bertemu denganmu adalah kebetulan yang paling indah… (atau mungki tidak) 6

0
0
Deskripsi

saat ini aku sedang berada di dalama kamar. berjalan kesana kemari dengan buku yang ada ditanganku, buku yang bawa sebelumnya. “darren” saat membuka halaman pertama buku itu. “tulisan tangannya bagus. tapi… aku pikir…“ belum selesai dengan ucapanku bibi meri datang. “nona, mobilnya sudah siap.” katanya. 

“nona, mobilnya sudah siap.” katanya. 

“untuk apa terburu buru? ini cuman kencan dengan orang kaya generasi kedua. kuberi tahu padamu, jika seorang gadis pergi kencan pertamanya terlambat 10 - 30 menit tidak apa apa. cinta dengan harapan itu lebih indah.” kataku. 

 

aku sudah sampai di breeze center. turun dari mobil pergi menuju tempat janji temu kita. “haha aku membuatmu menunggu lebih dari 10 menit. anggap saja sebagai hukuman karena salah paham tadi pagi!“ sambil memperhatikan sekitar, mencari keberadaan jefri. “apa yang terjadi? aku sudah disini. mengapa dia tidak datang menemuiku?“ aku mengambil handphone dari dalam tasku. mencoba menelfon jefri namun hasilnya nihil dia tidak menjawab panggilanku. “lihat saja bagaimana aku menghukummu!” monologku lagi. 

aku masih berusaha menelfon jefri lagi dan lagi. hingga tiba tiba ada panggilan masuk, aku segera menjawab panggilan itu “ibu” sapaku, “aku dengar kau janji kencan dengan jefri?” ucap ibu agatha disebrang sana. “iya” jawabku, “bagus, aku mengatur wartawan untuk mengambil gambar. berkencanlah baik-baik. jangan mempermalukanku lagi oke? jika masih seperti kemarin, aku akan melemparmu ke laut untuk jadi santapan ikan!“ ancamnya. aku tidak menjawab ucapan ibu agatha dan memilih memutuskan sambungan telepon itu. “tidak mungkin!  apa bisa kami mendapatkan privasi? kencan apa?” monologku. 

aku masih menunggu jefri tiba namun tidak ada tanda-tanda kehadirannya. sudah lama aku menunggu di sini “dia tidak mau mengangkat panggilan telepon dari ku, dan tidak terlihat dimanapun. jefri jika kau muncul sekarang kau akan mati!“ kesalku. dengan kesalpun aku tetap menunggu kehadiran jefri. hingga akhirnya ponselku berbunyi ada panggilan masuk. aku segera mengangkatnya setelah melihat nama yang tertera dilayar ponsel. “hei, kau dimana? aku sudah menunggumu sepanjang sore!” ucapku kesal. “oh, aku lupa bilang padamu. aku tidak pernah bermaksud untuk pergi kencan denganmu. ini untuk memberimu pelajaran! jangan bilang kau masih disana… “ ucapnya dengan santai disebrang sana. 

“bagaimana bisa aku masih disini? aku sudah lama pergi! kau pikir kau siapa? halo? jefri!!” panggilan itu dimatikan sepihak oleh jefri. ini membuatku makin kesal saja. “beraninya kau menutup teleponku!!” sambil terus berusaha menelpon jefri lagi namun hanya ada suara operator “nomor yang ada tuju tidak dapat dihubungi” begitulah kira kira isinya. ini sangat membuatku frustasi “apakah kau punya masalah? gila, narsis menderita sindrom pangeran,ah sudahlah!” ucapku setengah berteriak sambil berjalan kesana kemari menumpahkan kekesalanku.setelah cukup tenang aku menelepon bibi meri,”bibi meri,bantu persiapkan untuku” 

 

ketika menghadapi situasi seperti ini, reaksi sang putri bisa menyerupai apa saja mungkin kalau itu putri yang menyukai uang dia akan menghamburkan uangnya untuk berbelanja barang-barang mewah. tapi aku stephanie, aku ditakdirkan berbeda. aku mempunyai caraku sendiri. pada saat seperti ini biasanya aku memilih untuk membaca manga BL (komik cinta sesama pria). 

 

triiiinggg….. bunyi lonceng pintu saat aku memasuki cafe komik dengan hati-hati aku berjalan menuju rak taku-takut ada yang mengenaliku disini. aku membawa komik yang akan kubaca menuju sofa “huh! ini dekorasi baru?“ saat menyadari ada sebuah boneka beruang seukuran manusia di samping sofa. aku melanjutkan aktivitasku lalu mengeluarkan buku diary dari dalam tas yang aku bawa. “jefri, apa kau benar-benar berfikir aku akan menyukaimu? aku hanya berniat untuk membuatmu jatuh cinta padaku lalu mengabaikanmu!” ucapku sambil menulis yang aku katakan, terkadang aku juga menggambar di buku diaryku. gambar ilustrasi tentang perasaanku pada hari itu. aku menengok ke arah beruang karena merasa diperhatikan namun aku tidak menemukan keanehan, beruang itu masih ditempat yang sama lalu melanjutkan tulisanku. “diandra, kau ini kenapa? setiap kali aku bertemu denganmu, jika tidak menangis maka kau bertindak menyedihkan! suka berpu-pura! munafik! bodoh!” aku menengok ke arah sampingku lagi. lagi-lagi aku tidak melihat hal yang mencurigakan aku melanjutkan kembali perkataanku. “aku diabaikan? ini semua karena apa? benar! ini semua karena darren itu. jika bukan karena dia, aku tidak akan salah mengenali orang jika aku tidak salah orang maka jefri tidak akan membenciku, jika dia tidak membenciku maka  tidak akan ada diandra, jika dia tidak memiliki diandra aku tidak akan diabaikan saat kencan, ini semua karena darren! kau brengsek!brengsek!” saking kesalnya bahkan tulisanku sudah bukan lagi tulisan itu seperti lukisan abstrak yang penuh coretan tinta bolpoinku. 

 

darren pov 

seperti biasanya aku bekerja di caffe komik. dengan kostum berung putih yang aku pakai, namun aku saat ini belum memakai bagian kepala karena aku sedang membaca komik disela-sela aku bekerja. triiiinggg….. seseorang baru saja masuk,aku mengalihkan pandanganku melihat orang yang baru saja memasuki cafe komik. astaga! aku segera memakai bagian kepala kostumku. hampir saja dia melihatku, aku hanya diam mematung dia berjalan mendekat ke arahku dan duduk di sofa yang berada didekatku. aku masih mempertahankan posisiku ini. 

“…. darren! kau brengsek! brengsek!“ katanya. aku yang mendengar namaku disebut reflek menengok kearahnya “wah, imajinasinya itu” ucapku dalam hati. kembali pada posisiku sambil berusaha bergeser sedikit demi sedikit untuk menjauh darinya. “darren mungkin muncul karena ingin menghancurkan hubunganku dengan jefri! benar! dia bahkan muncul didekat rumah jefri. itu pasti…” aku melihatnya menyeringai dan tak lama dia tertawa “hahahah pasti seperti itu” sambung stephanie. “huh! apa yang dia pikirkan?” ucapku lagi dalam hati. 

“tapi… kencanku dengan jefri sudah hancur. aku bahkan tidak bisa melakukannya dengan baik! ibu pasti akan sangat kecewa.” sambungnya. posisiku masih berada didekatnya karena aku hanya bergeser sedikit demi sedikit agar dia tidak menyadarinya. “benar! ini semua karena darren! di tidak hanya merusak hubunganku dia juga mencuri jefri dariku! stephanie berdiri dari tempatnya dan mendekat kearahku. “katakan padaku mengapa kau melakukannya? mengapa?mengapa? mengapa kau tidak melihatku jefri?“ ucapnya sambil meninju-ninju bagian perut beruang dan tentu saja terkena perutku juga. aku tetap mempertahankan posisiku sambil menahan pukulannya dengan sekuat tenaga agar tidak bersuara.“kau brengsek! kau pria dingin! mengapa kau melakukannya, kau mesum!” sambil terus memukul-mukul menumpahkan kekesalannya itu. aku sudah tidak tahan lagi akhirnya aku bersuara “cukup” sambil menahan tanganya yang siap memukul itu. 

“kau hidup?!” tanyanya. aku hanya menjawabnya dengan anggukan. “lalu semua yang aku katakan barusan kau mendengarnya?“ tanyanya lagi. aku menggelengkan kepalaku sekuat tenaga berusaha menyangkal namun sepertinya tidak berhasil jadi aku langsung kabur berlari meninggalkannya. “berhenti disitu!” cegahnya. aku yang mendengar itu semakin mempercepat langkahku. “kemana kau pergi? tunggu aku!“ katanya lagi sambil berlari mengejarku. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya bertemu denganmu adalah kebetulan yang paling indah… (atau mungkin tidak) 7
0
0
beruang itu langsung kabur berlari meninggalkanku. “berhenti disitu!” cegahku.hukqnnya melambat beruang itu semakin mempercepat langkahnya. “kemana kau pergi? tunggu aku!“ kataku lagi sambil berlari mengejar beruang putih itu.
Komentar dinonaktifkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan