
apa yang sebenarnya terjadi saat ini? kekacaun apa yang aku buat ? apa yang harus aku lakukan?. pemikiran pemikiran seperti itu yang sedang memenuhi isi kepalaku saat ini.
kenapa aku bertindak bodoh memalukan sekali!
kenapa aku bertindak bodoh memalukan sekali!
lalu aku beralih pada laki laki yang sedang fokus memainkan pianonya itu.“lalu kau bukan jefri?” tanyaku memastikan namun di tetap tidak bergeming lebih tepatnya mengabaikan ucapanku.
“namanya darren, teman sekolah yang kubayar untuk bermain piano.” sambung jefri “jadi kau jefri “ tanyaku kembali memastikan yang kudengar bukan kesalahan. “heem“ jawab jefri sambil mengangguk. hah apa ini? apa yang terjadi saat ini? aku menghembus nafas berat “bagaimana kalau ibu agatha tau kejadian ini? bodoh sekali aku harus bagaimana sekarang?” hanya ada ibu agatha sekarang yang ada di pikiranku.
aku mulai berbicara pada laki laki yang ternyata namanya darren itu. “bagaimana kau bisa begini? kau tahu kalau tidak sopan untuk berpura pura menjadi orang lain?“ dia hanya mendengarkan dengan tangan tang tetap memainkan piano “dan kau juga-!, kau berpura pura sebagai jefri dan bermain piano bersamaku!” sambungku lagi. tampak tak tau malu bukan? kalian pasti tau sifat ini berasal dari mana. ini adalah satu satunya cara yang dapat aku lakukan aku tidak mau membayangkan reaksi kedua ibuku itu terutama ibu agatha kalau sampai pertunangan ini batal karena kesalahan bodohku ini .”maafkan aku”
dia menghentikan permainan pianonya, berdiri menatapku dan berbicara “nona! imajinasimu pasti terlalu berlebihan! dari awal sampai akhir aku tidak mengatakan apapun.” ucapnya. ya dia memang benar tapi tetap saja aku tidak ingin disalahkan disituasi ini. “tapi kau tetap seorang pembohong.” balasku. darren menatap jengah padaku.
“jadi kau pura pura jadi aku?“ ucap jefri dengan angkuh menimpali “tapi kepribadian natural seperti aku, tak dapat ditiru hanya dengan mengenakan sebuah setelan yang mirip.” lanjutnya lagi. darren yang mendengar itu tiba tiba mengambil setangkai bunga yang sebelumnya jefri berikan padaku, dia mencium aroma bunga itu lalu berkata “ bunga bakung? “ aku menatapnya heran. “ hati hati, serbuk sarinya akan membuat orang alergi. jangan terlalu dekat dengannya.” sambunya. menyimpan bunga itu di atas piano dan pergi meninggalkan aku dan jefri yang masih diam ditempat.
kalian mengerti dari maksud tersiratnya itu? aku rasa dia ingin mengatai aku dan jefri bodoh. “siapa yang tidak tahu hal itu? bunga berbahaya seperti itu kenapa ditarus disini? aku pasti akan marahi pelakunya.” ucap jefri tiba tiba. aku yang masih terdiam mencoba mencerna apa yang terjadi tidak menanggapi jefri.
jefri kembali mengambil bunga yang lain. kali ini mawar putih lalu memberikannya padaku. “aku pikir tadi ada kesalahpahaman, ini untukmu.” aku menerima bunga itu, kecanggungan ini bukan sesuatu yang dapat diperbaiki oleh bunga. untunglah aku berbohong, kalau tidak akan sangat memalukan. “tunanganku, bisakah kau lain kali lebih pintar? kita baru saja dipermalukan oleh temanmu itu,darren” aku menatap jefri “terima kasih” ucapku. yang dibalas “sama sama” oleh jefri.
canggung. suasana kembali canggung
aku memilih pergi meninggalkan jefri. kembali ke aula tak disangka ternyata jefri mengikutiku. kita mulai berbincang “kau bilang saat masih kecil kita sudah saling kenal?” ucapnya. “benar, saat pertama kali kita bertemu kita masih sangat kecil, kita baru sepuluh tahun. saat itu aku tidak sengaja kehilangan salah satu sepatuku dan kau membantuku menemukannya. itu betul betul kenangan yang indah.”
flashback
di tengah pesta pernikahan paman reza-ku. aku mencari pasangan separutu yang hilang. aku mencari di setiap sudut namun tetap tidak menemukannya.
aku melihat jefri kecil menghampiriku sambil memegang sepatu, dia memberikannya kepadaku “apakah ini sepatumu?“ tanyanya. “ini sepatuku” jawabku “ambil dan pakailah” katanya. “tapi bukankah seharusnya kau membantuku memasangkan sepatuku? disemua dongeng tertulis seperti itu“ kataku. “kau ini benda macam apasih? kau ingin aku membantu memakaikan sepatumu?“ ucap jefri kecil itu.
ditelingaku sekarang banyak suara yang masuk dengan kata kata yang sama. “kau ini benda macam apa sih? kau ini benda macam apa sih? kau ini benda macam apa sih? kau ini benda macam…” aku menutup telingaku. kepalaku mulai terasa pusing namu suara suara itu masih tetap ada. aku berusaha menghilangkan suara suara itu, aku akhirnya berteriak “aku bukan benda!” aku melemparkan sepatuku itu sembarang. tak disangka sepatu itu mengenai tumpukan gelas yang disusun mengerucut ke atas. aku yang melihat itu tentu saja terkejut, lebih tepatnya semua orang yang ada dan melihat kejadian itu merasa terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. ayah jefri sehera menghampiri anaknya dia melihat kondisi jefri dan bertanya “apa yang terjadi?” tanyanya pada jefri kecil. “dia. dia yang mengambil sepatuku!“ kataku sedikit berteriak menyalahkan jefri kecil. “bukan aku!” bela jefri kecil. namun sayang sekali sang ayah tidak mempercayai ucapan anak tersayangnya itu “kau bahkan berani berbohong?” ucap ayahnya sambil memukul bokong jefri kecil. jefri kecil tetap membela diri “ bukan aku” ucapnya lagi disela sela hukumannya itu. “kau masih berani biara?“ ayahnya tetap tidak mempercai jefri kecil dan malah menambah hukumannya itu.
flashback off
jefri yang mengingat kejadian itu bergidik ngeri. dia menatapku tajam “kau stephanie?“ tanyanya. ya agak sedikit terlambat bukan untuk berkenalan lagi “benar, aku tunangan tercintamu menyambutmu kembali” sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman namun tanganku langsung di tepis oleh jefri. kini pandangannya tidak lagi ramah seperti sebelumnya, dia melihat sekeliling banyak yang memperhatikan kami lalu menarik pergelangan tanganku. “ ikut denganku” sambil berjalan menjauh dari aula. “apa yang kau lakukan?” tanyaku.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
