EL - PART 8 (DAFYCHI & DAFYNA)

EL PART DELAPAN

*****      

  Sosok yang hampir dua tahun tidak pernah muncul ke permukaan bumi, akhirnya menampakkan diri lagi. Sebuah rahasia besar seorang Dafychi yang tidak pernah diketahui siapapun terkecuali keluarga, sahabat dari kecilnya dan para pekerja rumah. 

         Sejak kepergian mamanya yang tidak akan pernah bisa kembali lagi, Dafychi menjadi sosok pendiam yang dingin, ia mengalami anti-sosial dan kesedihan berkepanjangan sampai suatu hari Dafychi tiba-tiba berubah periang, murah senyum, baik hati dan sifat yang berkebalikan dari sikap yang biasanya ditunjukkan gadis itu. Ketika itu, dia juga memperkenalkan dirinya sendiri dengan nama Dafyna. 

         Mulai dari saat itu, dokter yang memeriksa Dafychi mendiagnosa bahwa gadis itu memiliki penyakit Dissociative Identity Disorder atau yang lebih dikenal dengan kepribadian ganda. 

         Ando, Iqbal dan Mario memandang lekat seorang gadis yang sedang asik memakan Pizza di hadapannya dengan kalut seperti orang yang belum pernah makan selama 3 tahun. Raut wajah mereka terlihat cukup frustasi. 

         “Jadi...” Mario membuka suara kembali, memecahkan keheningan.”Dia bukan Dafychi?” tanya Mario memastikan. Setelah mendengar cerita lengkap dari Ando, Mario masih belum bisa percaya. Ia sedikit shock. Untuk pertama kali di hidupnya, ia dipertemukan dengan kejadian langka seperti ini. 

         “Bukan,” jawab Ando dan Iqbal bersamaan. 

         Terdengar suara helaan berat dari bibir kedua pria itu. 

         “Kak gimana ini?” tanya Iqbal memegangi kepalanya yang terasa semakin berat. 

         “Bagaimana dia bisa keluar? Bukannya dia sama sekali tidak pernah keluar setelah 2 tahun?” tanya Mario penasaran. 

         “Entahlah,” jawab Ando lemas. “Tapi dulu dia selalu keluar ketika kondisi Dafychi sedang lemah,” lanjutnya memperjelas. 

         Mario menganggukkan kepalanya dengan mulut setengah terbuka. Untuk saat ini, ia memaksa otaknya untuk mencerna dan percaya dengan yang dilihatnya. Dari sekali pandang saja, memang sangat jelas bahwa gadis itu tidak memiliki sifat seperti Dafychi.

         “Kak Ando, Dafyna masih lapar,” ucap Dafyna

         Ketiga pria itu tercengang mendengar pernyataan Dafyna. Pandangan mereka bergerak ke dua box Pizza yang ada di hadapan Dafyna.

         “Kamu sudah makan dua box Dafyna.” 

         “Kan satunya tadi buat Dafychi yang masih tidur, satunya buat Dafyna,” jawab Dafyna santai.

          “Sama aja kali kak.” Iqbal melengos, “Kalian berdua kan satu orang!” decak Iqbal.

         “Pokoknya Dafyna masih lapar,” rengek Dafyna. 

         Ando menatap Mario.

         “Yo, lo nggak punya makanan gitu di kulkas atau apa?” tanya Ando.

         “Kayaknya ada kue di kulkas,” jawab Mario mengingat.

         “Dafyna nggak suka kue. Dafyna cuma suka Pizza,” sahut Dafyna. “Tapi...”

         Dafyna menggantung kalimatnya, pandangannya beralih memperhatikan Mario dengan wajah malu-malu.

         “Kalau kakak ini yang suapin, Dafyna mau,” lanjutnya dengan wajah memerah. 

         Mario terkejut mendengarnya, mencerna baik-baik yang diucapkan oleh gadis itu. Mario menggerakkan kepalanya, melihat Ando dan Iqbal yang kini sedang menahan untuk tidak tertawa. 

         “Kenapa gue?” tanya Mario dengan suara pelan. 

         “Dia punya sindrom cogan lovers,” jawab Iqbal berbisik. 

         “Cogan lovers?” tanya Mario tidak mengerti.

 “Dia selalu jatuh cinta dan langsung tergila-gila kalau lihat cowok tampan,” jelas Iqbal. “Nih... korbannya dulu,” lanjutnya sembari menunjuk ke Ando. 

         Mario menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, kepalanya terasa berat dan semakin bingung dengan situasi sekarang. 

         “Dafyna lapar!” rengek gadis itu tak sabar. 

         “Yo, ambilin gih, daripada nanti dia nangis,” suruh Ando memohon. 

         Mario mengangguk pasrah, ia berjalan menuju ke dapur, untuk mengambil kue di kulkas. Tanpa sepengetahuan Mario, Dafyna mengikutinya dari belakang. 

         “Nama kakak siapa?” tanya Dafyna dengan suara lembut. 

         Mario terkejut, badannya berbalik dengan raut kaget melihat keberadaan Dafyna di belakangnnya. 

         “Kamu ngapain di sini?” tanya Mario gugup.

         “Kakak sudah punya pacar?” tanya Dafyna lagi tanpa menjawab pertanyaan Mario. 

         Mario terdiam, bingung. 

         “Itu kuenya, ambil sendiri,” suruh Mario menunjuk ke kulkas, kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan Dafyna. 

         Dafyna berdecak sebal, namun ia malah berbalik dan mengikuti Mario lagi, seperti seorang fans fanatik yang menyukai idolanya. 

         Mereka berdua kembali ke ruang tengah, Mario duduk di tempatnya semula, begitu juga dengan Dafyna, raut wajah gadis itu terlihat sedih.

         “Nama kakak siapa?” tanya Dafyna menunjuk ke Mario. 

         Mario diam tak menjawab, ia sedikit risih dengan tingkah gadis itu. 

         “Kok diam aja?” sunggut Dafyna bertambah sedih. 

         “Mario.” Akhirnya Mario memaksa mulutnya terbuka. 

         Senyum di wajah Dafyna langsung mengembang, ia terlihat senang. 

         “Siapanya Super Mario?” canda Dafyna namun tiga pria di depannya tidak ada yang tertawa. “Ketawa dong, Dafyna kan lagi ngelucu!” paksanya cemberut. 

         “Ha ha ha,” suara tawa yang kaku dan dipaksakan langsung menggema di ruang tamu. Ando, Iqbal dan Mario saling bertatapan seperti orang paling bodoh di bumi ini.   

         “Kakak Mario sudah punya pacar?” tanya Dafyna mendesak. 

         Salah satu alis Mario terangkat, apa dirinya perlu menjawab pertanyaan tidak penting dari bocah itu?

         “Kalau belum, kakak bisa jadiin Dafyna pacar Kak Mario. Dafyna dengan senang hati mau.”

         UhukkkUhukkk

         Mario langsung terbatuk-batuk tanpa sebab, tenggorokannya seperti ada yang menyodok dengan benda tumpul, sangat sakit dan perih. Mario terkejut dengan pernyataan frontal Dafyna. 

         Sedangkan dua pria di sebelahnya, Ando dan Iqbal sudah tertawa puas melihat raut wajah Mario yang tegang. 

         “Kak...” panggil Iqbal ke Dafyna.

         “Kenapa Iqbal?” tanya Dafyna masih terus tersenyum. 

         “Kak Dafyna udah nggak suka sama Kak Ando?” pancing Iqbal tangannya menunjuk ke Ando. 

         Tawa Ando seketika menghilang, 

         “Sialan Bal!” kesal Ando tajam ke adiknya itu. 

         Iqbal terkekeh geli, ia tak menanggapi kemarahan kakaknya, ia menunggu jawaban Dafyna. 

         “Dafyna masih suka sama Kak Ando. Tapi untuk saat ini, Dafyna mau move on sebentar ke Kak Mario,” jawab Dafyna malu-malu. 

         Ando mengangkat kedua jempolnya. “Bagus-bagus. Kakak dukung!” 

         Mario melotot ke Ando tajam, 

         “Tapi, Dafyna tetap nggak suka kalau Kak Ando dekat-dekat sama Sivia.” Ancam Dafyna ke Ando. “Semua cowok yang Dafyna suka cuma boleh suka sama Dafyna!” ucap Dafyna egois.

         Mario menghela berat, takjub dengan gadis di hadapannya sekarang. Sangat ajaib! Ando berdiri dari tempat duduknya, ia melirik ke jam tangannya. 

         “Dafyna sudah malam. Ayo pulang,” ajak Ando. 

         Dafyna menggeleng cepat. 

         “Dafyna di sini aja sama Kak Mario,” ucap Dafyna, tersenyum menatap Mario. 

         Mario mendesis pelan.

         “Nggak bisa Dafyna. Ayo kita pulang,” paksa Ando. 

         Dafyna menggerutu tanpa suara, ia sudah kenal Ando cukup lama jadi sangat hapal bagaimana sifat Ando yang tidak suka perintahnya dilanggar. Dafyna mengangguk menurut dan segera berdiri. 

         “Bye bye Kak Mario. Good night,” pamitnya. “Dafyna pulang dulu ya, jangan kangen.”

         “Hm,” jawab Mario singkat. 

         “Besok Dafyna kesini lagi ya.”

         “Nggak perlu!” jawab Mario dingin. 

         “Kok gitu? Pokoknya Dafyna besok kesini lagi!” paksa Dafyna. “Kan Dafyna pacarnya Kak Mario.” 

         Mario hanya bisa mendesah berat, tak berniat menanggapi gadis gila itu. Mario segera membuang muka, ia mengibaskan tangannya ke arah Ando memberikan kode agar mereka semua segera pergi dari rumahnya. 

         “Thanks dan sorry Yo,” ucap Ando sedikit bersalah. 

         Mario mengangguk cepat, setelah itu Ando, Iqbal dan Dafyna berjalan keluar dari rumah Mario. 

         Sepeninggal tiga tetangganya tersebut, Mario membanting tubuhnya diatas sofa, bersandar sepuas mungkin. 

         “Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya Mario masih tidak dapat percaya. 

         “Gadis itu punya dua kepribadian?” 

         “Seriously?” 

         Mario memegangi kepalanya yang terasa semakin berat. Padahal, ia bertemu gadis itu masih beberapa kali, tapi sudah banyak kejadian diantara keduanya yang tidak bisa Mario jabarkan. 

*****

#CuapCuapAuthor

Bagaimana part ini? Semoga suka ya. 

Jangan lupa follow akun karyakarsaku dan instagramku : luluk_hf

Supaya teman-teman Pembaca nggak ketinggalan info cerita EL

Jangan lupa juga tinggalkan komen dan love jika suka dengan part ini. 

Semoga teman-teman Pembaca selalu suka cerita EL, selalu support cerita EL, dan selalu baca cerita EL. 

Makasih banyak semuanya dan selalu jaga kesehatan ya. 

Love,

Luluk HF