KUTITIPKAN JERAWAT DI WAJAHMU

    
     
      
      
      
     
Perasaan
Perasaan baru kemarin ku jumpai kau. Di dalam toilet umum. Menyandar tembok ke arah selatan. Dengan Wajah cantik tak dapat ku lupa. Wajah menahan kencing.

Wastafel jadi saksi bisu dari pertemuan singkat. Tisu kau seka berkala menyapu topeng diwajahmu. Kemana wajah menahan kencing itu? Sudah hilang selepasnya? 
    
(2022) 
    

   
     
Jerawat
Kurang lebih sudah tujuh belas jerawat tumbuh di pipimu, tiga lagi di dahimu. Jerawat itu kutitipkan sebagai pesan. Pesan itu berisi bahwa ada yang tak bisa ku sampaikan.

(2022)   

Penakut
Hei jerawat, Jangan bersembunyi dibalik make up! Lantang tisu. Air menyeru hal yang sama ke wajahmu. Jerawat paling takut dengan petang, sebab jika petang datang make up kian menghilang. Ditelan percakapan seharian. Dimakan masa berperan.

Kondisi wajah tragis, jerawat menangis, make up teriris dan wajah terkikis. Cantikmu tetap lekang jika malam datang. Dahimu benjol kejatuhan bintang. Dan aku masih mencintaimu hingga sekarang.

(2022) 
     

     
Sepatu flat
Sepasang sepatu pergi ke toko sepatu mencari sepatu yang baru. Sepasang merpati pergi ke langit mencari nafas yang biru. Layaknya sepatu, sepatu itu masih layak. Kepergian sebelumnya hanya diganti masa. Hanya perihal selera.

Sepatu yang baru akan ku ajak berkencan. Sepatu yang usang akan ku simpan di gudang. Bersama dvd porno milik ayah. Kala muda ayah memakai sepatu lamanya, kala muda ayah menonton dvd porno miliknya. 
    
(2022) 
    

     
Jerawat II
Sabun muka ku beli untuk mengusir mu. Namun rindu tetaplah rindu. Benar kata ibu. Jerawat semakin gawat, rindu juga. Antar aku ke pertemuan itu kembali, sebab rindu tak dapat ku beli. 
    
(2022)

“Jika masih ada ruang aku ingin nangkring sebentar di jerawatmu”

*Percakapan Bedak & Pipi
Posisinya malam itu penuh dengan rindu. Mereka berdua dipersatukan oleh jaringan internet. Akhirnya mereka melepas rindu lewat telepon genggam. 
 

1) Biologis
Pipi: Aku sangat rindu padamu, bisa kah kau tutupiku? 
Bedak: Apa yang perlu ku tutupi? Biarkan rindu itu tuntas! Tak ada yang boleh meretas. 
Pipi: bagaimana rindu itu bisa tuntas tanpa ada aliran nafsu? 
Bedak: cintamu hanya sebatas kebutuhan biologis? 
Pipi: lebih dari itu, cintaku melibatkan sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi dan klimatologi. 
Bedak: Kebetulan cuaca sedang panas, aku akan terpisah dari wajah berdasarkan iklim.
Pipi: dasar bedak murah! 
Bedak: Bukan aku yang murah, kau hanya memahamiku dalam biologi. 
    
(2022) 
    

    
2) Pahamkah kau? 
Bedak: Apa yang kau paham tentang cinta? 
Pipi: Cinta adalah kasih sayang. 
Bedak: Itu sangat sempit! 
Pipi: Apa bagian yang terluas? 
Bedak: Cinta itu tak luas dan tak sempit.
Pipi: Apakah itu terjemahan dari cinta? 
Bedak: Apa yang perlu diterjemahkan dari cinta? Cinta adalah bilangan yang paling sederhana. Kita saja yang tak pernah memahaminya. 
   
(2022) 
     

     
3) Bersatu
Pipi: Baik, akan ku coba memahami cinta. 
Bedak: Ada langkah selanjutnya setelah memahami. 
Pipi: Cinta begitu rumit! 
Bedak: Ya begitulah cinta. 
Pipi: Lantas? 
Bedak: Setelah memahami kau harus dipahami. 
Pipi: Bagaimana aku bisa mengontrol sesuatu diluar kendaliku? 
Bedak: Benar kau tak bisa mengontrol itu, tetapi kau bisa mengontrol sikapmu. Maka tinggalkan! 
Pipi: Semudah itu meninggalkan? 
Bedak: Ya. Sebab cinta bukanlah tentang kita berdua, tetapi tentang kita bersatu. 
     
(2022) 
    

    
  
Melibatkan rindu
Intusi bertengkar hebat semalaman. "Dengan siapa?" Tanya bantal dan selimut bersamaan. Malam itu kacaw nian, sampai-sampai bulan bersembunyi dibalik kalender. Raga coba melerai intuisi dan pikiran, tetapi ia kalah, telak. Jam mengunyah waktu yang kolot, dilepehkan jarumnya ke fajar.

Bulan padam di dini pagi. Sedangkan kangen masih tersisa. Kalender berjalan lagi, ke arah toko sepatu kulit, ia berganti sepatu sebelum berangkat kerja. Nenek di bangku goyang harus berpisah dengan cucu semata wayang. 
Bumi selalu merindukan langit, sebab selalu ada ufuk diantaranya.

(2022) 
     

    
        
Gudang lipstik
Apa-apaan ini? Gudang ku penuh warna merah dan berdarah-darah. Semalam gudang habis berjuang di apel yang ke sekian. Perasaan gudang sangat berantakan. Foto, radio tua, buku, kaset, mainan dan setrika uap tak berada ditempat semula. Tadinya sudah tersusun sedemikian rupa.

Ayah membeli lipstik sebelum bertemu bunda agar lisannya manis. Ibu membeli anggur agar malamnya romantis. Ayah keceplosan bicara cinta padahal ibu sedang sibuk makan baguette. "Jangan terburu-buru" Kata Ibu. Salah tingkah terlihat di rupa ayah.

Ibu membawa anggur terlalu banyak. Pulang-pulang ayah sudah mabuk cinta. Ayah menabrak rak di gudang, hingga bocor sukmanya. Lipstik mengalir di pembuluh darahnya. Aku membereskan paginya.

(2022) 
    

     
      
Keningnya menyala
Ada api di pipi mu saat mati lampu. Sabar, sabar, sabar! Biar ku cari stok minyak di laci ruang tamu. Sial, tak terlihat apa-apa, yang ada hanya wajahmu.

(2022) 
    
      

    
Sejarah kau
Kaulahir di dinding dadaku. Kemudian kaubelajar membaca rumitku. Kemudian kaumerasa rumit. Dengan sabar kaucoba tuk menerjemahkanku. Hingga akhirnya kau fasih.

(2022) 
    

     
Palung bisa
Hari dihiasi dengan renung. Dalam sedih kau terus mendayung. Meninggalkan perahu dalam kondisi mendung. Menyelam terus hingga ke palung. Mati ditelan raung.

(2022) 
    

Kumpul keluarga
Ibu membelikanku cahaya untuk kupamerkan saat kumpul keluarga. Cahayanya berbinar terus terang. Hinga paman, bibi dan sepupuku datang. Saat itu hujan pujian membanjiri ruang tamu. Hingga sepupu pengangguranku hanyut.

Sepupuku akhirnya berenang ke atas sofa. "Ini kumpul keluarga atau ajang unjuk cahaya?" Katanya, sedang mereka cuek. Ia melepas kecamata kemudian mengganti kacamata mereka. Agar sama.

Aku dan sepupuku sama. Tidak ada cahaya dan tak ada padam diantara kita. Paman dan bibiku terlalu gila cahaya sampai-sampai mata mereka melepuh, hati mereka terbakar.

(2022) 
     

    
      
Salah si daun terlahir miskin
Daun mengeja ulat ditengah teriknya surya. Daun buta huruf sebab daun berasal keluarga yang kurang mampu, beli sagu saja tak bisa apalagi beli buku. Pemerintah juga tidak memfasilitasi sekolah. Ulat akhirnya memakan daun ludas hingga.

(2022) 
      

  
      
Hujan
Sampai kapanpun hujan tidak akan berubah. Yang berubah hanyalah presiden.

(2022) 
     

   
      
Surat cinta untuk daun
                                                Bekasi, 13 Juli 2022
         
    
Untuk
Yang dirindukan
Ranting di pohon ranum
     
     
  
     Tanpa kata "Assalamu'alaikum" aku hanya menitipkan rindu dan beberapa jerawat di wajahmu. Latar belakang surat ini terjadi karena hatiku terobok-obok dan tensiku menurun, siapa lagi pelakunya kalau bukan rindu. Surat ini tidak untuk kau balas sebab "biar Tuhan saja yang balas" Kata Bunda. Tapi bila Tuhan menggerakkan hatimu untuk membalas apakah ingin membantah perintahnya?

    
      Disini aku akan mengutarakan perasaanku minggu ini selepas kau meninggalkanku ke Institut Kesenian Jakarta. Bagaimana Jakarta, apakah benar menjadi ungu? Bagaimana kue berbentuk hati yang ku beri? Apakah wujudnya tak sama? 

    
      Ranting, jarak dan waktu memang menyebalkan. Mereka berhasil menciptakan rindu disetiap detiknya. Tetapi aku masih punya keyakinan dan keyakinanku tak bisa diubah. Aku 10% merindukanmu, 90% persen aku subsidikan untuk merindukan kita. Aku tak tahu kapan lagi kita bisa bersua. 
     
Semoga waktu menjawabnya. 
     
    
                                                         Salamku, Daun
                                            
(2022)                 
     
      

   
Tetap
Hari-hari telah kulewati dengan romantis, bersamamu puan manis. Walau kulit-kulitku kini kian pesimis, apakah kita akan tetap harmonis?

Meskipun wajahmu berembun bila dilihat dari mataku yang rabun, jalanmu sudah harus dituntun, bibirmu sudah asal melantun, tubuhmu sudah sedikit imun, ingatanmu sudah mulai pikun dan cantikmu sudah menurun. Namin cintaku takan pernah pensiun.

(2022) 
    

    "Perasaan ini kekal, takkan pernah pensiun"

  
      
Plaza Semanggi
Kulitku sedikit memulih karena Plaza Semanggi. Tapi ada yang disayangkan, "mengapa waktu cepat berlalu?"

Dilantai UG tepatnya di J.Co dengan elegan pelayan mengantarkan donat dititik kordinat, meja kita. Tanpa rasa ragu kita menghabiskan rindu itu secara bersamaan. "Ada gula di dagumu yang eksotis! Bolehkah aku menyekanya?"  

Gula dan peristiwa itu menjadi manis.

(2022) 
    
    

Jerawat III
"Martabak harga naik ya, minyak sekarang langka!" Seru pedagang martabak telor sambil mengguyur wajan. "Mengapa harganya bisa membeludak?" Tanya salah satu pelanggan.

Belakangan ini produksi minyak diwajahmu menurun, begitu juga jerawatmu, sebab minyak kau timbun di dalam lapisan epidermis. "Mengapa kau begitu sadis?"

Minyak ini bukan bahan bakar yang mudah menyambar. Lain halnya bila terbongkar, wajah dan jiwa mu akan tetap hangus terbakar.

"KEBAKARAN...KEBAKARAN...KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN...KEBAKARAN...KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN...KEBAKARAN...KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN... KEBAKARAN..." Teriak riang anak-anak kecil sambil melihat orang-orang besar terbakar.

(2022) 
     
      
    
     

Jerawat IV

Mataku malu-malu masuk ke wajahmu, disebelah jerawat yang baru saja pecah. Telapak serempak melenggang ke diameter pinggang. Tanpa permisi berani-beraninya kau hajar keningku dengan lipstik merah jambu, kau hajar kenang ku oleh itu. 

(2022) 
 

   
Pesan penulis:
Saya harap pembaca tulisan adalah warga-warga yang bijak. Bila ada kurangnya Mohon dimaafkan dan terimakasih bila ada lebihnya. Saya haus koreksi!