
Deskripsi
Saat saya pertama kali membuat podcast ini di tahun 2019 lalu, pembicaraan soal komik Indonesia, meski selalu ada, belum seramai sekarang. Tapi karena saya malas update, podcast saya malah jadi ketinggalan dibanding teman-teman lain. Mas Sweta malah udah ngelewatin saya jumlah episodenya, padahal baru buat sebulan belakangan.
Kenyataan bahwa komik Indonesia semakin banyak menjadi bahan perbincangan, tentu amatlah menggembirakan buat saya sebagai orang yang sedikit-sedikit ikutan di dunia komik. Tentunya...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
Struktur dalam cerita: 3 Babak
2
1
Setelah sebelumnya kita mengenal 5w1h sebagai “alat” yang memudahkan kita dalam membangun elemen cerita, sekarang, kita bisa merangkai elemen-elemen tersebut lewat struktur cerita. Struktur cerita adalah fondasi dasar dari bangunan cerita yang kita buat. Hal yang sederhana dan bisa diaplikasikan untuk cerita apa pun, mulai dari komik strip, sampai film dokumenter. Ada banyak contoh struktur cerita yang bisa kita pakai, sama halnya dengan ada banyak alat gambar, banyak software pengolah video, banyak gadget perekam, semuanya bisa kita pilih sesuai dengan mana yang cocok dan mana yang bisa kita akses dengan mudah. Di video mas editor kedua ini, saya akan memperkenalkan dua model struktur cerita yang umum diaplikasikan di karya-karya mainstream seperti film hollywood dan manga jepang. Namun, untuk pemaparannya, akan saya bagi ke dalam dua bagian posting. 3 ACTS STRUCTUREModel pertama, adalah 3 acts structure. Sesuai namanya, struktur ini simple, isinya Awal - Tengah - Akhir. Apa yang “diisi” di 3 bagian ini? Pada bagian awal, kita masukkan informasi selengkap-lengkapnya mengenai karakter dan dunia dalam cerita kita. Bagian ini adalah perkenalan, tanpa konflik besar, dan tujuan utama bagian ini adalah membuat pembaca tertarik untuk melanjutkan menikmati cerita kita. Caranya? dengan memberikan informasi yang lengkap, sehingga pembaca mudah merasa terhubung (relate) dengan karakter dan dunia dalam cerita kita. Kita bisa “memasang” analogi yang mudah bagi pembaca untuk menghubungkan diri mereka, dengan karakter dalam cerita. Misalnya, karakter yang punya cita-cita khusus, punya masalah seperti halnya pembaca, atau tinggal di dunia yang bisa dicari kesamaannya dengan dunia nyata. Nah, setelah kita bisa membuat pembaca tertarik, tugas berikutnya seorang penulis adalah menjaga agar pembaca masih mau untuk melanjutkan. Di sinilah sebelum kita masuk ke ACT 2, kita tutup ACT 1 dengan inciting incident, sebuah penanda masalah yang membuat karakter kita harus meninggalkan kehidupan normalnya, untuk mencapai tujuan, atau menyelesaikan masalah. Ingat di bagian akhir ACT 1 ini baru inciting, baru pencetus, yang jawabannya akan ketemu di akhir ACT 3. contoh dari pencetus ini, misalnya, gadis pujaan hati karakter utama diculik, atau ada alien menyerang kota yang ditinggali karakter kita. Pertanyaan, tanpa jawaban, inilah yang akan membawa pembaca melanjutkan cerita kita. Sekarang masuk ke ACT 2, singkatnya, bagian 2 adalah perjalanan karakter kita menyelesaikan masalah atau mencari jawaban, tapi TIDAK KETEMU. Ya, belum akan ada kesimpulan di akhir bagian kedua ini. ACT 2 akan banyak diisi dengan perjalanan, untuk menunjukkan bahwa dengan datangnya masalah, dunia yang ditinggali si karakter menjadi begitu berbeda, hal-hal yang selama ini dia alami, berubah 180derajat. Karena kunci dari ACT 2 adalah TIDAK BERHASIL MENYELESAIKAN MASALAH, di sinilah saat yang tepat bagi kita untuk memberikan:Informasi bahwa masalah ini rumit, gak bisa diselesaikan oleh karakter utama (saat ini), semakin cerita berjalan, ternyata makin jauh dari selesai, musuh tambah kuat, masalah tambah banyak, dsb. petualangan / mini quest bagi karakter utama agar dia bisa jadi lebih baik dari sebelumnya, jadi ada harapan untuk menyelesaikan masalahKarakter pendamping yang akan menjadi asisten atau guru bagi karakter utama, agar dia bisa menyelesaikan masalaheksplorasi dunia, karena dengan tempat yang berbeda, bisa jadi ada sudut pandang baru dalam menyelesaikan masalahnya.Harapan-harapan palsu yang seolah memberi kepastian, tapi ternyata tidak menolong.dan aneka alat dramatisasi lain. ACT 2 ditutup dengan GATOT alias gagal total, si karakter utama akan berada pada posisi terendah, hancur, ambyar. Jika kita sudah men-develop karakter dengan baik, di titik ini pembaca akan menyatu dengan karakter utama, dan gak terima kalau dia harus gagal. petualangan berlanjut ke ACT 3. ACT 3 akan ditutup dengan RESOLUSI, hasil dari perjalanan sejak ACT 1 dan ACT 2. Kalau happy ending berarti masalahnya selesai. kalau sad ending, berarti karakter utama kalah. masalahnya bertahan. Nah untuk sampai ke titik ending ini, ada 2 hal yang harus kita masukkan. Pertama, titik puncak atau klimaks, bisa berupa pertarungan, atau usaha penghabisan dalam rangka si karakter utama menyelesaikan masalah. Skalanya harus lebih besar dari yang sudah dibuat di bagian sebelumnya. Kedua, kepingan-kepingan yang tadinya tersebar di ACT 1 dan ACT 2 harus tersusun lengkap di bagian akhir ini. Semua pertanyaan atas masalah terjawab, semua perkembangan skill si karakter utama ditunjukkan, semua peranan karakter pendamping memperlihatkan fungsinya terhadap jalan cerita. Dari sini lah sebagai penulis kita bisa menutup cerita, apakah yang dilakukan karakter utama sudah cukup untuk menyelesaikan masalah (happy ending), atau masih saja tidak mumpuni (sad ending). Seharusnya, tidak ada lagi masalah yang tersisa di bagian akhir ini, KALAH atau MENANG, itu pilihannya. jika kita ingin melanjutkan cerita kita ke buku selanjutnya, harus ada masalah baru yang muncul. Kenapa? karena kita tidak boleh mengkhianati pembaca yang sudah setia mengikuti cerita ini sejak awal. kita harus memberikan akhir yang berkesimpulan. Setidaknya, satu pertanyaan utama sudah terjawab, kalau memang akan dimunculkan pertanyaan baru, itu adalah petualangan selanjutnya. Nah, kita sudah mempelajari struktur cerita 3 babak yang bisa diaplikasikan di cerita kita. Silakan dicoba diaplikasikan, dan jangan ragu untuk mengirimkan naskah kalian untuk didiskusikan bersama saya, lewat email [email protected] Di postingan berikutnya, kita akan membahas contoh struktur lain, yaitu KISHOTENKETSU. Apa itu? ikuti terus di halaman karyakarsa mas editor! Terima Kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. Artikel ini saya buka untuk akses umum, bagi teman teman yang mau mendukung saya untuk terus membuat konten-konten yang berhubungan dengan produksi komik, jangan lupa dukung lewat tier “mohon doa restu” dan share juga link postingan ini di sosmed kamu ya… Sampai jumpa
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan