
Najwa merasa lapar dan ingin makan mie goreng. Namun, ibu tidak menyediakan mie goreng. Di rumah hanya ada mie kuah Indomie yang belum pernah dicicipinya. Akankah Najwa suka dengan mie kuah tadi. Simak kelanjutannya, ya.
"Bu, masih ada mie enggak, Bu?" tanya gadis usia 8 tahun kepada ibunya. Tumben pagi-pagi sekali Najwa menanyakan mie. Apa semalam dia bermimpi makan mie?
"Ada, Naj. Coba lihat di tempat penyimpanan makanan, ya," ucap ibunya yang masih sibuk mengiris sayuran. Segera saja Najwa merogoh ke dalam tempat penyimpanan, tetapi tangannya tidak sampai ke bagian dalam. Najwa tidak berhasil menemukan mie.
Melihat tingkah Najwa yang sedikit kesulitan menemukan bungkusan mie, ibu membantunya mengambilkan mie dan memberikan kepada Najwa.
"MIE GORENG!" ucap Najwa lantang.
"Enggak ada mie lain, ya, Bu?" tanya Najwa kembali.
"Ada, tapi mie kuah. Najwa mau?" tanya ibu sambil memberikan sebungkus mie Indomie kuah kepada Najwa. Gadis itu mengambilnya, lalu membaca tulisan yang ada di kemasan 'Kaldu Udang'.
"Jenis mie apa ini? Enak enggak, ya?" pikir Najwa.
Di keluarga Najwa, memakan mie hanya dilakukan paling banyak 2 kali dalam seminggu. Bahkan pernah dalam sebulan, Najwa dan keluarga hanya 2 kali menjadikan mie sebagai menu sarapan pagi.
Jika ibu belum selesai membuat sarapan; nasi, lauk, dan sayur, maka ibunya akan mengambil cara praktis, yaitu memasak mie. Oleh karena itu, untuk berjaga-jaga ibunya membeli beberapa bungkus mie sebagai cadangan.
" Apa enggak ada mie goreng, Bu?" tanya Najwa sekali lagi sambil meletakkan kembali mie kuah tadi. Ibu hanya menggeleng.
"Ini juga enak loh, Najwa. Memang Ibu belum pernah memasak mie kuah, tapi kalau kamu mau mencobanya, Ibu akan masakan," ibu meminta pertimbangan pada gadis itu.
Najwa tampak bingung. Mie yang dia sukai adalah mie goreng, bukan kuah. Mie goreng dengan kecap yang banyak dan tanpa cabai adalah favorit Najwa. Itu pun diberi satu telur ceplok di atasnya. Kata Najwa, itu namanya mie goreng spesial.
"Ah, apa salahnya mencoba," pikir Najwa sesaat.
Ibu telah menyalakan kompor dan meletakkan panci untuk merebus air. Air itu akan digunakan untuk memasak mie. Najwa tidak tahu, bisa jadi dia akan ketagihan dengan mie kuah ini.
"Kalau sudah mengembang, pecahkan telur dan masukkan ke dalamnya, ya. Lalu, aduk," perintah Ibu.
"Enggak ah, Bu. Nanti telurnya diceplok aja!" tolak Najwa pada perintah ibu.
Sebutir telur yang ada di tangannya dan hendak diletakkan di meja dapur terjatuh di samping panci. Sebagian telur meleleh mengenai mie. Najwa panik. Dia butuh bantuan.
"Ibu, telurnya pecah!" rengek gadis itu.
Ibu buru-buru mengambil 1-2 remahan kecil kulit telur yang ada dalam mie. Setelah itu beliau membersihkan pecahan telur yang ada di samping panci
"Pasti rasanya enggak enak!" rengeknya kembali.
Tangannya tetap mengaduk mie dengan sedikit telur tadi.
Dia melakukannya dengan cepat. Dia memang sudah terbiasa membantu ibunya, termasuk memasak mie goreng sehingga dengan lincah tangannya melakukan perintah ibunya ini.
Tak kurang dari lima menit, mie sudah siap di dalam mangkuk. Aroma kuahnya tercium ke mana-mana dan menimbulkan keinginan untuk menyantapnya. Gadis itu sudah lupa dengan kejadian tadi.
"Kalau sudah hangat, makanlah. Nanti bedakan dengan mie goreng yang sering kita buat, ya," ujar ibu yang meninggalkan Najwa bersama semangkuk mie kuah.
"Oh, iya, kalau mau ceplok telur, ambil lagi aja telurnya. Kan telur tadi cuma masuk sedikit di panci," lanjut ibu yang sengaja membalikkan badannya ke hadapan Najwa.
Najwa menggeleng. Dia tidak memikirkan telur ceplok lagi. Yang dia inginkan adalah menyantap mie kuah ini. Dia merasa sudah tidak tahan. Aromanya begitu menggoda.
Liur Najwa hampir saja menetes karena aroma mie yang sangat kuat. Dia mengambil kipas, lalu mengayuhkan kipas itu ke kanan dan kiri. Dia coba mencelupkan telunjuknya ke dalam kuah mie. Ah, mienya sudah hangat. Najwa siap menyantapnya.
"Hemmm ... hemmm ... nyam ... nyam ... enak!" gumam Najwa sambil terus memasukan mie ke dalam mulutnya. Kuah terlihat memercik di lantai. Dia tidak memedulikan hal itu. Toh, nanti setelah makan akan dibersihkan. Yang penting sekarang, makan mie dan habiskan kuahnya.
Mie yang ada di mangkuk terus berkurang. Najwa tidak tahu bahwa dia telah menghabiskan hampir seluruh mie. Dia lupa untuk mencicipinya kepada ibu.
"Oh. Ibu! Aku harus mencicipi Ibu!" teriak Najwa. Ingatannya untuk mencicipi mie buatannya kepada ibu membuat Najwa berhenti mengunyah. Dia buru-buru membawa lari mangkuk mie tadi ke dapur.
"Ini, Bu. Maaf, Najwa lupa membagikan mie sebab enak kok rasanya," ucap Najwa malu. Najwa merasakan sensasi yang berbeda saat makan mie kuah, lebih segar. Ibunya membalas dengan senyuman.
"Tuh kan. Kamu ternyata suka dengan mie kuah. Udah habiskan semua mienya, Ibu tadi sudah makan kok." Sepertinya berbohong adalah keahlian ibu padahal berbohong itu tidak boleh.
Tanpa menunggu lama, Najwa langsung menghabiskan mie yang tersisa sampai-sampai setetes kuah pun tidak ada yang bersisa. Najwa ketagihan. Namun, perutnya terlalu kenyang untuk menambah lagi.
"Bu, besok aku mau masak mie Indomie kuah lagi, ya. Nanti aku mau masukan kecambah, biar ada krenyesnya," ucap Najwa sambil meletakkan mangkuk mie yang kosong ke dalam wastafel.
"Telurnya nanti langsung dimasukkan dalam rebusan mienya. Asyik, pasti rasanya tambah enak!" pekik Najwa untuk mendapat respons dari ibu yang sudah tidak ada lagi di dekatnya. Dia membayangkan semangkuk mie kuah dengan sebutir telur yang telah diaduk ke dalamnya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
