OUR SHENA - 5 (TERJEBAK)

49
2
Deskripsi

“Gue jadi penasaran sesuatu,” ucap Shena.

“Penasaran tentang apa?”

“Dulu waktu SMA, lo beneran pernah suka sama gue?” 

Glen kaget sesaat. 

“Iya, pernah. Entah itu suka atau kagum.”

Shena berseru pelan, cukup takjub. 

“Apa yang lo suka dari gue?” 

****

OUR SHENA PART LIMA

 

Hening, selama tiga puluh menit baik Glen dan Shena diam saja dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Ditambah angin malam yang bertambah dingin. Bagaimana tidak? Mereka berdua saat ini ada di atas gedung tinggi. 

Glen menoleh ke samping, memeriksa gadis yang terjebak bersamanya dalam keadaan baik-baik saja. 

Glen melihat Shena yang terlihat suntuk dan kedinginan. 

“Ini beneran kita akan terjebak di sini semalaman? Nggak ada yang nolongin kita?”

Glen buru-buru kembali menatap ke depan, tak ingin ketahuan kalau sedang memperhatikan Shena. 

“Iya, beneran,” jawab Glen berusaha tetap tenang. 

Terdengar helaan napas panjang dari Shena. Gadis itu menatap Glen, cukup lama.  

“Nggak usah dilihatin terus, gue tau, gue ganteng,” ucap Glen bisa merasakan tatapan dari Shena. 

Shena mendengus pelan, tak kaget dengan respon percaya diri orang kaya di sampingnya itu. 

“Gue jadi penasaran sesuatu,” ucap Shena menggantung. 

Glen perlahan kembali menoleh, menatap Shena balik. 

“Penasaran tentang apa?”

Shena bergumam sebentar.

“Dulu waktu SMA, lo beneran pernah suka sama gue?” Shena secara terang-terangan memberanikan diri untuk bertanya. 

Glen kaget sesaat, namun kemudian dia mengangguk tanpa ragu. 

“Iya, pernah. Entah itu suka atau kagum.”

Shena berseru pelan, cukup takjub. 

“Apa yang lo suka dari gue?” 

“Entahlah, gue juga nggak ingat. Dan, gue ngerasa mungkin gue khilaf saat itu.” 

Seketika amarah Shena yang sebelumnya baik-baik saja langsung memuncak.  

“Bisa nggak lo jawabnya serius?”

“Gue jawab paling serius.” 

“Di mana-mana orang itu di tanya, apa yang lo suka dari crush-nya, jawabannya bisa karena cantik, pinter, dewasa, atau karena dia baik. Ini malah lo bilang khilaf!” kesal Shena meluapkan amarahnya. 

Glen mengerjap-kerjapkan matanya, kaget mendengarkan ocehan Shena yang sangat panjang. 

“Lo bawel,” ucap Glen sengaja. 

“Gue tau!” rasa kesal Shena makin menjadi. 

“Lo terlalu percaya diri.” 

“Gue juga sangat tau!” Amarah Shena mencapai puncaknya, siap menyembur Glen dengan kata-jata mutiaranya. 

“Lo juga cantik.” 

“GUE JUGA TA….” 

Shena seketika menghentikan kalimatnya, baru menyadari kalimat terakhir yang diucapkan oleh Glen adalah sebuah pujian dengannya. Entah mengapa Shena langsung merasa gugup saat ini. Padahal bukan pertamanya dia dibilang cantik oleh seorang cowok. 

Glen menunjuk ke arah wajah Shena.

“Pipi lo merah,” seru Glen terang-terangan. 

Shena langsung menghadap ke depan, memegangi kedua pipinya. Dia mendesis pelan, sangat malu. 

“Gue kedinginan banget!” akuh Shena. 

Glen mengangguk-angguk saja, berusaha percaya. Ia pun ikut kembali menatap ke depan. Keheningan pun terjadi kembali diantara keduanya. 

****

Shena tak kuat lagi menahan kantuknya, sudah bekali-kali dia terus menguap. Shena pun tanpa sadar mulai memejamkan kedua matanya dan akhirnya dia terlelap dengan kepala bersandar di tembok pembatas. 

Glen melihat Shena yang sudah tertidur dengan kepala yang terus miring dan ingin terjatuh. Glen menghela napas panjang, ia sedikit mendekatkan tubuhnya ke Shena khawatir jika kepala gadis itu akan terbentur. 

Hingga akhirnya, kepala Shena benar-benar jatuh dan mendarat di bahu Glen, membuat Glen kaget dan mematung beberapa detik. 

Glen mencoba untuk tetap tenang, kemudian membantu membenahkan kepala Shena agar lebih nyaman. Setelah itu, Glen memperhatikan wajah Shena yang sudah pulas tertidur. 

Senyum Glen mengembang kecil. 

“Cuma waktu tidur dia nggak kejam dan nggak bawel.”

*****

Shena menggeliatkan tubuhnya, perlahan membuka kedua matanya. Cahaya terang langit menyambutnya pertama kali. Ternyata hari sudah pagi. 

 Perlahan, Shena menegakkan leher dan tubuhnya yang terasa sakit. Shena menoleh ke samping, melihat Glen masih tertidur. 

Shena tertegun sesaat, baru menyadari jika dia tidur dengan bersandar ke Glen. Shena meneguk ludahnya dengan susah payah. 

“Bisa-bisanya lo Shen!” pekik Shena pelan, merutuki kebodohannya. 

Tiba-tiba Shena merasakan pergerakan Glen yang akan terbangun juga, Shena yang mendadak panik pura-pura memejamkan matanya lagi. 

“Gue tau lo udah bangun.”

Shena langsung membuka matanya kembali, sangat lebar. Shena pura-pura menguap. Shena menatap Glen dengan memaksakan senyum lebarnya. 

“Selamat pagi,” sapa Shena belagak tidak terjadi apapun.

Glen hanya merespon dengan gelengan kecil. Ia melihat jam tangannya, pukul lima pagi. Glen segera berdiri kemudian berjalan ke arah pintu, mencoba untuk mendobraknya lagi. 

Shena pun hanya mengikuti Glen dari belakang dan mendoakan penuh harap agar pintu itu bisa terbuka. 

“SIAPA DI SANA?”  

Glen dan Shena saling berpandangan, merasa bersyukur ada orang yang mendengarkan suara dobrakan mereka. 

“Tolong kami terjebak di sini!” teriak Shena lebih keras. 

****

Pintu rooftop akhirnya terbuka, seorang wanita paruh baya dengan baju bersih-bersih membukakan pintu untuk Glen dan Shena. Wanita tersebut terlihat kaget. 

Wanita itu kemudian geleng-geleng. 

“Anak muda, kalau pacaran jangan di rooftop. Kalian bisa terjebak,” ucap wanita tersebut dengan sok taunya. 

“Kami nggak pacaran,” elak Shena cepat. 

Wanita itu mendesis dengan tatapan memincing. Kemudian menunjuk ke Jas yang dipakai oleh Shena. 

“Kalau nggak pacaran kenapa jas pacar kamu ada di tubuh kamu? Kalian sedang hubungan tanpa status? Atau hanya salah satu dari kalian yang suka? Cinta diam-diam?” 

Shena menghela napas panjang, sepertinya tidak ada gunanya untuk menjawab. Shena memaksakan senyumnya. 

“Terima kasih banyak Ibu sudah membantu membukakan pintunya.” Setelah itu Shena segera melewati wanita tersebut, duluan pergi dari rooftop. 

Wanita itu pun mengangguk-angguk saja. 

“Makasih banyak, Bu,” tambah Glen. Ia juga ikut segera pergi. 

Wanita itu lagi-lagi hanya merespon dengan anggukan. 

“Anak jaman sekarang memang sangat berani.” 

*****

Shena tidak langsung ke kamarnya, ia memilih pergi ke kamar Papa dan Mamanya terlebih dahulu. Shena takut Papa dan Mamanya khawatir dan mencarinya. Shena ingin memberitahu jika dia baik-baik saja. 

Shena memencet bel pintu kamar Papa dan Mamanya. Hingga akhirnya, Shena bisa melihat Papanya keluar membukakan pintu dengan raut wajah biasa saja, tidak ada keterkejutan atau pun kecemasan. 

Malah, Shena yang dibuat terkejut dan bingung. Apalagi saat menemukan Mamanya yang asik menonton televisi sembari memakan buah. 

“Kamu mau pergi kemana pagi-pagi?” tanya Pak Gadi dengan polosnya. 

Shena melongo, semakin takjub melihat Papa dan Mamanya. Sepertinya kedua orang tua Shena tidak sadar jika Shena hilang di pesta dan terjebak di rooftop. 

“Mau tidur!” jawab Shena ketus. 

“Mau tidur masih pakai dress?”

Shena menghela napas kasar, berusaha untuk tetap sabar.

“Shena sengaja tidur pakai dress, biar mimpi jadi putri tidur yang kejebak di rooftop!” kesal Shena, kemudian dia langsung pergi dari hadapan Papanya dari pada kepalanya semakin meledak. 

   Sedangkan Pak Gadi hanya bisa melihat kepergian Shena dengan bingung. Detik berikutnya, Pak Gadi kembali masuk dan menutup pintu. 

   “Mama,” panggil Pak Gadi ke sang istri. 

   “Kenapa Pa?” 

   Pak Gadi mengerutkan keningnya.  

   “Shena lagi menstruasi, Ma?”

****

   Shena duduk di pinggiran kasur, ia baru menyadari jas Glen masih ada di tubuhnya. Dengan cepat Shena melepaskan jas tersebut dan melemparnya ke sembarang tempat.

   Dugh! 

    Shena dapat mendengar hantaman keeras yang ada di Jas itu. Shena segera berdiri dan memeriksa apa yang ada di dalam jas Glen. Shena pun menemukan dompet milik Glen. 

   Shena membolak-balikan dompet tersebut. Kemudian, perlahan membuka dompet itu, dan disambut dengan sebuah foto kecil Glen yang menurutnya menggemaskan. 

   Shena tanpa sadar tersenyum melihat foto itu.

   “Ngapain gue senyum?”

   Shena dengan cepat menghilangkan senyumnya dan buru-buru memasukan lagi dompet Glen ke saku Jas. Shena juga tidak ingin terlalu lancang melihat dompet orang lain. 

*****

   Setelah mandi dan mengganti bajunya, Shena keluar dari kamar, ia menuju ke kamar Glen untuk mengembalikan jas cowok itu. 

   Shena memencet bel beberapa kali dengan tidak sabar. Tak lama kemudian, sosok Glen keluar hanya dengan mengenakan celana pendek tanpa memakai baju. 

   Shena cepat-cepat memalingkan mukanya, sangat kaget.  

   “Lo bisa pakai baju dulu, nggak?” kesal Shena. 

   “Lo juga bisa nekan bel sekali aja, nggak?” balas Glen lebih kesal. 

   “Gue buru-buru.”

   Glen menghela napas pelan. 

   “Ngapain kesini?” tanya Glen tak ada ramah-ramahnya. 

   Shena segera menyerahkan jas Glen.  

   “Makasih.”

   Glen menerimanya dan mengangguk singkat. 

   “Oke.” Setelah itu, Glen langsung masuk kembali ke dalam kamarnya dan menutup pintunya begitu saja. 

   Shena dibuat terkejut kedua kalinya. Shena mengelus-elus dadanya, meminta agar hatinya tetap dikuatkan dan diberi kesabaran yang lebih.  

“Seperti itu kelakukan orang yang katanya pernah suka sama gue? Cih!”

****

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Our Shena
Selanjutnya OUR SHENA - 6 (PACAR?)
48
3
“Lo ngapain di sini?” kesal Shena.Glen melihat Shena, ikut kaget. “Makan,” jawab Glen enteng.“Jangan bilang restoran padang ini milik keluarga lo juga?” “Milik keluarga paman gue.”Shena mendecak semakin kesal. Shena segera membuka tasnya ingin membayar makananya. Namun, Shena tak menemukan dompetnya di tas. Shena perlahan menatap ke Glen, tatapan tajamnya berubah memelas. “Gue sedang nggak ingin jadi orang baik,” tolak Glen cepat.Shena menghela napas panjang. “Gue belum minta tolong!” pekik Shena. “Dompet lo bener-bener ketinggalan atau lo sengaja biar nggak bayar?”*****
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan