
"Selamat cha," ucap Iqbal tenang.
"Untuk?" balas Acha singkat.
"Peringkat pertama paralel," jelas Iqbal.
Acha membeku sejenak.
"Peringkat pertama paralel? Emang siapa yang dapat?" tanya Acha memastikan.
"Lo," jawab Iqbal.
Kedua mata Acha melebar, ia sama sekali tidak percaya.
"Acha? Kok bisa? Bukanya Iqbal?" tanya Acha bingung.
****
MARIPOSA PART 54
(MANTAN PACAR)
Peringkat paralel SMA Arwana akhirnya diumumkan di papan besar tengah Aula. Hari ini pula raport akhir semester akan dibagikan. Setelah itu mereka akan menjalani libur panjang selama 2 minggu. Tentu saja, semua siswa dan siswi tidak sabar menunggu hari ini tiba.
Semua murid berhamburan menuju aula tengah. Tidak sabar mengetahui peringkat mereka semua. Begitu juga dengan pasukan keluarga kelas XI-A yang dipimpin oleh Abang Glen berbaris rapi dengan mengicaukan nama Iqbal.
Yah... hampir 99,9% semua siswa dan siswi memprediksikan bahwa Iqbal akan mendapatkan peringkat paralel sekali lagi di semester ini.
"Berisik lo semua! Kalau bukan gue yang dapat! Muka gue ditaruh dimana!" cerca Iqbal menutupi wajahnya dengan topi hitam yang dipakainya.
Namun ucapan Iqbal tak digubris teman-teman kelasnya. Mereka terus saja berjalan dengan menyerukan namanya. Iqbal menggelengkan kepalanya pasrah,
"Selamat ya!" goda Johan yang entah datang dari mana tiba-tiba sudah ada disamping Iqbal dan merangkul bahu sahabatnya itu.
"Selamat pala lo! Malu iya!" kesal Iqbal.
"Mangkanya gue udah ceramahin lo kan sejak dulu. Jangan berteman sama Glen. Dia itu pengaruh buruk bagi mental anak-anak remaja!"
"Ini bukti nyatanya!" ucap Johan sok miris sembari menunjuk ke arah depan.
Iqbal mengangguk dengan napas berat.
"Dia memang perusak mental remaja!"
****
Acha menjilati icecream-cone yang baru saja dibelinya di Kantin. Acha tak menghiraukan keributan anak-anak yang berlarian menuju Aula utama. Acha mengasikkan diri dengan menghabiskan icecream-cone yang ada ditanganya.
"Woy!! Natashaa! Lo kemana aja sih ! Elaaahh!" decak Amanda kesal dengan napas tersenggal-senggal.
Acha menghentikan langkahnya, ia menatap Amanda yang sedang mengatur napasnya dengan wajah heran.
"Kenapa?" tanya Acha bingung.
"Lo nggak lihat pengumuman peringkat? Ayo ke Aula!" ajak Amanda tak sabar.
"Sabar kali nda! Lagian udah dipastikan juga kan siapa yang dapat peringkat pertama," ucap Acha dengan malas.
"Ya seengaknya kita biar tahu peringkat lo dan gue! Semoga peringkat gue nggak turun! Bisa habis ditangan emak nanti!" ucap Amanda, wajahnya berubah ngeri membayangkan bagaimana omelan sang mama.
Acha terkekeh ringan, ia paham betul dengan Amanda dan keluarganya. Mereka berdua pun berjalan menuju Aula Utama.
"Perkiraan lo dapat peringkat berapa?" tanya Amanda iseng.
Acha berdeham pelan, dengan kedua alis naik.
"Entahlah, berapa aja Acha tetap bersyukur," jawab Acha seadanya.
Amanda mengangguk-anggukan kepalanya, tak bertanya lagi. Mereka berdua secepatnya memasuki Aula yang sudah sangat ramai dipenuhi siswa dan siswi X dan XI.
****
Acha dan Amanda menginjakkan kaki mereka untuk pertama kali di Aula pada pagi ini. Mereka berdua dibuat melongo dengan keramaian yang ada. Ditambah barisan cukup panjang siswa dan siswi yang mencari peringkat mereka.
"Nda," panggil Acha lirih.
"Why?" sahut Amanda.
"Amanda penasaran kan sama nilai Amanda?"
"Hm." jawab Amanda dengan semangat.
"Kalau gitu Amanda aja deh yang baris. Acha nggak sebegitu penasaran kok sama peringkat Acha. Seriusan!" ucap Acha sembari nyengir tak berdosa.
"Bilang aja lo minta gue yang liatin!"
"That's right, baby!"
Amanda mendecak pelan, namun kakinya tetap melangkah dan mengantri di barisan.
"Disitu aja, tungguin gue!"
"Siap kakak Amanda!" seru Acha tersenyum sumringah. Acha memundurkan langkahnya, ia berdiri bersandar di pilar Aula dan masih sibuk menghabiskan icecream-cone.nya yang tak kunjung habis.
Acha mendengar keributan suara yang cukup familiar. Ia mengangkat kepalanya, melihat Johan dan kawan-kawan sedang berjalan ke luar dari barisan. Kedua mata Acha berpapasan dengan Johan, pria itu tersenyum ke arahnya dan sepertinya menuju ke arahnya.
Acha menjadi gugup sendiri, karena dibelaang Johan ada Glen dan Rian dan dibelakangnya lagi jelas ada Iqbal yang asik berbincang dengan Dino.
"Kay!" panggil Johan riang.
"Hai Jo," sahut Acha sedikit gugup. Ia berusaha untuk tidak melihat Iqbal.
Johan mengulurkan tanganya ke Acha membuat gadis itu sedikit bingung.
"Kenapa?"
"Selamat!" ucap Johan masih dengan senyum manisnya.
"Hah?" bingung Acha
"Terbaik banget!" lanjut Johan sembari mengangkat jempolnya kemudian beranjak dari hadapan Acha.
"Wahh... Lo...." kini giliran Glen yang melihat Acha dengan takjub. "Kerjaan lo tiap hari setahu gue hanya ngejar-ngejar Batu hidup, tapi otak lo... Waahh..."
"Sungguh nggak bisa dipercaya!" seru Glen geleng-geleng.
Rian menampol kepala Glen, karena ucapannya yang semakin ngaco dan membuat Glen langsung terdiam. Rian menatap Acha sembari tersenyum.
"Selamat Cha, jangan lupa traktirannya. Ditunggu" ucap Rian antusias.
"Bener banget jangan lupa traktiran dan kalau bisa traktirannya Pizza atau Burger ya. Jangan cireng Mbak Wati. Oke!" sahut Glen penuh semangat.
"Diem lo ah selingkuhan mbak wati! Ayo balik ke kelas!" ucap Rian sambil menyeret Glen dari hadapan Acha.
Acha semakin tidak mengerti dengan tingkah ketiga temannya itu.
"Eh.. Ada mbak Acha. Selamat ya.." ucap Dino, dia dan Iqbal baru menyadari keberadaan Acha dihadapan mereka. Karena terlalu asik berbincang tadi tidak sadar akan kejadian di depan mereka.
Untuk waktu beberapa detik, Acha dan Iqbal sempat berpandangan namun Acha segera mengalihkan kedua matanya.
"Ditunggu traktirannya! Sekali lagi selamat!" ucap Dino memaksakan berjabat tangan dengan Acha.
Dino menggerakan kepala sembilan puluh derajat ke arah Iqbal yang ada disebelahnya sedari tadi, tatapanya licik.
"Gue duluan ya, sepertinya lo mau ngomong sama mantan lo!" godanya dan langsung ngeluyur takut dihajar oleh Iqbal.
Sedangkan Iqbal menyumpahi Dino dalam hati. Mulut dan mental temanya itu pasti sudah terkontaminasi dengan virus yang dibagikan oleh Glen!
Iqbal menarik napas dan menghelanya pelan. Ia memberanikan diri menatap Acha.
"Selamat cha," ucap Iqbal tenang.
"Untuk?" balas Acha singkat.
"Peringkat pertama paralel," jelas Iqbal.
Acha membeku sejenak, mencerna baik-baik pernyataan yang keluar dari mulut Iqbal barusan. Acha menatap Iqbal dengan ragu.
"Peringkat pertama paralel? Emang siapa yang dapat?" tanya Acha masih tak mengerti.
"Lo," jawab Iqbal jujur.
Kedua mata Acha melebar, ia sama sekali tidak percaya. Acha menunjuk ke dirinya sendiri.
"Acha? Kok bisa? Bukanya Iqbal?" tanya Acha bingung.
Iqbal menganggukan kepalanya dan berdeham pelan.
"Itu juga yang mau gue tanyain. Kok bisa?" sindir Iqbal namun niatnya hanya bercanda.
Acha kembali ke dunia nyatanya, pertanyaan Iqbal langusng menjatuhkan harga dirinya. Acha menatap Iqbal dengan kesal.
"Sekali lagi selamat," ucap Iqbal menjulurkan tanganya untuk menjabat tangan Acha.
"Seriusan Acha?" tanya Acha dengan kedua mata mengedar ke penjujur Aula. Mencari kepastian. Untuk beberapa detik Acha tak menghiraukan Iqbal yang ada dihadapanya.
"Iya Natasha," seru Iqbal meyakinkan Acha.
Iqbal menatap gadis dihadapanya, tanpa sadar Iqbal tersenyum melihat wajah lucu Acha yang sedang kebingungan. Gadis ini pasti terkejut dengan hasil peringkat paralel. Meskipun bukan dirinya yang mendapatkan, Iqbal lebih sangat bersyukur. Acha berhak mendapatkanya. Walaupun sedikit susah untuk dipercaya bahwa mantan-pacarnya ini memiliki otak yang pintar.
Acha tak dapat menemukan keberadaan Amanda yang telah tenggelam dibarisan siswa dan siswi yang masih sibuk mengantri. Acha kembali menatap Iqbal, rautnya tetap menunjukkan bingung dan tidak percaya.
"Demi apa Acha dapat peringkat pertama paralel?" tanya Acha antusias. Sejenak ia lupa akan perseteruannya dengan Iqbal kemarin.
Iqbal menatap Acha, memikirkan jawaban dari pertanyaan gadis itu. Acha nampak sedang menunggu jawabanya dengan sabar.
Iqbal tersenyum kecil, mengacak-acak rambut Acha dengan gemas.
"Demigueyangmasihsukasamalo!" ucap Iqbal dengan suara kecil dan cepat. Kemudian, segera berlalu meninggalkan Acha.
"Hah? Apaan sih?" bingung Acha sama sekali tak paham dengan suara Iqbal barusan. Sangat tidak jelas!
Acha memegangi puncak kepalanya, ia mendesis kesal.
"Katanya nggak bakal balikan sama mantan! Tapi kelakuan masih sok baik sama mantan! Dasar pria labil!"
"Isshh! Nyebelin,"
Acha pun memutuskan untuk bertanya ke beberapa siswa dan siswi. Setelah membuktikan dengan kedua matanya sendiri bahwa namanya ada di urutan paling atas, Acha berteriak histeris dan tak percaya. Keajaiban tuhan yang luar biasa. Mungkin ini hadiah dari tuhan setelah memberinya badai hujan tak henti-henti.
Acha tersenyum puas dan bergumam angkuh dalam hati.
"Hahaha. Acha bisa kalain mantan pacar Acha!"
Mantan adalah rival terselubung yang wajib dikalahkan dalam segala hal!
– kaum hawa (2017) –
Posisi peringkat kedua didapat oleh Iqbal, kemudian Dino dan selanjutnya Johan.
****
Jam pulang akhirnya tiba, seluruh siswa dan siswi berhambur keluar dengan perasaan suka. Libur panjang telah didepan mata mereka. Riuh siswa dan siswi terdengar sampai atap sekolah.
Rian, Iqbal, Johan dan Glen menghabiskan waktu mereka di atap sekolah, menunggu sampai sekolah sepi. Selama dua minggu mereka akan merindukan sekolah ini, mungkin.
Mereka dapat melihat pemandangan kota yang begitu padat dan panas dari atas.
"Sial prediksi gue salah! Kok bisa gue sama sekali nggak kepikiran si Acha!" gumam Glen masih tidak terima karena yang mendapatkan peringkat paralel bukan diantara dua sahabatnya.
"Kenapa lo kayaknya kesal banget? Nih dua anak aja santai aja!" sahut Rian heran sembari menunjuk kearah Johan dan Iqbal.
"Ya... Soalnya kalau si Acha yang dapat, gue nggak bisa minta tratiran banyak-banyak. Ditambah dia punya kenangan buruk dengan sahabat gu..."
Plaaakkk
Tanpa perasaan iba, Iqbal memukul belakang kepala Glen, menyuruh pria itu diam.
Johan dan Rian terkekeh melihat Glen yang tak bisa berkutik. Sedangkan Glen hanya bisa meringis memegangi belakang kepalanya.
"Gue bakalan pindah," ucap Johan tiba-tiba.
Semua kepala menoleh ke kiri, menatap pemilik suara. Mereka melihat Johan tengah asik menyebulkan asap dari Vapor yang digunakanya beberapa detik lalu.
"Shit! lo masih aja ngerokok!" cerca Iqbal segera pindah ke sebelah Glen untuk menjauhi Johan. Iqbal adalah pria yang tidak suka dengan bau rokok.
Johan terkekeh senang melihat raut wajah kesal Iqbal. Ia mengangkat vapor-nya. "Sorry," ucapnya singkat.
"Lo masih ngerokok?" tanya Rian kaget.
"Nggak sih, kalau setres aja," jawab Johan dan kembali menghisap Vapornya. "Yan, bisa belikan gue dan Iqbal minuman di kantin," lanjut Johan melemparkan dompet kulitnya ke Rian.
Rian menangkap dompet itu tepat di kedua tanganya. Ia menatap Johan dan Iqbal bergantian untuk beberapa detik. Kemudian mengangguk mengerti.
"Ayo ke kantin," ajak Rian sembari menyeret Glen.
"Ogah! Gue disini aja! Gue lagi absen ketemu mbak wati!" tolak Glen tak peka.
Rian mendesis, melototkan kedua matanya.
"Apa lo babi singapore? Gue nggak takut!" tantang Glen
Rian menghembuskan napas berat. Ia memandang Johan sembari mengangkat dompetnya.
"Jo, isinya berapa?" tanya Rian lantang.
"Mmm... Seingat gue dari semalam nggak gue pakai uangnya. Mungkin ada delapan ratus ribuan!" jawab Johan santai.
"Gue belikan minuman, sisa uang disini buat gue? Okay?"
"Ambil aja!" jawab Johan sembari mengangkat jempolnya.
Rian tersenyum sumringah ke arah Glen.
"Jadi, abang Glen masih tet..."
"Ayo ke kantin, nggak sabar gue ketemu mbak wati!" potong Glen tanpa berpikir dua kali. Ia menggeret Rian begitu saja.
Johan dan Iqbal hanya bisa geleng-geleng memandang kelakuan Glen yang kurang normal. Namun, keheningan tiba-tiba menyerang keduanya. Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Lo mau pindah kemana?" tanya Iqbal menghancurkan keheningan.
"New York, gue bosan disini. Nggak ada cewek sexy-nya," jawab Johan ngaco.
Iqbal menoleh ke samping, melayangkan tampolan keras ke kepala Johan.
"Arghhh...." erang Johan memegangi kepalanya.
"Kalau orang ganteng tanya, jawab yang bener!"
"Sial!" umpat Johan.
"Pindah kemana? kenapa? Kapan?" tanya Iqbal berbondong.
"Kanada. Gue kasihan sama Mama dan Papa yang jarang ketemu. Jadi, gue akan mengalah sekarang. Gue ingin hidup sama-sama dengan mereka. Buat kenangan yang indah. Mumpung gue masih punya keduanya," jelas Johan jujur.
"Hanya karena itu?" tanya Iqbal tak yakin.
"Hmm. Hanya karena itu," balas Johan. "Jadi..."
Johan menepuk bahu Iqbal pelan,
"Jangan paksa diri lo lagi. Jujur aja semuanya ke Acha. Nggak usah pikirin gue, kasihan Acha. Dia yang lebih sakit, dan pastinya lo juga."
"Gue? Kenapa?" balas Iqbal memasang wajah tak peduli.
"Jawab jujur, Lo sangat suka kan sama Acha?" desak Johan.
"Iyalah!" jawab Iqbal tegas.
"Yaudah, jangan lepasin dia lagi!" tegas Johan.
Tak ada jawaban dari Iqbal. Ia nampak sedang sibuk menata perasaanya sendiri.
"Malam ini gue akan pamitan ke Acha dan berikan semua surat lo selama di Prancis yang gue simpan," ucap Johan, pandanganya menerawang kedepan.
Iqbal terkejut bukan main, ia menatap Johan dengan tidak percaya.
"Lo gila? Acha bisa benci sama lo!!"
"Kenapa kalau dia benci sama gue? Seharusnya begitu kan!" sahut Johan santai. "Lo pikir gue nggak ngerasa bersalah lihat Acha benci sama lo sekarang?" tanya Johan balik.
"Bagi gue, sahabat yang terpenting!" kekuh Iqbal.
"Emang lo nanti mau nikah sama gue?"
"Lo mau gue tampol lagi?" kesal Iqbal
Johan tertawa lepas sembari menggelengkan kepalanya.
"Sorry, karena kelakuan bodoh gue kemarin lo harus berpisah dengan Acha. Maaf gue nyembunyiin semua surat lo yang harusnya untuk Acha, " ucap Johan sangat menyesal. "Sejujurnya, gue ngelakuin itu tidak sepenuhnya karena gue suka sama Acha. Ada alasan utama yang membuat gue ngelakuinya."
"Apa?"
"Karena gue nggak mau waktu main gue dan sahabat gue harus terbagi. Kalau lo pacaran sama Acha, lo pasti akan jarang main lagi ke rumah gue. Padahal gue baru aja balik dari luar negeri. Dan... Gue juga nggak suka terlihat jomblo sendiri!"
"Apa barusan itu lo sebut alasan?" tanya Iqbal tak percaya.
"Anggap saja begitu. Gue jujur! Serius!"
"Jangan-jangan......" Iqbal memincingkan sebelah alisnya. "Lo suka sama gue?"
"Mmm...Akhir-akhir ini gue ada keinginan buat ngelempar orang dari atap!" sahut Johan dengan wajah merah padam dan kedua tangan terkepal.
"Santai bro, Kakak Iqbal cuma tanya!" ucap Iqbal sembari memundurkan langkahnya beberapa langkah.
"Kalau tanya itu dipikir, gue masih waras!" cerca Johan tak terima dengan pertanyaan Iqbal.
Braaakkk
Iqbal dan Johan terkejut dengan suara pintu tangga atap yang terbuka. Mereka melihat Rian berjalan dengan membawa dua botol minuman dingin. Kening Rian berkerut, menyatukan kedua alisnya.
"Kemana Si Semut Afrika?" tanya Johan.
"Katanya PW di kantin. Lagi makan cirengnya Mbak wati," jawab Rian melemparkan dua minuman ke Johan dan Iqbal.
"Kalau gitu gue susul dia. Gue duluan." ucap Johan dan langsung nyelonong pergi gitu saja meninggalkan Rian dan Iqbal.
"Baru juga gue datang, udah pergi," gerutu Rian, mengambil tempat di sebelah Iqbal.
Rian menoleh ke Iqbal, pria itu sedang menikmati minumannya.
"Bal, lo daritadi sama Johan disini?" tanya Rian hati-hati.
"Hm.." deham Iqbal dan mengangguk yakin.
"Tapi, barusan gue naik ke atas dan gue berpapasan dengan Acha," ungkap Rian.
Iqbal menatap Rian dengan ekspresi tak biasa.
"Acha?" ulang Iqbal.
"Iya. Gue kira dia di atap juga sama lo berdua."
Tanpa membalas ucapan Rian, Iqbal segera berlari untuk turun dari atap. Ada orang yang harus dicarinya sekarang. Iqbal ingin memastikan sesuatu. Iqbal berlari secepat mungkin.
"Kau campakkan lagi diriku tanpa alasan... Huooo...Huoooo...." siul Rian menikmati siang yang bertambah panas di atap sekolah.
****
Amanda menghentikan langkahnya ketika akan keluar kelas. Ia bingung menatap Acha yang berlari sambil menunduk masuk kedalam menuju bangkunya.
"Ponsel lo udah ketemu? Beneran ketinggalan di atap sekolah?" tanya Amanda.
Tak ada jawaban dari Acha, gadis itu buru-buru memasukkan semua bukunya kembali yang berantakkan diatas meja. Wajah Acha tertunduk dan hampir tertutupi rambutnya.
Amanda berjalan mendekat, merasa ada yang aneh.
Amanda memegang bahu Acha. Bergetar hebat.
"Acha, lo nangis?"
****
#CuapCuapAuthor
Selamat membaca MARIPOSA unpublished part. Semoga selalu suka.
Makasih banyak Pasukan Pembaca semua. Love you All.
Salam,
Luluk_HF
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
