BUMI LANGIT

0
0
Deskripsi

Perbincangan tentang bumi dan langit terdengar sejak masa yang sangat kuno. Hingga hari ini, perbincangan itu sepertinya belum juga tuntas. Manusia, yang tinggal di bumi, sebagian memandang langit dalam ketakjuban. Manusia lain, yang juga tinggal di bumi, memandang langit dengan ketergesaan dan keterdesakan menjelajah. Manusia yang lain lagi, yang juga tinggal di bumi, sama sekali tak memerlukan memandang langit. Entah bagaimana dengan Anda sendiri memandang langit. Apapun pandangan Anda, satu hal...

Dari bumi, ketika kita berbicara tentang langit, yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah apa yang sebenarnya disebut sebagai langit. Ilmu pengetahuan menyatakan langit adalah bagian atas dari permukaan bumi dan digolongkan sebagai lapisan-lapisan atmosfer. Kalau kita melihat gambar di bawah ini, maka batas antara bumi dan langit adalah nol, langit berada di titik bumi yang kita pijak.

Lapisan-lapisan fisik atmosfer dibedakan menurut komposisi, reaksi kimia, ionisasi, dan tingkatan suhunya. Dengan demikian maka sebuah frase yang mungkin kerap kita dengar, “bagaikan bumi dan langit” yang menunjukkan makna sebuah jeda yang sangat terbentang jauh, menjadi tidak lagi signifikan. Troposfer sebagai lapisan paling dekat dengan bumi memiliki ruang mulai dari 0-20 kilometer di atas permukaan bumi. Bumi dan langit dekat, bahkan bertemu di satu titik 0 permukaan bumi. Bumi Langit.

Tentu saja kita tidak juga mengatakan langit hanya sebatas troposfer, setebal 20 kilometer dari bumi. Angkasa tetap belum ditemukan batasnya, apalagi dengan perkembangan semesta yang mekar. Hingga saat ini yang mampu diobservasi oleh ilmu pengetahuan adalah semesta memiliki jarak terjauh 46 juta tahun cahaya. Sebagai pengamat di bumi, troposfer merupakan batas terdekat dengan manusia. Konektivitas bumi langit, dimana manusia menganggapnya sangat jauh, dari pemahaman posisi atmosfer ternyata langit ada dan berada di antara ruang manusia dengan manusia.

 

Tablet Emerald dan Hermetic

Sebuah teks kuno yang menuliskan tentang koneksi antara bumi langit tertera di Tablet Emerald. Tablet berwarna hijau serupa giok ini menjadi salah satu artefak yang berpengaruh di daratan Arab dan Eropa, terutama pada praktik-praktik alkimia dan konsep spiritual (human-divine). Tablet Emerald dipercaya memberikan tuntunan manusia menuju pada keilahian dan menuliskan tentang rahasia alam semesta.

Penemuan Tablet Emerald berselubung misteri. Menjadikan Tablet Emerald sebagai salah satu benda paling misterius di peradaban manusia. Hingga hari ini tidak ada bukti scientific yang mendukung informasi tentang siapa yang menemukan dan menuliskan Tablet Emerald. Dalam teks tersebut, dikatakan penulisnya adalah Hermes Trismegitus, figur yang digambarkan sebagai sinkretisme antara Hermes dengan Thoth.

Sepanjang ribuan tahun, Tablet Emerald muncul, hilang, dan muncul lalu lenyap hingga sekarang. Yang terus bersuara adalah terjemahannya di berbagai bahasa dan berbagai zaman. Terjemahan kuno ke bahasa Yunani pernah dilakukan oleh cendekiawan Alexandria pada 330 sebelum Masehi dan diletakkan di Mesir. Terjemahan itu tak ada lagi sekarang.

Terjemahan yang saat ini menjadi babon bagi terjemahan turunan lain adalah dari Balinas aka Apollonius of Tyana di Pseudo The Secret of Creation and Art of Nature dalam bahasa Arab. Balinas menemukan teks kuno itu saat penjelajahan di sebuah makam dalam gua di Mesir. Setelah penemuan itu, Balinas menghabiskan waktu menerjemahkan teks yang ia temukan itu.

Lebih awal lagi, legenda menceritakan, Alexander the Great, ketika menaklukan Mesir memiliki keinginan kuat untuk mencari makam Thoth, Dewa Mesir yang memegang pengetahuan bijak, sastra, ilmu pengetahuan, magik, seni, keadilan dan kematian. Di Yunani, Thoth ekuivalen dengan Hermes. Legenda juga menyebutkan, Alexander lah yang menemukan Tablet Emerald dan kemudian menyembunyikannya lagi di dalam gua, sebelum mengibarkan panji-panji Indian Campaign. Balinas menemukan tablet itu 300 tahun kemudian dan menyalin teksnya.

Setelah itu, beberapa terjemahan teks ini dilakukan oleh para filsuf. Jabir Bin Ibn Hayyan dalam The Second Book of the Element of the Foundation mencuplik teks tersebut dan menuliskan versi singkatnya dengan pengurangan di beberapa bagian. Cuplikan Hayyan diterjemahkan oleh Eric J. Holmyard ke bahasa Inggris pada tahun 1923.

Kemunculan teks dalam Tablet Emerald yang juga fenomenal di era abad pertengahan tercantum pula dalam Pseudo Aristotelian berjudul The Secret of Secrets yang ditemukan dalam bahasa Arab (belum jelas versi aselinya dalam bahasa Yunani) dan ditengarai merupakan surat Aristotle pada muridnya, Alexander The Great. Ditemukan pada abad 10 dan diterjemahkan pada abad 12. Pseudo ini dikategorikan sebagai teks yang paling banyak dibaca pada abad pertengahan.

Terjemahan latin pertama kali dilakukan oleh Hugo of Santalla berdasarkan teks Balinas. Ada pula terjemahan lain yang berbeda dengan versi lebih panjang diterjemahkan dalam bahasa Inggris muncul di abad 12-13 tanpa diketahui dengan jelas nama penerjemahnya, yang kemudian disebut versi Vulgate.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara terjemahan ini dengan versi-versi sebelumnya dalam bahasa Arab dan Latin. Terjemahan yang terakhir ini lebih banyak tersebar ke berbagai tempat. Unsur kebaruan masa kemungkinan menjadi penyebab lebih luasnya terjemahan tiba di mata banyak orang dengan metode dokumentasi yang lebih baru. Versi lebih modern dan cukup mencengangkan adalah terjemahan yang dilakukan oleh Isaac Newton pada abad 16. Ilmuwan yang mendasari pemikiran ilmiah modern ternyata memiliki ketertarikan yang sangat kuat pada Tablet Emerald.

Meskipun masing-masing terjemahan memiliki perbedaan, namun, dari dua terjemahan bahasa Inggris yang dilakukan pada abad 12 dan 16, terdapat satu kalimat yang mendukung konsep konektivitas bumi langit:

That which is above is like to that which is below, and that which is below is like to that which is above, to accomplish the miracles of one thing (dalam terjemahan Vulgate )

dan

That which is below is like that which is above and that which is above is like that which is below
to do the miracle of one only thing (dalam terjemahan Newton)

Di masa yang lebih baru, The Kybalion: A Study of Hermetic Philosophy of Ancient Egypt and Greek yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1908, berisikan hal-hal yang pernah diajarkan Hermes Trismegitus mencakup 7 prinsip hukum alam semesta. Salah satunya adalah Prinsip Korespondensi yang berbunyi: As above, so below; as below, so above. As within, so without. As the Universe, so the soul.

Teks kuno di Tablet Emerald dan 7 prinsip hukum alam semesta mencantumkan (sekaligus mengingatkan) sebuah koneksi yang begitu erat antara apa yang terjadi di bumi dengan apa yang berlaku di langit (an). Seluruh peristiwa alam semesta (manusia, makhluk yang ada di bumi, serta benda-benda langit) berjalan dalam himpunan yang saling tarik menarik dan terkait satu sama lain.

Secara sederhana, teks-teks itu menjadi dasar gerak mikrokosmos yang berjalan bersama dengan makrokosmos dan merupakan sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Bumi Langit.

Doa dan Ayat

Dalam kitab suci, ikatan erat bumi langit dijelaskan dengan sangat gamblang dalam doa Bapa Kami. Menurut Perjanjian Baru, doa ini diajarkan oleh Yesus pada murid-muridnya. Para sejarahwan bersepakat bahwa Yesus menggunakan bahasa Aramaic dengan dialek Galelian. Maka, doa ini pertama kali diajarkan dengan bahasa tersebut.

Abwûn
Oh Thou, from whom the breath of life comes,

d’bwaschmâja
who fills all realms of sound, light and vibration.

Nethkâdasch schmach
May Your light be experienced in my utmost holiest.

Têtê malkuthach.
Your Heavenly Domain approaches.

Nehwê tzevjânach aikâna d’bwaschmâja af b’arha.
Let Your will come true – in the universe (all that vibrates) just as on earth (that is material and dense).

Hawvlân lachma d’sûnkanân jaomâna.
Give us wisdom (understanding, assistance) for our daily need,

Waschboklân chaubên wachtahên aikâna daf chnân schwoken l’chaijabên.
detach the fetters of faults that bind us, (karma) like we let go the guilt of others.

Wela tachlân l’nesjuna
Let us not be lost in superficial things (materialism, common temptations),

ela patzân min bischa.
but let us be freed from that what keeps us off from our true purpose.

Metol dilachie malkutha wahaila wateschbuchta l’ahlâm almîn.
From You comes the all-working will, the lively strength to act, the song that beautifies all and renews itself from age to age.

Amên.
Sealed in trust, faith and truth. (I confirm with my entire being)

Dalam bahasa Indonesia, frase “Let Your will come true in the universe (all that vibrates) just as on earth (that is material and dense)” diterjemahkan menjadi “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga” (versi Katolik). Versi Bahasa Inggris mendorong pemahaman yang lebih luas lagi tentang universe, yaitu semua yang bervibrasi, energi yang menjadi atau bertemu wujud di permukaan bumi.

Doa Bapa Kami diambil dari salah satu ayat di Injil Matius, menjadi salah satu bagian dari kutbah di atas bukit. Frase As Above So Below juga tertulis di ayat ini.

Di Al-Quran penyatuan Bumi Langit disebutkan di QS Al-Anbiya 30:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Dalam tafsir Quraish Shihab menjelaskan mengenai pemahaman di balik ayat ini, “Ayat ini mengungkap konsep penciptaan planet, termasuk bumi, yang belakangan dikuatkan oleh penemuan ilmu pengetahuan mutakhir dengan teori-teori modernnya.”

Lebih lanjut lagi dalam tafsir terhadap ayat ini, Quraish Shihab menunjukkan ilmu pengetahuan modern mengidentifikasi proses penciptaan bumi sebagai berikut,

Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi, sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang jari-jarinya tidak lebih dari 3.000.000 mil. Lanjutan firman Allah yang berbunyi “…fa fataqnâhumâ…” merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.

Merunut latar belakang diturunkannya surat ini, Al-Anbiya termasuk dalam surat Makiyah, diturunkan di Mekah dan secara urutan pewahyuan adalah surat ke 73. Surat-surat Makiyah diturunkan 12 tahun awal misi Muhammad menyebarkan (kembali) ajaran. Bahasa surat-surat Makiyah cenderung singkat dan terkesan keras karena sebagai peringatan dan pengingat. Konten ayat yang diturunkan di Mekah menjadi sebuah review atas ajaran-ajaran sebelumnya yang pernah dibawa oleh nabi-nabi sebelum Muhammad. Al-Anbiya berarti Para Nabi. Al-Anbiya juga mengingatkan tentang penciptaan, kepaduan bumi dan langit (serta kehidupan yang berasal dari air) menjadikan manusia mengingat pula asal dan kembali pada warisannya, bumi.

Manusia dan Bintang

We are made of Star Stuff. Hipotetis ini mengemuka di awal 1900. Para astronomer menemukan dan mengemukakan fakta-fakta tentang elemen pembentuk manusia memiliki kesamaan dengan element bintang. Pada tahun 1918, President of the Royal Astronomy Sociecty of Canada, Albert Durrant Watson, pada jurnal yang dikeluarkan oleh organisasi yang sama, menyampaikan:

It is true that a first thoughtful glimpse of the immeasurable universe is liable rather to discourage us with a sense of our own insignificance. But astronomy is wholesome even in this, and helps to clear the way to a realization that as our bodies are an integral part of the great physical universe, so through them are manifested laws and forces that take rank with the highest manifestation of Cosmic Being.

Thus we come to see that if our bodies are made of star-stuff,—and there is nothing else, says the spectroscope, to make them of—the loftier qualities of our being are just as necessarily constituents of that universal substance out of which are made

“Whatever gods there be.”

We are made of universal and divine ingredients, and the study of the stars will not let us escape a wholesome and final knowledge of the fact.

Di dekade berikutnya, surat kabar di Amerika; Michigan dan New York Times, menyoal hipotesis ini pada kolom-kolom mereka. Pada tahun 1973, Carl Sagan, astronomer, penulis, dan ilmuwan, mendorong kembali hipotesis ini lewat karya dan acara televisi yang dikelola olehnya.

Penelitian selanjutnya, seperti Stellar Nucleosynthesis yang menerangkan tentang unsur pembentuk bintang, Stellar Evolution yang menerangkan lingkaran perjalanan hidup bintang (star cycle), menjelaskan secara lebih ilmiah tentang unsur-unsur pembentuk bintang ada di dalam tubuh manusia. Data science itu kemudian memperkuat pernyataan para astronomer tentang unsur pembentuk manusia dari ledakan bintang.

Alam semesta melakukan evolusinya secara periodik dan menjalani serangkaian proses yang memiliki basic konsep yang sama, baik di bumi maupun di langit. Saling bertukar energi, bahkan berbagi bahan material dan tarik menarik dalam sekala maupun niskala. Terkait dan terikat dalam sebuah hukum konektivitas dan koresponden yang tak terpisahkan. Kesatuan. Bumi Langit.

Semua teks, ayat dan teori di atas mengingatkan saya pada sebuah pernyataan: Apa yang Tuhan saksikan ketika ia melihat manusia? Sama seperti ketika kita mendongak ke atas dan melihat bintang-bintang (Rho). 

Sukra Manis, Marakih, Kresnapaksa, Jyesthamasa, Ja, 23 Syawal 1954

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Esai
Selanjutnya KITAB BATIK
1
0
Batik bukan kain. Batik adalah sebuah teknik, metode tak benda yang lahir dari napas budaya penciptanya. Tulisan ini saya beri judul KITAB BATIK. Sebuah kata walikan yang kebetulan menjadi tema utama dalam saya menyusun tulisan ini. BATIK adalah kisah…selamat menikmati kisahnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan