
“Iqbal lucuan mana, sapi yang ada pitanya atau sapi nggak ada pitanya?”
“Sejak kapan sapi pakai pita?”
“Iqbal jawab aja!! Nggak usah dikomentarin!”
“Nggak pakai pita.”
“Tapi Acha pengin beli sapi yang pakai pita. Lucu banget.”
“Kalau gitu ngapain tanya?”
“Ya kan Acha pengin minta pendapat pacar Acha.”
“Oh.”
“Sapi Acha kan jadi sapi Iqbal juga.”
“Sejak kapan?”
******
OUR MARIPOSA PART TIGA PULUH
MASA KINI
“Ada Kak Dito datang.”
Iqbal langsung membalikan badanya, benar saja sosok Dito datang mendekatinya dan Acha, di samping Dito juga ada Jehan.
Tangan Iqbal segera meraih jemari Acha, kemudian mengarahkan Acha untuk lebih dekat dengannya.
“Bal, Cha, sori ganggu. Tenang aja Dito nggak akan buat masalah lagi, dia pengin minta maaf ke kalian,” ucap Jehan segera memberitahu tujuannya mendatangi Iqbal dan Acha.
Iqbal beralih menatap Dito dengan tatapan dingin, cowok itu terlihat sedikit takut dan tidak berani menatap Iqbal sepenuhnya.
“Bal, gue minta maaf atas perbuatan gue kemarin. Gue mabuk berat dan nggak sadar dengan sikap kasar gue.”
“Jangan minta maaf ke gue,” tolak Iqbal mentah-mentah.
“Hah?” bingung Dito, semakin terlihat takut.
“Minta maaf ke Acha,” suara dingin Iqbal terdengar lebih jelas membuat nyali Dito menciut seketika.
Dito segera melangkah mendekat, membuat Acha lebih mendekat ke Iqbal. Melihat Acha terlihat cemas dan ingin menjauhinya, Dito memberikan jarak agar tak membuat Acha terganggu.
“Cha, gue minta maaf sudah bersikap dan berucap kasar semalam. Gue tau maaf aja nggak cukup. Lo berhak benci ke gue. Tapi, gue datang kesini bener-bener merasa bersalah dan akui kesalahan gue ke lo. Maafin gue ya, Cha.”
Acha dapat menangkap jelas penyesalan dari tatapan dan ucapan Dito. Acha juga sebenarnya sudah tau jika Dito sedang mabuk berat semalam.
“Iya Kak. Acha maafin,” balas Acha berusaha untuk memaafkan.
“Beneran Cha lo maafin gue?”
“Iya, Kak.”
Dito akhirnya bisa tersenyum lega, tak menyangka Acha akan langsung memaafkannya.
“Makasih banyak, Cha, Gue janji nggak akan bersikap seperti itu lagi ke lo.”
“Nggak hanya itu,” sela Iqbal.
Semua mata langsung tertuju ke Iqbal. Mereka terlihat bingung.
“Ma.. Maksudnya Bal?” tanya Dito ingin penjelasan.
Iqbal menghela napas pelan, berusaha untuk menahan semua rasa gejolak emosinya agar dirinya tetap tenang.
“Lo juga harus jauhi Acha,” tajam Iqbal.
Dito mengangguk cepat untuk kesekian kalinya, mengiyakan permintaan Iqbal.
“Iya Bal. Tenang aja, gue akan berhati-hati di dekat Acha dan jauhi Acha. Sekali lagi gue minta maaf ke lo dan Acha.”
“Hm,” deham Iqbal singkat.
Dito tersenyum kecil, rasa leganya meningkat, baik Acha dan Iqbal sudah memaafkannya dan tidak mempermasalahkan lagi kejadian semalam. Tidak hanya Dito yang lega, Jehan pun tak kalah lega.
Akibat kejadian kemarin, Jehan sudah takut dan khawatir Iqbal akan marah besar hingga mengundurkan diri dari tim basket.
“Makasih banyak Cha, Bal, kalian udah maafin Dito,” ucap Jehan bersyukur.
“Iya Kak Jehan. Sama-sama,” balas Acha mewakili Iqbal.
“Kalau gitu gue dan Dito pergi dulu, kita ketemu lima belas menit lagi di latihan, Bal,” lanjut Jehan.
“Oke.”
Setelah itu, Dito dan Jehan beranjak keluar dari lapangan basket meninggalkan Iqbal dan Acha.
Acha menoleh ke Iqbal, cowok itu menghela napas panjang beberapa kali. Acha berjalan mendekat, kemudian menepuk-nepuk pelan pipi Iqbal dengan lembut.
“Pacar Acha keren, bisa kendaliin emosi dan memaafkan,” puji Acha bangga.
Iqbal mengangkat kepalanya, ia menatap Acha dengan khawatir.
“Lo nggak apa-apa?” tanya Iqbal memastikan.
Acha menggeleng kecil.
“Acha nggak apa-apa.”
“Lo beneran udah maafin?”
“Sudah, meskipun Acha masih takut. Tapi, Acha bisa lihat Kak Dito bener-bener nyesel dengan perbuatannya kemarin. Makanya Acha maafin.”
“Nggak usah takut lagi, ada gue, Cha.”
Acha tersenyum tipis.
“Iya, Iqbal.”
Tangan Iqbal menempel di punggung tangan Acha yang masih berada di pipinya, rasanya begitu hangat. Iqbal pun ikut mengembangkan senyumnya.
“Mau hadiah apa?” tanya Iqbal.
Acha mengerutkan bingung.
“Hadiah untuk apa?”
“Karena sudah jadi pacar baik dan pemberani.”
*****
Iqbal tidak yakin dia harus senang atau menyesal karena sudah menawari untuk memberikan Acha hadiah. Dan, disinilah dia saat ini terjebak dengan ratusan sapi-sapi beserta pawangnya, si Acha.
“Iqbal lucuan mana, sapi yang ada pitanya atau sapi nggak ada pitanya?” tanya Acha sangat bersemangat.
“Sejak kapan sapi pakai pita?” dingin Iqbal.
“Iqbal jawab aja!! Nggak usah dikomentarin. Kasihan sapinya tau.”
“Nggak pakai pita,” jawab Iqbal cepat.
“Tapi Acha pengin beli sapi yang pakai pita. Lucu banget.”
“Kalau gitu ngapain tanya?”
“Ya kan Acha pengin minta pendapat pacar Acha. Sapi Acha kan jadi sapi Iqbal juga.”
“Sejak kapan?” kaget Iqbal dengan deklarasi Acha barusan.
Acha melebarkan senyumnya.
“Sejak Iqbal suka sama Acha, sayang sama Acha dan cinta mati sama Acha!” Setelah itu Acha langsung ngeluyur begitu saja, menjelejahi dunia sapinya. Acha mengumpulkan banyak pasukan sapi untuk di bawa pulang.
Sedangkan Iqbal hanya bisa diam, berusaha sabar dan berdoa sekuat hati.
“Semoga gue nggak sampai jual mobil.”
*****
Iqbal tidak tau harus lega atau harus mengelus dada, dia memang tidak sampai menjual mobil BMW-nya namun bagian belakang mobilnya sudah dipenuhi dengan warga-warga baru Acha. Hampir ada dua puluh sapi di jejer oleh Acha di bangku belakang.
“Iqbal makasih banyak buat hadiahnya,” seru Acha entah keberapa kalinya. Acha sangat senang mendapatkan hadiah dua puluh sapi dari Iqbal.
“Iya.”
“Iqbal nggak terpaksa kan beliin Acha dua puluh sapi?”
“Enggak.”
“Kalau tertekan?”
“Lumayan.”
“Iqbal!!!!” rengek Acha.
Iqbal terkekeh pelan mendengar rengekan Acha yang menggemaskan. Tangan kiri Iqbal terulur menyentuh puncak rambut Acha dan mengacak-acaknya pelan.
“Enggak sayang.”
Acha langsung kembali tersenyum, lebih bahagia. Acha menurunkan tangan Iqbal dari rambutnya, kemudian mencium singkat punggung tangan Iqbal.
“Makasih banyak pacar Acha.”
“Sama-sama.”
Acha berdeham pelan.
“Sepertinya Acha akan makin sibuk besok,” seru Acha yakin.
“Sibuk apa?” bingung Iqbal.
“Acha harus siapkan nama-nama untuk dua puluh sapi Acha. Sibuk banget, kan, Acha?”
“Iya, sibuk banget.” Iqbal memilih untuk mengiyakan saja.
Acha menoleh ke Iqbal, menatap cowok itu lekat.
“Iqbal mau kasih nama juga nggak buat sapi Acha?”
“Nggak.”
“Iqbal jawabnya ketus banget! Sapi-sapi Acha bisa dengar. Mereka pasti sedih dengar penolakan Iqbal. Emangnya Iqbal nggak kasihan sama sapi-sapi Acha?” drama Acha dengan ekspresi berlebihannya.
“Sama sekali enggak.”
“Iqbal jahat banget! Hati-hati nanti malam Iqbal mimpi diseruduk sapi-sapi Acha.”
“Serem banget.”
“Makanya nggak boleh jahat sama sapi-sapi Acha.”
“Oke.”
Acha tersenyum kembali, tangannya menyentuh lengan Iqbal lagi.
“Jadi, Iqbal mau bantu cari nama-nama untuk sapi-sapi Acha?”
“Nggak mau.”
****
Perjalanan pulang Iqbal dan Acha dari toko boneka diiringi lagu diam diam suka dari 3 composers. Acha bersenandung, mengikuti lagu di audio mobil. Sedangkan Iqbal menikmati saja sembari fokus menyetir.
Acha menoleh ke jendela, sedikit terkejut saa tiba-tiba ada kilatan petir di langit.
“Sepertinya langitnya mendung Iqbal,” ucap Acha.
“Iya.”
“Kira-kira hujan nggak, ya, Iqbal?”
“Sepertinya bakalan hujan.”
Acha menghela napas berat, langsung berubah lesu. Acha menatap langit dari jendela mobil dengan tatapan hampa.
“Jangan hujan ya langit. Acha sendirian di rumah. Acha takut kalau tiba-tiba ada petir nyambar keras. Nanti Acha nggak bisa tidur,” lirih Acha memohon yang dapat didengar oleh Iqbal.
****
Doa Acha sama sekali tidak terkabul. Ketika mobil Iqbal masuk ke dalam perumahannya, hujan langsung turun sangat deras ditambah dengan suara gemuruh yang lumayan kencang, membuat Acha langsung takut.
Acha tanpa sadar memegang erat sabuk pengaman yang dikenakannya.
“Hujannya deras banget,” lirih Acha khawatir.
****
Mobil Iqbal akhirnya sampai di depan rumah Acha. Dan, hujan masih turun sangat deras bahkan tidak ada tanda-tanda hujan tersebut akan berhenti. Baik Iqbal dan Acha memilih tetap di dalam mobil.
“Iqbal kira-kira hujannya lama, nggak?” tanya Acha.
“Gue nggak tau, Cha.”
“Iqbal buru-buru mau pulang?” tanya Acha lagi.
“Enggak, Cha.”
“Acha takut kalau masih ada gemuruh dan petirnya.”
“Iya gue tungguin.”
“Makasih Iqbal.”
*****
Satu jam berlalu begitu cepat. Bahkan lima belas lagu sudah terputar di audio mobil Iqbal dan masih tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Petir pun masih terus menyambar membuat suara gemuruh keluar dengan kencang.
“Cha, mau ke teras rumah lo dulu, nggak?”
“Hah?” kaget Acha.
“Hujannya sepertinya masih lama.”
“Iya Iqbal, sepertinya masih lama.”
“Kita duduk di teras rumah lo dulu.”
“Iqbal mau pulang?” lirih Acha sedih.
“Nggak, Cha. Gue temenin di teras rumah lo.”
Acha terdiam sejenak, menatap Iqbal dengan sorot merasa bersalah.
“Iqbal nggak apa-apa pulang malam?”
“Nggak apa-apa.”
“Beneran nggak apa-apa nemenin Acha sampai hujannya berhenti?”
“Iya, Natasha.”
Acha mengembangkan senyum kecil, merasa lega mendengarnya.
“Ayo kita ke teras rumah Acha,” ajak Acha akhirnya.
Iqbal keluar dulu menggunakan payung yang selalu ia simpan di mobilnya, kemudian Iqbal membantu Acha untuk turun. Iqbal memayungi Acha agar tidak terkena hujan.
“Iqbal, sapi-sapi Acha gimana nasibnya?” tanya Acha masih sempat-sempatnya.
“Biarin dulu di sana.”
“Mereka nggak kedinginan, kan?”
“Nggak.”
“Nggak sedih karena Acha tinggal?”
“Nggak, Cha.”
“Mereka bakalan ngertiin kenapa Acha tinggal dulu.”
“Iya, Cha,” balas Iqbal dengan sabarnya.
Acha manggut-manggut berusaha yakin.
“Semoga sapi-sapi Acha nggak masuk angin.”
*****
Iqbal dan Acha duduk di teras rumah, menatap derasnya hujan dan sambaran kilat yang sedikit menakutkan. Beberapa kali, Acha tersentak kaget hingga harus memeluk lengan Iqbal. Hujan malam ini juga disertai angin cukup kencang, membuat air hujan sampai di teras rumah Acha.
“Iqbal, Acha takut,” lirih Acha.
“Masuk rumah dulu,” suruh Iqbal.
“Iqbal gimana?”
“Gue tunggu di sini.”
Acha terdiam sejenak, berusaha mempertimbangkan. Untuk beberapa saat keduanya saling bertatap.
“Iqbal,” panggil Acha.
“Iya?”
“Iqbal mau nemenin Acha di dalam rumah?”
*****
#CuapCuapAuthor
BAGAIMANA OUR MARIPOSA PART TIGA PULUH? SEMOGA SUKA YA ^^
PENASARAN NGGAK SAMA PART SELANJUTNYAA?
Sampai jumpa di OUR MARIPOSA part tiga puluh satu ^^
Jangan lupa kasih love dan komen kalian ya. Selalu paling ditunggu.
Makasih banyak teman-teman Pasukan semua. Sayang kalian semua dan selalu jaga kesehatan ya ^^
Salam,
Luluk HF
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
