Extra Part (1) Tian POV

9
0
Deskripsi

Jika diingat-ingat kembali, setiap orang-orang bertanya alasan kenapa Tian dulu memutuskan hubungannya dengan Sasha, ia hanya menjawab "Gak ada alasan" atau "Pengen aja", dan jawaban-jawaban lain  yang terkesan ala kadarnya.

Tian POV

Pemandangan awan-awan yang terlihat seperti kapas dari balik jendela pesawat tidak membuat Tian melupakan rasa sakit pada pipinya. Bekas tamparan dari papa, sesampai dirinya di bandara hanya karena terlambat sepuluh menit masih berdenyut nyeri. Padahal ia sama sekali tidak terlambat untuk check in. 

Tian yakin ada bekas warna merah yang begitu mencolok di pipi karena pramugari dan orang-orang yang berpapasan dengannya di sepanjang bandara melihatnya dengan pandangan sedikit terkejut. 

Matanya kembali menatap kosong selepas memasang headshet. Berada di first class tidak membuat perasaannya lebih baik. Saat ini, bukan hanya pipinya yang sakit, tapi hatinya ternyata ikut beresonansi secara menyakitkan.

Dalam bentuk yang sederhana, kira-kira dua jam yang lalu, Tian baru saja menerima penolakan. Bukan untuk yang pertama kali. Memang. Tapi proporsi penolakan kali ini mampu membuat sekujur tubuh terasa nyeri. 

Tian tebak dirinya sedang dalam fase pertama five stage of grief.

Denial.  

Kata orang, manusia yang berada di dalam fase ini akan merasa hidup menjadi tidak berarti dan mati rasa. Mempertanyakan diri sendiri bagaimana melanjutkan pagi mereka seperti biasa dan mengapa harus melanjutkan ini. Namun penyangkalan sejatinya membantu mengatasi semua atas nama kesedihan dan tanpa sadar akan memulai proses penyembuhan diri. 

Namun, untuk alasan yang tidak begitu Tian mengerti, ia sendiri tidak yakin akan bisa mencapai fase acceptance dalam waktu yang dekat.

Jika diingat-ingat kembali, setiap orang-orang bertanya alasan kenapa Tian dulu memutuskan hubungannya dengan Sasha, ia hanya menjawab "Gak ada alasan" atau "Pengen aja", dan jawaban-jawaban lain  yang terkesan ala kadarnya.

Padahal yang terjadi di balik itu  adalah papa-nya tahu bahwa ia berbuat hal aneh pada Sasha berkat aduan salah seorang ART yang mungkin tidak sengaja mendengar suara semacam 'desahan'  dari balik pintu kamar. Hal yang mengantarkan Tian untuk mengakhiri hubungannya dengan Sasha sesuai perintah papa

Tian memang akhirnya melakukan hal itu.

Namun setelah perdebatan yang sengit dengan papa di minggu-minggu berikutnya, dan juga berkat bantuan kakak-kakaknya, ia mencapai kesepakatan. Ia diperbolehkan hidup 'bebas' dengan beberapa syarat tertentu. Salah satunya, peringkatnya harus tetap dalam lima besar dan selepas tamat SMA harus ikut dulu dengan kakak-kakaknya. 

Bagi Tian, ini penawaran terbaik yang bisa ia terima bahkan setelah mendapat pecutan berkali-kali menggunakan ikat pinggang. Jelas lebih baik ketimbang harus home school atau amit-amit dibuang dan namanya dihapus dari Kartu Keluarga. Sebagai seseorang yang punya privilese sejak kecil, Tian tidak bisa membayangkan dirinya hidup luntang lantung di jalanan. 

Kembali menjalin hubungan dengan Sasha tidak pernah ada dalam bagian dari rencananya. Ia dengan cepat melupakan Sasha dan sibuk mencari kesenangannya sendiri dengan cara tidak terikat pada satu orang perempuan. Mungkin karena ego, ia merasa kebebasan yang hanya tiga tahun ini tidak akan ia sia-siakan hanya untuk bergantung hanya pada satu orang.

Sampai pada akhirnya keberadaan Sasha kembali mengusiknya lewat kedekatan cewek itu dengan Nathan. 

Hal yang tidak pernah Tian sangka akan terjadi. 

Tian awalnya tidak begitu peduli dan hanya menganggap ini hal aneh karena ia tahu bahwa Nathan sudah punya pacar. Ia juga menebak bahwa Nathan tidak benar-benar serius karena membiarkan teman-teman mereka melecehkan Sasha lewat kata-kata. Dia juga yakin Nathan hanya melihat Sasha sebagai objek penghilang rasa bosan.

Benar saja, begitu Manda kembali, Nathan serta merta menjauhi Sasha.

Tidak tahu kenapa awalnya, Tian langsung bergerak berdasarkan apa yang tiba-tiba muncul di otaknya untuk mendekati Sasha. Meskipun untuk hal yang ia tidak mengerti Nathan beberapa kali mengganggunya.

Makanya, segala hal Tian lakukan demi mewujudkan keinginannya, mulai dari cara halus maupun dengan segala kebrengsekan yang ia punya. 

Melakukan pelecehan di tangga adalah metode paling brengsek yang ia lakukan. Ia mempermalukan dan sengaja mengobrak-abrik image Sasha di depan teman-temannya. Entahlah, Tian hanya ingin teman-temannya melihat bagaimana Sasha sebenarnya.

Seiring berjalan waktu, Tian sadar metode paling ampuh justru lewat gerakan gerilya dengan menjauhkan cewek itu dari teman-temannya.

Salah satunya ketika menjenguk Rega sore itu. Tian melihat motor yang begitu familiar terparkir di halaman. Rencana dengan cepat tersusun dalam pikiran dan untuk suatu firasat yang tidak bisa dijelaskan, ia sembunyikan mantel yang tergantung di motor Sasha ke dalam dashboard mobilnya.

Salah satu tahapnya berhasil karena Rega kecewa setelah menyaksikan keduanya berciuman. 
 

Tian juga berhasil membawa Sasha pulang dengan mobilnya. Berusaha memanipulasi cewek itu dengan menempatkan Rega sebagai orang yang 'jahat' dalam kehidupan Sasha.

Hal kedua yang ia lakukan adalah menelepon teman lamanya yang merupakan pacar Oliv untuk membantunya. Semua berjalan teramat mulus sehingga Sasha tidak lagi punya orang terdekat dalam hari-harinya di sekolah.

Tian perlahan membawa Sasha masuk kembali ke dunianya. Membuat cewek itu perlahan terbiasa dengan perhatian dan keberadaannya hingga Sasha bisa merasakan kehampaan jika Tian tidak ada. 

Tapi sebanyak apapun usaha yang telah dilakukan, yang tidak bisa Tian dapatkan adalah perasaan yang sama seperti yang Sasha rasakan pada Nathan. Berkali-kali Tian mengajaknya balikan, cewek itu masih tetap saja mengatakan tidak bisa.

Satu-satunya orang yang muncul di asumsi Tian sebagai penyebab hal ini tentu hanyalah Nathan. Mungkin saja cewek itu telah tidur dengan Nathan. Tapi alasan ini kurang masuk aka karena Tian tahu bajwa Nathan bukan tipe orang yang akan tidur sana sini dengan cewek-cewek.

Alasan yang lebih logis mungkin hanya sesederhana Sasha menyukai Nathan.

Dan entah kenapa hal itu membuat Tian merasa tidak senang.

Ide paling gila Tian adalah membuat Sasha benar-benar terikat dengannya. Semua rencana terasa sempurna untuk menjadi orang pertama bagi Sasha. Tapi Tian tidak menyangka bahwa Nathan datang secara kebetulan untuk 'menyelamatkan' cewek itu. 

Tian tidak pernah mengasosiakin dirinya dengan kata baik. Bahkan dengan kebrengsekan yang masih tetap ada, yang Tian sesali bukanlah perbuatan terhadap Sasha. Namun karena pemilihan waktunya yang tidak tepat. Bagi Sasha, hal ini terlalu cepat. 

Setelah kembali menyelami semuanya, Tian akui ternyata perasaannya bukan hanya obsesi atau keinginan untuk diakui hebat oleh orang-orang sekitar karena berhasil mendapatkan Sasha. Tapi lebih kepada rasa ingin memiliki terhadap eksistensi yang membuat hari-harinya terasa begitu menyenangkan. 

Rasanya, selain Kota Bandung, Natasha adalah orang yang dilahirkan ketika Tuhan sedang tersenyum. 

Presensi Natasha layaknya bahagia dalam definisi sederhana. 

Tapi sekarang, setelah semua hal pelik yang terjadi, ia hanya bisa menikmati rasa hampa. 

Saat merapatkan selimut, Tian berpikir bagaimana manusia menghabiskan hari mereka dalam kehampaan. Ia berani bertaruh, banyak manusia di luar sana yang setidaknya satu kali dalam hidup pernah termenung dengan rasa hampa yang ia maksud. Jika manusia bisa mencari kemana apa yang hilang menurut mereka dan menemukan apa yang bisa menyumpal bagian itu, Tian tidak tahu apa ia bisa juga melakukan hal itu di saat ia sedang naif-naifnya perihal dunia.

Seandainya perasaan ini masih sama dan kesempatan itu bisa ia jangkau nantinya, Tian ingin  kembali mendekap Natasha seerat mungkin dan tidak berpikir akan melepas pelukan itu dalam durasi yang singkat. 
 

***

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Adequate
Selanjutnya Extra Part (2) Nathan POV
6
0
Nathan bohong saat jantungnya tidak terasa jatuh terperosok saat Sasha mempertanyakan tentang tujuan sebenarnya mendekati Sasha. Jawabannya ada di ujung lidah dan akan sangat mudah bagi Nathan untuk mengungkapkannya, tanpa ada orang lain yang melihat, dan dengan Sasha yang praktis melemparkan umpan kepadanya.Nathan berpikir tentang bagaimana mencintai Sasha adalah sesuatu yang sangat benar, namun dalam waktu bersamaan terasa sangat salah.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan