kalimat yang membuat orang sangat ingin menangis adalah… jangan menangis

0
0
Deskripsi

aku sangat lapar sekali dan sekarang ada keributan disini. kapan keributan ini akan selesai “diandra, aku masih belum selesai denganmu!” ucapku dalam hati. dengan tenang aku bersuara “pelayan! apa kau punya pematik?“ pelayan itu tak lama memberiku pematik. aku menerimanya “terima kasih” ucapku pada pelayan itu. 

“aku tidak mau mendengar permintaan maaf. jika kau hanya bisa meminta maaf, lalu kenapa kita ounya polisi?!” ucap lula masih dengan keributannya. aku menghampiri mereka “betapa mengesankannya dirimu” ucapku pada lula. “dia yang merusak tasku. ini bukan urusanmu.” balas lula. “tentu saja aku tidak memikirka urusan orang lain. tapi melakukan ini untuk tas palsu, benar-benar terlalu berlebihan“ ucapku lagi pada lula. 

“apa maksudmu? ini adalah tas edisi terbatas paling baru, kugunakan banyak uang untuk meminta seseorang secara spesifik membawakannya untukku dari italia. apa maksudmu mengatakan tas ini palsu.” jelas lula panjang lebar. aku tertawa mendengar penjelasannya. “edisi terbatas paling baru?“ kataku. “ya” jawab lula dengan yakin. 

“nona, pada tahun 2015 dua edisi tas seperti ini dirilis, tapi bukan dengan warna ini. pada tahun 2014 ada warna ini tapi edisi ini belum dirilis.” jelasku padanya. “omong kosong. tasku ada nomor kartunya!” sambil menunjukan kartunya. “jadi menurutmu sulit untuk membuat kartu palsu? kau bisa memeriksanya itu asli atau palsu dengan sangat mudah.“ sambil menyalakan pematik aku kembali berkata “apa kau berani membakar tasnya? jika ini adalah tas palsu, maka akan ada aroma asam.” jelasku, sambil menyodorkan pematik itu pada lula. “aku tidak percaya padamu, kau pembohong! aku menghabiskan banyak uang untuk tas ini, bagaimana bisa ini palsu?“ ucap lula masih tidak percaya. dia memwgang erat-erat tasnya. aku mematikan pematik itu “kalau begitu berarti kau bodoh. cepat enyahlah kau dan tasmu itu.” ucapku pada lula.

”kau mengatakan itu dari luar negeri? jadi sebenarnya itu yang palsu?“ ucap salah satu teman sosialitanya. “pewaris perusahaan pergiasan Lei bahkan tidak bisa membedakan tas yang palsu dan asli. mungkinkah perhiasan keluarganya juga palsu?” ucap teman yang lainnya. “konyol sekali! siapa yang akan membeli perhiasan dari keluarganya mulai sekarang?” teman-teman sosialitanya mulai bersahutan mengejek lula. dengan kesal lula melemparkan tas itu ke lantai dan menginjak-injaknya “lihat tas ini sangat kuat. aku sudah menginjaknya dan ini tidak rusak ataupun robek!” ucap lula masih meyakinkan teman-temannya “ini tas bagus, bagaimana bisa ini palsu?“ sambungnya. teman-temannya hanya menertawakan lula. “palsu tetap saja palsu. bahkan jika kekuatannya lebih baik itu masih saja palsu.” ucapku. 

“atas apa kau mengatakan tasku palsu? kau palsu dimanapun!“ maki lula padaku. aku hanya tersenyum mendengarnya “bahkan pernikahanmu juga palsu. pangeran jefri sebenarnya tidak mau menikahimu. dia tidak pernah mencintaimu, stephanie ingat ini! aku pasti akan membuatmu membayarnya!“ sambungnya. “kau? seseorang yabg bahkan tidak tahu tasnya palsu? kau bahkan tidak layak menjadi bawahanku” ucapku meremehkan lalu berbalik hendak pergi meninggalkannya. baru berjalan dua langkah lula melemparkan sebuah piring kelantai, pecahan kacanya berceceran kemana-mana aku berbalik ke arah lula. kami bertatapan, lalu salah satu teman lula menarik paksa lula untuk keluar dari restoran itu dan disusul oleh tamanya yang lain. 

aku menghampiri diandra “diandra, kenapa kau begitu mudah ditindas? tidak bisakah kau mangatakan hal lain? tanyaku padanya. dia akhirnya menunjukan wajahnya yang sedari tadi hanya melihat lantai. diandra meraih tanganku “terima kasih, jika tidak aku tidak tahu apa yang atus aku lakukan.” ucapnya padaku. aku melepas paksa genggamannya tangannya. “hei kita tidak sedekat itu! aku hanya tidak suka melihatnya memamerkan tas palsu” lalu berbalik pergi untuk kembali ketempatku. “maksudku bukan begitu, stephanie gaunmu kotor biar kubantu membersihkannya.” sambil memaksa untuk membersihkan gaunku. aku menghindarinya “tidak perlu, kubilang tidak perlu!” aku menepis tangannya dan membuat dia kehilangan keseimbangan, bertepatan dengan jatuhnya diandra kelantai. jefri tida dan melihat diandra terjatuh karena ulahku. ”stephanie!” aku yang berada disituasi ini mulai jengah. jefri menghampiri diandra dan membantunya berdiri “ kau bai-baik saja?“ tanyanya pada diandra. tangan diandra terluka terkena pecahan piring “jefri, kau jangan salah paham, ini bukan salah stephanie” kata diandra. jefri memeriksa keadaan diandra, dia menatapku tajam “aku tanya padamu satu hal. apa kau yang mendorong diandra?” ucapnya. “iya” jawabku. 

“dalam perjalanan kemari, aku berpikir mungkin aku telah salah paham padamu. sepertinya aku beroikir berlebihan aku sama sekali tidak salah paham padamu! kau benar-benar memiliki penyakit tuan putri.” sambung jefri. “berpikirlah sesukamu!” balasku pada jefri. “aku hanya tudak mengerti. kau punya segalanya mengapa kau menindas diandra?” tanya jefri. “aku menindas diandra?“ tanyaku memastikan. jefri berjalan mendekat kehadapanku. “benar. aku menindas diandra, aku tidak tahan melihat kepengecutannya!” sambungku. diandra hanya diam menunduk. jefri mengambil segelas air yang ada di meja salah satu pengunjung, dia menyiramku dengan air itu. aku terkejut bukan main dengan tindakannya begitupun diandra. “jefri! bukan begitu!” ucap diandra. “ikut denganku” ucap jefri sambil menarik diandra keluar restoran. aku melihat mereka pergi masih dengan keterkejutan, aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat ini.

 

aku berjalan ditengah derasnya hujan malam ini. dengan baju yang sudah basah kuyup terguyur air hujan. berjalan tak tentu arah. ponselku berdering, aku mengangkat panggilan itu. “halo, nona. apa kau ingin aku menjemputmu pulang?“ tanya kepala pelayan disebrang sana “tidak perlu, kau baru pulang dari dokter. istirahat saja, aku dan jefri mau pergi meninton film.” ucapku berbohong dan langsung mematikan sambungan telepon itu. 

dengan segala hiruk pikuknya isi kepalaku aku berjalan dan terus berjalan hingga kaki ku sakit dan hampir kehilangan keseimbangan karena higheels yang kugunakan. aku akhirnya terduduk di pinggir trotoar, air mataku akhirnya menetes perlahan. ‘sekarang, mereka hanya ingin mempercayai apa yang ingin mereka percaya siapa peduli apa kebenarannya?’ suara ibu agatha terlintas dikepalaku. aku menangis sejadi-jadinya. ‘kau semua palsu! bahkan pernikahanmu palsu!’ ucapan lula sebelumya juga sanagt menyakitiku. ‘aku sama sekali tidak salah paham padamu! kau benar-benar memiliki sindrom tuan putri’ dan tentu saja perkataan jefri. apalagi dengan tindakannya barusan yang menyiramku dengan air. aku menagis hingga aku merasa lelah untuk menangis lagi. 

diam-diam beruang putih menghampiriku dan mematungiku dari belakang. aku tersadar dan melihat kearah beruang putih. aku kembali menangis. aku menangis sambil memeluk berunah putih. beruang putih merespon dengan mengusap kepalaku. aku kembali menangis sejadi-jadinya. tangis yang selama ini aku tahan akhirnya pecah. setelah membiarkan aku menangis dan hujanpun sudah reda, beruang putih membantu mengobati luka di kakiku yang sebelumnya terkena pecahan piring. bahkan aku tidak sadar kakiku terluka “terimakasih. satria beruang putih.” ucapku padanya. sesekali kembali menitikan air mataku yang tak dapat aku tahan lagi. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya kalimat yang membuat orang sangat ingin menangis adalah… jangan menangis
0
0
“aku sudah menemukan orangnya” kataku. “sungguh? orang itu adalah penyelamatmu, kita harus berterima kasih dengan baik padanya” ucap kepala pelayan. “ya. aku pasti akan sangat-sangat berterima kasih dengan baik padanya.” jawabku yang terdengar seperti ancaman.
Komentar dinonaktifkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan