OUR MARIPOSA - 41 (CERITA MALAM)

101
4
Deskripsi

“Terus Iqbal beli ponsel baru?”

“Iya.”

“Lain kali hati-hati Iqbal.”

“Iya, Cha.”

“Iqbal harus bisa jaga baik-baik yang dimiliki Iqbal sekarang.”

“Oke.”

Acha mendecak pelan, merasa tidak puas.

“Oke apa?”

“Aku akan jaga kamu.”

*****

OUR MARIPOSA PART EMPAT PULUH SATU

 

MASA KINI 

“Siapa, ya?” 

Acha pun meletakkan ponselnya dan memilih segera keluar rumahnya karena penasaran dengan pengirim chat tersebut. 

Acha membuka pintu rumahnya dan kaget melihat sosok cowok yang sangat ia kenal berdiri di depan rumahnya. Acha pun bergegas untuk memghampiri cowok tersebut. 

“Iqbal,” panggil Acha ketika sudah keluar dari gerbang rumahnya. 

Iqbal melambaikan tangannya, menyambut kedatangan Acha. 

“Iqbal kenapa bisa di sini?” tanya Acha benar-benar bingung. 

“Mau nemuin pacarku,” jawab Iqbal dengan manis. 

Acha tesenyum dengan kedua pipi bersemu merah. Acha merasa senang sekaligus malu. 

“Pacarnya pasti bahagia banget, ya,” goda Acha.  

Iqbal berdeham kecil, kemudian maju satu langkah. 

“Kamu bahagia nggak?” tanya Iqbal semakin membuat Acha salah tingkah. 

“Banget! Acha selalu bahagia kalau ada Iqbal,” jawab Acha penuh semangat. 

“Syukurlah.” 

Acha mengerutkan kening, seketika teringat. 

“Tadi yang kirim pesan ke Acha itu Iqbal?” tanya Acha memastikan. 

Iqbal mengangguk. 

“Iya.”

“Kenapa nomernya bukan nomer Iqbal? Ponsel Iqbal kemana? Iqbal ganti nomer?”

“Satu-satu tanyanya Cha.”

Acha mengangguk, berusaha sabar. 

“Kenapa tadi bukan nomernya Iqbal?” 

“Nomor baru.”

Acha mengerutkan kening, semakin tidak paham. 

“Ponsel Iqbal kemana?” 

“Hilang,” jawab Iqbal dengan entengnya. 

Acha langsung melototkan kedua matanya lebar, benar-benar kaget. 

“Ponsel Iqbal hilang? Kapan?” 

Iqbal menggaruk belakang lehernya yang sedikit gatal, merasa malam ini akan cukup panjang karena introgasi dadakan yang dilakukan oleh Acha. 

“Tadi sore di perpustakaan.” 

“Kok bisa hilang, sih?” 

“Nggak tau.”

Acha menghela napas panjang, berusaha sabar. Jika saja Acha tidak mengingat pacarnya ini dari keluarga kaya, mungkin Acha sudah semakin ngomel-ngomel tak jelas. Namun, Acha berusaha menahannya. Toh, yang kehilangan saja terlihat sangat santai! 

“Terus Iqbal beli ponsel dan nomer baru?”

“Iya.” 

“Lain kali hati-hati Iqbal.”

“Iya, Cha.”

“Jangan sampai hilang lagi barangnya. Iqbal harus bisa jaga baik-baik yang dimiliki Iqbal sekarang.” 

“Oke,” jawab Iqbal. 

Acha mendecak pelan, merasa tidak puas. 

“Oke apa?” 

“Aku akan jaga kamu.” 

Acha seketika membeku mendengar jawaban Iqbal. Jujur, Acha terharu sekaligus kesal!

“Iqbal!!! Maksudnya ponsel Iqbal dan barang-barang Iqbal penting lainnya!” 

Iqbal terkekeh pelan, seolah puas melihat gadisnya yang kesal karenanya. Iqbal lantas mengacak-acak puncak rambut Acha dengan gemas. 

“Kamu lebih penting, Natasha.” 

Acha menghela napas pelan, menaikkan tingkat kesabarannya. 

“Senyum,” suruh Iqbal tiba-tiba. 

“Nggak mau!” tolak Acha, belagak ngambek. 

“Beneran nggak mau?” goda Iqbal lagi. 

“Emang kalau Acha senyum, Iqbal bakalan kasih apa?” tantang Acha. 

Iqbal tersenyum penuh arti, kemudian tiba-tiba mengeluarkan sebuah paper-bag kecil yang sedari tadi Iqbal sembunyikan di belakang tubuhnya. 

“Kue kesukaan lo,” ucap Iqbal memamerkan kue-kue yang dibawahnya.  

Acha sontak melebarkan kedua matanya, kaget melihat kue-kue yang sudah diinginkannya sejak kemarin. Kue yang sempat dibelinya namun malah jatuh karena teman SMP-nya. 

“Iqbal beliin Acha kue?” tanya Acha masih tak menyangka.  

“Mau senyum nggak?”

“Mau banget! Acha senyum buat Iqbal!” Acha dengan cepat melebarkan bibirnya dan memberikan senyuman manisnya ke sang pacar. 

“Senyumnya kurang tulus.”

Acha mengangguk, segera mengubah senyumnya lebih manis lagi. 

“Kayaknya kurang sedikit….”

“Iqbal!! Acha sudah senyum yang tulus banget!!!” rengek Acha. 

Lagi-lagi Iqbal tertawa puas karena sudah menggoda Acha. Iqbal pun segera memberikan paper-bag di tangannya yang berisikan kue-kue kesukaan Acha. Dan, Acha menerimanya dengan senang hati. 

“Makasih banyak Iqbal,” seru Acha sangat terharu. 

*****

Acha memakan kue-kue yang dibelikan Iqbal di dalam mobil Iqbal. Sedangkan, Iqbal dengan sabar menunggu Acha makan penuh semangat. 

“Enak?” tanya Iqbal. 

Acha mengangguk-angguk seperti anak kecil. 

“Enak banget Iqbal!” seru Acha dengan mulut penuh kue. 

Iqbal terkekeh pelan, lalu mengambil tisu dan mengusapi bibir Acha yang belepotan krim. 

“Pelan-pelan makannya, Cha.” 

Acha menoleh ke Iqbal. 

“Iqbal,” panggil Acha dengan kedua mata berbinar. 

“Acha boleh minta beliin lagi?”

“Boleh.”

“Lebih banyak dari ini?”

“Iya.”

“Es krim juga boleh?”

“Boleh Natasha.”

Acha bersorak senang, mood bahagianya seketika naik karena Iqbal. Dan, Iqbal pun lebih senang melihat Acha selalu ceria seperti ini. 

“Acha tadi sebenarnya sudah beli kuenya Iqbal.” Acha mulai bercerita. 

“Oh ya?”

“Iya, tapi kue Acha jatuh gara-gara tabrakan sama Daniel. Iqbal ingat Daniel nggak?”

Iqbal mengerutkan kening, berusaha mengingat. 

“Daniel siapa?”

“Daniel teman SMP Acha. Iqbal pernah ketemu dulu waktu kita makan nasi goreng.”

“Makan nasi goreng?” Iqbal merasa belum mengingatnya. 

“Kejadiannya udah lama sih, kayaknya sebelum Acha dan Iqbal pacaran. Kalau nggak salah waktu itu ada Kak Arka juga.”

Ah! Iqbal mengingatnya sekarang. 

“Arka mantan lo?” 

Acha seketika berhenti mengunyah setelah mendengar pertanyaan Iqbal. Acha merutuki kebodohannya sendiri, baru sadar ia salah berbicara. Apalagi nada bicara Iqbal yang tiba-tiba berubah sedikit dingin. 

“Iqbal kuenya enak banget. Iqbal mau coba nggak?” Acha menyodorkan sesendok kue ke Iqbal dengan tatapan penuh harap. 

“Jawab,” suruh Iqbal tanpa menggubris tawaran Acha. 

Acha pun akhirnya mengangguk pasrah. 

“Iya, Kak Arka itu.” 

“Oh.”

Acha berdecak kesal, ia tiba-tiba menatap Iqbal dengan sorot mata sebalnya.

“Acha kan lagi bahas Daniel! Kenapa Iqbal jadi bahas Kak Arka!” omel Acha. 

“Lo sendiri yang bahas,” balas Iqbal tak mau kalah. Kenapa jadi Iqbal kesal karena Kak Arka!” omel Acha. 

“Acha cuma nyebut namanya, Acha nggak ada bahas!” 

“Oke.”

“Terus kenapa Iqbal kesal?”

“Gue nggak kesal.”

“Bohong banget! Suara Iqbal langsung berubah dingin waktu Acha sebut nama Kak Arka!” 

“Gue nggak kesal, Cha,” ulang Iqbal. 

“Bohong banget!” dengus Acha. 

Keadaan mobil yang semula dipenuhi aura manis seketika berubah dingin. Iqbal memperhatikan Acha yang masih menggerutu pelan.

Iqbal menahan senyumnya, ekspresi Acha saat ini terlihat menggemaskan baginya.  

“Gue beneran nggak kesal, Natasha.” 

Acha menatap Iqbal kembali, mendapati sang pacar tersenyum ke arahnya. 

“Acha nggak pernah berhubungan lagi sama Kak Arka. Acha udah bener-bener lupa sama Kak Arka!”

“Gue tau.”

Acha menjulurkan tangannya, kemudian menepuk pelan pipi Iqbal. 

“Iqbal jangan cemburu lagi, ya.” 

“Gue nggak cemburu.”

“Iqbal!!!!” 

Iqbal tertawa puas. 

“Iya, Natasha.” 

Acha berdecak pelan, kemudian melanjutkan memakan kuenya. Dan, Iqbal pun lagi-lagi hanya diam sembari memperhatikan pacar cantiknya. 

“Iqbal,” panggil Acha lagi. 

“Hm?” 

“Acha mau cerita lagi boleh?”

“Boleh.” 

“Tadi Tante Mama cerita tentang teman dekatnya yang namanya Tante Maya. Tante Maya itu yang sudah banyak bantuin Tante Mama dan Acha waktu kena tipu besar.” Acha menceritakan semua yang diutarakan Mamanya beberapa jam yang lalu kepadanya. Acha merasa ingin Iqbal mengetahuinya agar tidak bingung jika suatu hari Acha memperkenalkan Tante Maya dan putrinya ke Iqbal. 

Sedangkan Iqbal mendengarkan baik-baik semua kalimat yang keluar dari bibir Acha.

“Acha merasa kasihan dengan Tante Maya dan Fanda. Acha ingin bantu sebisa Acha. Apalagi mengingat semua kebaikan Tante Maya ke Tante Mama dulu.” Acha mengakhiri ceritanya. 

“Mereka pasti senang bisa lo bantu,” ucap Iqbal berusaha menyemangati. 

Acha tersenyum lebar, senang mendengar kalimat yang diutarakan Iqbal. 

“Acha nggak sabar ketemu sama Fanda pertama kalinya. Acha akhirnya punya teman di rumah. Acha akan sayangi Fanda kayak adik Acha sendiri. Dan, nanti Acha bakalan kenalin Fanda ke Iqbal juga.”

“Oke.”

“Iqbal mau kan kenalan sama Fanda?” 

Iqbal mengangguk, menurut saja. 

“Mau.”

“Iqbal harus bersikap baik ke Fanda. Jangan cuek-cuek ke Fanda. Ngerti?” peringat Acha. 

“Gue usahain.”

“Iqbal, Acha serius! Setidaknya Fanda bisa punya teman banyak di Jakarta dan bisa lupain semua masalahnya. Apalagi Fanda habis ditinggal Ayahnya. Acha tahu banget bagaimana rasanya nggak punya Ayah,” lirih Acha seketika teringat dengan kenyataan dirinya sendiri. 

Iqbal menghela napas panjang, tidak tega melihat sang pacar sedih. 

“Iya, Cha. Gue akan bersikap baik ke keluarga Tante Maya.”

Acha tersenyum kecil, lega mendengarnya. 

“Beneran?”

“Iya.” 

“Makasih banyak Iqbal.” 

Iqbal meraih tangan kanan Acha, kemudian mengenggamnya dengan erat. 

“Acha.”

“Iya, Iqbal?”

“Gue nggak akan pernah tinggalin lo,” janji Iqbal sungguh-sungguh. 

Acha tertegun sekaligus terharu mendengarnya. 

“Acha tau. Acha juga nggak akan pernah tinggalin Iqbal. Acha selalu sayang Iqbal.” 

Iqbal mendekatkan punggung tangan Acha ke bibirnya, kemudian mengecupnya pelan dan penuh kehangatan. 

“Aku juga sayang kamu Natasha.” 

*****

Pukul dua belas malam lewat lima menit, Iqbal akhirnya sampai di apartmennya. Hari ini cukup melelahkan bagi Iqbal. Namun, setelah bertemu Acha sebentar, Iqbal merasa energinya terisi kembali. 

Iqbal merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah, ingin bersantai sebentar sebelum mandi dan tidur.

Ting! 

Iqbal langsung menoleh ke arah pintu Apartmennya setelah mendengar bel pintunya berbunyi. Iqbal mengerutkan kening, heran siapa yang bertamu semalam ini. 

Ting!

Suara bel Apartmen Iqbal berbunyi kembali. Iqbal pun memilih segera berjalan ke arah pintunya. Dan tanpa banyak berpikir panjang, Iqbal membuka pintu Apartmennya. 

Iqbal tertegun sekaligus bingung melihat seseorang yang berdiri di depannya saat ini. 

“Lo ngapain di sini?” 

*****

#CuapCuapAuthor 
 

BAGAIMANA OUR MARIPOSA PART EMPAT PULUH SATU?

SEMOGA SUKA YA ^^

Sampai jumpa di OUR MARIPOSA part empat puluh dua ^^ 

Jangan lupa kasih love dan komen kalian ya. Selalu paling ditunggu. 

Makasih banyak teman-teman Pasukan semua. Sayang kalian semua dan selalu jaga kesehatan ya ^^

 

Salam, 


Luluk HF 


 

  

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Our Mariposa
Selanjutnya OUR MARIPOSA - 42 (ALASAN UTAMA)
115
3
“Iqbal suka Acha karena Acha pintar?”“Salah satu dari alasan lainnya.”“Alasan lainnya apa?”“Menurut lo apa?” tanya Iqbal balik.“Karena Acha cantik.”“Bukan alasan utama.”“Alasan utamanya apa Iqbal? Buruan kasih tau!”*****
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan