
kini pandangannya tidak lagi ramah seperti sebelumnya, dia melihat sekeliling banyak yang memperhatikan kami lalu menarik pergelangan tanganku. “ ikut denganku” sambil berjalan menjauh dari aula. “apa yang kau lakukan?” tanyaku.
berberda dengan sudut pandang orang tua jefri dan ibu agatha yang sedari tadi memperhatikan kami. “kalian lihat. stephanie dan jefri terlihat sangat senang.” ucap ayah jefri. “iya, dari begitu banyak gadis disini hanya stephanie yang paling cantik.“ puji ibu jefri. “jefri juga sangat sempurna, sepertinya pernikahan ini keputusan yang tepat“ jawab ibu agatha. mereka lanjut berbincang bincang.
jefri membawaku kembali ke atap, berbeda dari sebelumnya sekarang tidak begitu banyak orang disini. kita berhenti dipinggir kolam renang. “lepaskan! apa yang kau lakukan?” ucapku, sambil melepaskan tanganku dari cekalannya. “stephanie, cepat batalkan pertunangan ini!” ucap jefri mantap. “itu adalah keputusan ayahmu dan ibuku, kau pikir aku senang bisa tertawa bersama denganmu?“ balasku. “itu bagus, aku tidak akan pernah menikah denganmu” katanya lagi. “apa kau memiliki kepribadian ganda? kau baru sajan sepenuhnya tergoda olehku! mengapa sekarang kau berubah begitu saja?” ucapku tak mau kalah. “aku-!, kapan aku tergoda olehmu? berhenti berkhayal!” katanya menyangkal. aku hanya tersenyum jail lalu menarik dasi kupu-kupunya itu mendekatkan wanahnya padaku mencoba menggodanya. “apa kau yakin tidak mau menikah denganku?” tanyaku, masih dinposisi yang sama. jefri diam mematung cukup lama, setelah kesararannya kembali dia langsung menepis tanganku dan menatap tajam kepadaku “iya, aku benar-benar tidak ingin menikah denganmu.” ucapnya. “kenapa?” aku kembali bertanya “karena aku menyukai orang lain” jawab jefri. “aku ingin melihat gadis yang menjadi saingan cintaku“ kataku angkuh sambil menyilangkan tangan di depan dada. “standarmu tidak mungkin rendah bukan!” lanjutku lagi. dia tersenyum meremehkan “tentu saja, dia salah satu gadis terbaik dan berbakat yang pernah ku temui.” jelasnya. aku hanya tersenyum mendengar penjelasannya. “dibandingkan dengan sindrom tuan putrimu, kalian berdua terlalu berbeda” sambungnya. “baik kalau begitu kenalkan aku padanya, biarkan aku melihat seberapa berbakatnya dia. karena kau menyukainya dia seharusnya berada disini bukan?” kataku. jefri yang mendengar itu tampak resah. aku yang melihatnya seperti itu hanya tersenyum
seorang gadis manis dan lugu berambut sebahu sedang melayani tamu undangan, dia berkeliling melayani dengan senyuman manis diwajahnya. dia bekerja dengan giat, kini dia berada di sekitar aku dan jefri. jefri yang melihat itu memanggil gadis itu “diandra!” ucapnya sambil berjalan mendekat pada gadis yang dia tuju. gadis itu berhenti di tempat, jefri langsug merangkul gadis itu dan membawanya paksa ke hadapanku yang sedari tadi hanya memperhatikan. “ini dia, dia adalah gadis yang aku bicarakan.” ucapnya bangga. aku hanya terus tersenyum sambil memalingkan wajah ke arah lain. “jefri, aku… apa aku mengganggu kalian?” tanya gadis itu masih dalam rangkulan jefri. “bagaimana bisa? jangan berpikir berlebihan.” jawab jefri yang masih setia merangkulnya.
“dia jelas jelas sudah menunggu di dekat sini! berpura pura sopan! apa ‘jefri’ sebuah nama yang bisa kau sebut?” setelah bergelut dengan pikiranku sendiri akhirnya aku membuka suara.“maaf tapi kau ini?” tanyaku menggantung. “namaku diandra dan kau?” ucapnya dengan terbata bata. “namaku stephanie dan aku adalah tunangan jefri.” ucapku mantap. gadis itu segera melepaskan rangkulan tangan jefri tapi tangannya malah memegangi ujung pakaian jefri. dia seperti rubah licik, memasang ekspresi ketakutan. melihat perubahan sikap diandra jefri bertanya “kau kenapa?”. sementara aku hanya melongo melihat kelakuannya . “jefri, aku pikir dia sangat cantik. juga… hanya seorang seperti dia yang sepadan denganmu. pangeran jefri.“ ucap diandra lagi dengan terbata bata. “apa,apa? ‘pangeran jefri?’ apa kau sedang mencoba memperlihatkan kekuasaanmu dengan berdiri sedekat itu dengannya?“ ucapku dalam hati sambil terus memperhatikan diandra, yang diperhatikanpun dari tadi hanya menundukan kepalanya dan semakin menempel pada jefri. tangannya pun sekarang sudah berpindah memegang pergelangan tangan jefri bukan lagi ujung bajunya. “kau sepertinya mengenal tunanganku, bagaimana kalian bisa saling mengenal?“ tanyaku. “aku bekerja disini” jawabnya. “oh bekerja….” kataku. “ aku hanya bertanya padamu! apa kau perlu terlihat seperti aku akan memakanmu?” kesalku dalam hati. gadis itu tetap menunduk tak mau memperlihatkan wajahnya. “stephanie aku hanya memperkenalkan dia padamu supaya kau dapat mundur. diandra adalah temanku jangan mempersulit dia.” ucap jefri. “aku tidak berlebihan bukan? diandra, apa kau masih bekerja sekarang?” diandra hanya menganggukan kepalanya “jika kau bekerja, mengapa kau masih memegang tangan tunanganku dan tidak melepaskannya?” aku maju selangkah lebih dekat pada diandra “cepat lepaskan!” sentakku dengan nada yang meninggi.
diandra terjatuh mengenai vas bunga didekatnya. sejujurnya, aku tidak tau kenapa dia bisa terjatuh padahal aku tidak menyentuhnya. apa karena dia kaget? apa dia selemah itu?. “diandra! diandra, bangun” jefri dengan sigap membantunya berdiri. setelah berdiri dia menepis tangan jefri dan beralih padaku. “ maaf, aku seharusnya tidak memegang tangan tunanganmu.” ucapnya mengabaikan jefri yang menghawatirkannya. “diandra, kau baik baik saja?” ucap jefri yang masih memastikan keadaan diandra. aku tidak membalas perkataan diandra, aku hanya memperhatikan mereka saja ditempatku. “aku baik baik saja, ini salahku. tolong jangan berkelahi karena aku.” jawab diandra pada jefri. “stephanie, apa yang kau lakukan!” ucap jefri marah padaku. “baik, kau cukup pandai berakting menyedihkan! aku meremehkanmu!“ aku masih memperhatikan diandra dengan tenang. “nona pekerja, berapa upah perjammu disini?“ tanyaku pada diandra. “30” jawabnya. “apa kau tahu berapa harga vas yang baru saja kau pecahkan?” sambungku. diandra menggelengkan kepalanya. “ bahkan jika kau tidak makan dan minum selama 3 bulan kau tetap tidak akan mampu menggantunya.” tambahku lagi.
“tidak apa-apa kau tidak perlu mengganti“ ucap jefri pada diandra. “stephanie” jefri berbicara sambil berjalan mendekat kearahku “kau tidak berubah sedikitpun.apa? ini cuman vas bunga. kau pikir kau benar benar seorang tuan putri? biar aku beri tahu kau, kau dan aku itu tidak mungkin jadi menyerah saja!” setelah mengatakan itu jefri hendak pergi bersama diandra, namun aku menarik lengannya mencegah jefri untuk pergi. “ jefri berhenti”. “apa lagi yang mau kau katakan? aku sudah katakan padamu kau dan aku itu mustahil jadi lepaskan tanganku. aku tidak menyukaimu!” dengan nada tinggi dia berkata padaku. aku semakin mengeratkan tanganku tak melepaskan tangannya. jefri juga tidak tinggal diam dia berontak minta dilepaskan, namun sayang entah apa yang terjadi dan seperti apa detail kenadiannya itu aku, jefri dan diandra malah terjatuh kedalam kolam. para tamu yang berada di sekitar kami mulai riuh, kami sedang menjadi tontonan sekarang.
~~
mohon maaf dengan typonya 🙏🏼
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
