tidak seperti Alysa yang bolos lagi.

"Udah izin sama mama kamu?" tanya Novan sambil membukakan pintu mobil untuk Alysa.

"Iya. Gue udah izin kok."

"Sa, lo gak duduk di samping kemudi aja?" Novan heran kenapa Alysa malah membuka pintu sendiri terus duduk di belakang.

"Gue biasanya juga kalo sama ... " Kalimatnya menggantung.

"Depan aja gih, emangnya lo kira gue driver lo?"

Alysa pun pindah. Masa bodoh sama Kak Haris. Dia bisa pergi sama cewek berduaan masak gue gak boleh. Habis gitu sampe sekarang gak minta maaf.

Selama di perjalanan keduanya sibuk mengobrol apa pun. Dari Novan yang menjadi pendengar yang baik ketika Alysa menceritakan tentang Oppa Korea, sampai Alysa yang mendengar curhatan Novan tentang anak kelas yang menyebalkan.

Saat Alysa membuka layar. Jantungnya ngaris saja berhenti bekerja gara-gara satu pesan dari Haris.

My Haris 🥰
Dmn?

Alysa melihat sekitar. Tidak ada yang membututinya, kan?

***

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Doctor Marriage Bab 5
1
0
Kemarahan Haris
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan