Miaw Eyes (CHAPTER 3)

0
0
Deskripsi

Mau tau pandangan Lucy tentang Miaw?

Chika memberiku kotak kardus untuk aku tidur. Di dalamnya sudah lengkap dengan pasir, minum, dan juga makanan. Tempat ini juga terlindung dari angin. Ini sudah lebih dari cukup bagiku.

Namun, pada malamnya, Chika menaruh kardusku di luar rumah. Meskipun aku bisa berlindung, tetap saja di luar sini terasa dingin.

"Miaw tidur di sini, ya. Besok pagi baru tidur di dalem," kata Chika.

Baiklah kalau memang itu maumu. Hanya malam hari, tidak lebih. Setelah itu aku akan kembali tinggal di dalam rumah.

"Daaah, Miaw!" Chika masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

Daah, Chika. Sampai ketemu esok pagi.

Setidaknya, itu yang kupikirkan untuk sekarang. Oh ya, Miyong di mana, ya? Sejak sore tadi dia tidak ada di sini. Aku hanya dengar dia berteriak-teriak di tempat lain.

Hei, Miaw!

Oh, Miyong. Dari mana saja kau?

Di belakang Miyong ada seekor kucing jantan berwarna oren. Dia terlihat cukup gagah dan besar.

Kenalkan, ini suamiku, Oyen.

Suami? Jadi, suara teriakan yang tadi itu...?

Halo, kucing kecil. Miyong sudah cerita tentangmu, aku turut prihatin atas penderitaan yang sudah kau alami.

Oh, ya, terima kasih.

Malam ini kami berdua akan tidur di sini, untuk menemanimu. Pasti kau kesepian, 'kan?

Terima kasih, tapi aku sudah punya kardus ini.

Baiklah, kami ada di sana kalau kau butuh sesuatu.

Dua kucing dewasa itu pergi ke teras di bawah tangga dan tidur di sana.

🐾
 


 

Grusuk... dduaaaar ....
 


Aku terbangun dari tidurku. Suara petir itu membuatku takut. Aku bersembunyi di pojok kardus, tapi tetap saja suara itu menakutiku.

Meong! Eong! Eong!

Kumohon... seseorang, atau siapa saja, datanglah dan lindungi aku. Sepertinya mustahil, ini sudah tengah malam. Lampu rumah-rumah di sekitar sudah gelap. Namun ....
 


Tap tap tap.

Dari sini aku bisa mendengar suara langkah kaki mendekat menuju pintu.

Ceklek.

Pintu terbuka, dan sebuah kepala mengintip ke luarnya.

"Miaw?"

Itu suara Lucy, buru-buru aku berlari ke arahnya dan bersembunyi di dalam rumah.

Lucy menghela napas panjang dan menutup pintu. Dia berjalan ke arahku lalu membawaku ke pelukannya.

"Miaw takut petir, ya?" katanya.

Ya, tentu saja aku takut.

"Kamu tidur di sini aja dulu, sampe petirnya berhenti." Lucy meletakkanku di atas tempat tidurnya, sedangkan dia duduk di kursi dan menatap layar.

Ah, aku tau benda itu! Neo sering memakainya juga, kalau tidak salah, benda itu bernama laptop. Akan tetapi, apa yang dia lakukan di tengah malam begini dengan laptop?

"Miaw penasaran, ya? Shhut," Lucy meletakkan jarinya di depan bibir dan mengedipkan satu matanya, "aku lagi bikin cerita."

Ooh, cerita. Tunggu, apa itu cerita?

"Aku mau jadi penulis novel. Nanti, kalo aku udah punya banyak penggemar, aku bakal nerbitin bukuku sendiri. Mungkin aku bakal nulis cerita Miaw juga?"

Wah, jadi begitu. Kau manusia yang punya impian. Semangat, aku harap kau berhasil.
 

 

Beberapa jam telah berlalu, Lucy masih saja sibuk berkutat dengan laptopnya. Aku sudah beberapa kali tidur dan terbangun karena suara petir yang tidak ada hentinya.
 


Kemudian Lucy menutup laptopnya. Dia sudah selesai.

"Miaw, petirnya masih ada. Miaw mau tidur di sini?" Lucy pun ikut berbaring di sebelahku, sambil mengusap-usap punggungku.

"Tidur aja, ya, kalo mau ke luar, bilang."

Dan akhirnya kami tidur bersama di malam yang penuh petir. Tidak kusangka, orang yang tadinya terlihat dingin, ternyata punya kehangatan di dalam hatinya. Sepertinya aku harus meminta maaf karena sudah berprasangka buruk.

🐾
 


 

Titititit... titititit ....
 


 

Ugh, aku membuka mataku. Ada suara mengerikan di atas meja. Kulihat Lucy sedang tidur pulas di belakangku. Kuusap lehernya lembut, dia pun terbangun.
 


 

Tangannya memanjang lalu menekan sebuah benda berisik di atas meja. Lucy terduduk lalu turun dari kasur. Dia juga membawaku untuk mengeluarkanku.
 


 

"Udah pagi, ke luar sana."
 


 

Eh, jadi ini sudah pagi?
 


 

Aku langsung masuk ke dalam kardus dan menaiki pasir. Selanjutnya, ya, aku melakukan aktivitasku. Tidak perlu disebutkan.
 


 

Aku dapat mencium bau Miyong dan Oyen mendekat. Ternyata benar mereka sudah ada di dekat kardusku.
 


 

Selamat pagi, Miaw. Kau tidur di mana? Tadi aku mencarimu tapi kau tidak ada.
 


 

Selamat pagi juga, Miyong. Aku di dalam rumah bersama Lucy.
 


 

Di dalam rumah? Sungguh?
 


 

Iya, saat ada petir, dia menjemputku.
 


 

Wah, wah, sepertinya kau kucing yang berunt⁠⁠⁠⁠⁠u⁠⁠⁠⁠⁠⁠ng.


 

Oyen mendekatiku.

Ya, dia sangat beruntung. Sejauh ini belum ada kucing yang bisa bermalam di sana. Kami selalu tidur di luar.
 

🐾

⁠⁠⁠⁠⁠
Lucy meletakkan piring-piring berisi ikan di hadapan kami. Dia baik sekali.

Setelah itu, Lucy pun duduk di kursi dan sarapan bersama keluarganya.

"Kucing-kucing udah dikasih makan, Kak?" tanya Chika yang baru turun.

"Udah. Cepetan kamu makan juga, keburu telat," jawab Lucy.

"Iya, iya."

Makananku sudah habis, meski perutku kecil, porsi makanku haruslah banyak. Merasa kurang, aku pun mendekati Oyen dan merebut makanannya.

Hei, hei, itu makananku! Oyen tidak terima.

Sudahlah, Oyen, biarin aja. Dia kan masih anak-anak.

Ya sudahlah, aku juga bisa cari makan sendiri.

Terima kasih, kalian sangat pengertian.

Indahnya menjadi anak-anak, selalu diistimewakan.

Lucy mengambil tas dan menggendongnya, begitu pun dengan Chika. Omong-omong, pakaian mereka tidak asing di mataku. Lucy memakai kemeja putih dan rok abu-abu, sedangkan Chika memakai kemeja putih dan rok berwarna merah seperti darah. Dulu aku pernah melihatnya di tempat tinggal lamaku. Kata Miyong, Lucy dan Chika pergi ke sekolah untuk belajar. Mereka akan pulang pada siang hari.

Entah kenapa, aku merasa bosan di rumah ini tanpa kehadiran mereka berdua. Di sini hanya ada Ibu Chika, dia pun sibuk memasak sedari tadi di dapur. Aku memasuki kamar Lucy dan tidur di kasurnya. Tidak apa, pasti Lucy membolehkanku.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Cerpen : DOELA
1
0
Anak perempuan yang lahir pada tanggal 29 Februari mempunyai kekuatan supranatural. Mereka disebut “DOELA”.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan