
One Shoot Story of Choi Soobin X OC
Kebanyakan orang, biasanya menolak untuk menggunakan peralatan makan orang lain bila tidak dicuci terlebih dahulu. Terlebih untuk yang langsung dari mulut ke mulut, meski keadaan terpaksa sekalipun.
Mereka hanya berhati-hati. Selain mungkin karena perasaan jijik atau khawatir penyakit, bisa saja itu juga dianggap sebagai 'ciuman tidak langsung'.
Namun, Soojin justru suka melakukan hal itu pada Soobin. Entah karena masih malu mengingat usia pacaran mereka yang baru 15 hari, memberi kode rambu untuk balasan agresif, atau hanya sekedar jahil menggoda sang kekasih yang terkenal bersikap dingin bin cuek pada siapapun itu.
Jika itu karena malu, tentu saja itu tidak cocok untuk Soojin yang juga terkenal mudah berganti pasangan semudah mengganti baju. Soojin adalah gadis santai yang cukup agresif.
Akan tetapi, Soojin tidak pernah sebetah ini dalam suatu hubungan.
Biasanya, Soojin hanya akan mengencani seseorang selama dua hingga tiga hari. Entah itu hanya untuk mempermainkan atau sekedar pemuas rasa penasarannya.
Setelah itu, Soojin tidak akan sungkan untuk memutuskan pria tersebut meski dengan cara terkejam sekalipun.
Bisa jadi ini adalah rekor pertama terlama bagi Soojin dalam mencintai seseorang. Hingga dirinya bisa bertahan selama itu untuk Soobin.
Soobin hanyalah seorang kutu buku tampan langganan juara olimpiade kampus. Terlihat mudah ditaklukkan dan dibodohi dalam hal asmara. Apalagi ada banyak rumor kalau Soobin belum pernah sekali pun berpacaran.
Tapi, tetap saja tidak mudah bagi Soojin berjuang untuk menarik hati tsundere milik lelaki yang menurutnya unik itu.
Karena Soobin ternyata tidak semudah yang Soojin bayangkan. Seperti ia yang sebelumnya selalu berhasil menaklukkan pria 'mainan' lain.
Entahlah Soojin hanya sangat menyukai Soobin.
Belakangan ini, Soojin sering melakukan hal itu. Saat kapanpun dan di manapun ketika gadis itu sedang bersama sang kekasih.
Tidak hanya peralatan makan, namun setiap benda sederhana sekitar yang menurutnya logis untuk ditempelkan ke bibir Soobin.
Walau Soobin selalu terlihat 'sibuk' dengan game di ponselnya, ia tidak pernah merasa keberatan dengan kelakuan baru wanitanya itu. Ia hanya memilih diam.
Hanya saja, sesaat Soobin pasti memasang tampang polos terkejut setiap Soojin melakukan itu. Kadang tampang heran menggemaskan juga ikut menyusul setelahnya.
Yang pertama kali, saat sedang di perpustakaan.
Soojin mencium permukaan selembar tisu hingga meninggalkan bekas lipstiknya di sana. Soobin tidak menyadari hal itu karena game online di ponsel menjadi pehatian utamanya.
Lalu, tanpa aba-aba Soojin langsung menempelkan bekas lipstiknya tersebut tepat ke bibir Soobin secepat mungkin.
Yang kedua kali, saat di dalam mobil.
Soojin mencium telapak tangannya sendiri dengan bibir berlipstik tipisnya. Tersenyum jahil ke arah sang kekasih di sampingnya, lantas menempelkannya lagi ke bibir Soobin. Beruntung Soobin saat itu tidak sedang menyetir.
Yang ketiga, saat sedang di kafe.
Soojin sengaja meminum sedikit kopi milik Soobin. Kebetulan kutu buku tampan itu sedang meninggalkannya ke toilet. Saat sudah kembali, Soobin hanya meminum kopi tersebut begitu saja dengan polosnya.
Mimik polos itu segera berganti terkejut saat matanya mendapati bekas lipstik di cangkirnya. Sialnya, Soobin baru saja minum dengan bagian itu.
Setiap kali Soobin tergidik, Soojin selalu dengan gamblangnya pasti hanya memberi senyum cengiran lalu menjawab, "Hehe, ciuman ga langsung".
Lantas gadis itu kembali bersikap santai sambil bersenandung melakukan aktivitas lain. Seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya tertinggal Soobin yang masih menatap wanitanya heran dalam diamnya.
Selalu seperti itu. Sungguh menyebalkan.
Kali ini, Soojin ingin melakukannya lagi.
Mungkin sudah untuk yang ke empat kalinya, tapi gadis cantik itu tidak peduli. Kali ini, objek yang ia pakai adalah kertas.
Suasana pagi teduh sekaligus taman kampus yang hari ini kebetulan sepi, menjadi alasan untuk couple baru tersebut memilih tempat itu sebagai sarana belajar bersama.
Soobin sudah menyelesaikan tugasnya sejak tadi, memilih untuk santai bermain game sambil menemani Soojin. Melihat hal itu, sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk Soojin melancarkan aksi jahilnya.
Gadis itu perlahan merobek setengah kertas bindernya. Ia melirik Soobin dahulu untuk memastikan keadaan aman. Beruntung yang menjadi sasaran tak sekalipun menyadari lirikan Soojin.
Soojin lalu perlahan mencium kertas tersebut dengan penuh perasaan. Agak lama beberapa detik dari biasanya agar warna lipstik yang menempel jauh lebih tajam.
Setelah itu, Soojin dengan cepat menempelkan kertas berlipstik tersebut tepat di bibir Soobin.
Plok!
Soobin spontan tergidik hebat.
Mungkin tenaga Soojin agak 'berlebihan' ketika menempelkannya. Bahkan karakter game online di ponsel Soobin pun sampai kalah bertarung.
"JIAHAHAHAHA KAGET AHAHAHAHA."
Suara tawa Soojin pecah. Gadis itu langsung tertawa lepas begitu melihat reaksi Soobin yang lebih terkejut dari biasanya. Sangat menggelikan.
Soobin hanya melotot. Alisnya mengkerut heran dengan bibir maju yang masih tertempel kertas.
Soojin kemudian melepaskan kertas tersebut perlahan sembari masih tertawa geli. "Tumben banget lo sekaget itu dicium ga langsung sama gue, pfftt."
Soobin tidak menjawab. Lelaki tampan itu memilih diam sambil menatap datar kekasihnya itu. Sungguh, sebenarnya Soobin cukup tersiksa menahan diri selama terus mendapat perlakuan Soojin yang seperti itu.
"Oke udah, ini yang terakhir," Soojin masih menahan geli, kertas tersebut sudah terlepas dari bibir Soobin. "Gue ga akan jailin lo gitu lagi."
Soobin yang masih tidak bersuara pun lantas menahan tangan Soojin yang memegang kertas tadi.
Kini giliran Soojin yang tergidik. Tatapan Soobin begitu menusuk ke arah manik mata wanita primadona kampusnya itu.
Soobin menggerakkan rahangnya kesal, lantas meletakkan ponsel dari tangan sebelahnya di atas meja taman. Soojin meneguk ludah ketika melihat Soobin mengambil pelan kertas tersebut dari tangannya.
Kertas itu ternyata diremas dan dibuang ke tanah.
Soojin meneguk ludah lagi ketika Soobin kembali menatapnya. Sangat datar dan dingin hampir tak terbaca. Entah itu sedang marah, kesal, atau apapun itu.
"Bin, lo kenap-"
Cup!
Soobin langsung mengecup bibir Soojin tanpa permisi.
Pipi Soojin seketika memanas. Soobin pun memundurkan wajahnya sedikit setelahnya. Memberi jeda sekaligus ingin melihat reaksi terkejut Soojin. Tentu masih dengan tatapan dingin dan mulut diam yang sama.
"S-Soobin.."
Soojin terbata.
Soobin masih tidak mau berbicara. Tangan bebasnya kemudian bergerak menyentuh pipi Soojin. Mengelusnya sesaat, lantas berpindah ke belakang kepala Soojin.
Tanpa ragu, Soobin kembali lanjut mengecup bibir Soojin bertubi-tubi.
Soojin sama sekali tidak diberi kesempatan berbicara atau berkutik lagi oleh Soobin. Bibirnya terus menerima hujan kecupan kasar yang terasa manis bagai madu. Wajah Soojin ikut terdorong hingga tersudut merebahkan diri pada kursi panjang taman.
Beruntung telapak tangan lebar Soobin sempat menghalang bagian belakang kepala Soojin agar tidak terbentur. Soojin hanya pasrah memejamkan mata.
Semakin lama, kecupan Soobin berubah semakin menuntut. Semakin dalam, lalu kian berubah menjadi ciuman kasar yang melumat manis setiap inci bibir Soojin.
Hasrat aneh yang selama ini hanya bisa Soobin pendam akhirnya terlepas bebas. Begitu terasa membara dan menguasai diri. Seolah ia tak peduli jika setelah ini bibir Soojin dibuat lecet karena ulahnya.
Tangan Soojin bergerak memeluk punggung Soobin. Nampaknya gadis itu benar-benar menikmati sentuhan bibir sang kekasih. Ia sudah lama mengidamkan momen ini.
Ada semacam sensasi ribuan kupu-kupu yang seketika merebak menggelitik perutnya. Perasaan lama yang tak pernah Soojin rasakan lagi sejak kepergian terakhir cinta pertamanya.
Ini bukan yang pertama bagi Soojin, namun Soobin telah berhasil membuat ini seolah kembali menjadi yang pertama kali bagi Soojin.
Tangan bebas Soobin kemudian berpindah menopang tubuhnya di agar tidak terlalu menindih Soojin. Ya, Soobin menopang tubuh kekarnya hanya dengan satu tangan.
Dirasa lawannya sudah mulai kehabisan nafas, Soobin perlahan mengakhiri ciumannya. Keduanya lalu saling membuka mata, saling menatap dengan nafas yang saling tersenggal.
"Itu kan yang lo mau?" serak Soobin di sela senggalnya.
Alih-alih menjawab, pikiran Soojin masih terpana pada banyak hal.
Tentang hal tak terduga barusan, Soobin ternyata pencium yang hebat, hingga salah fokus pada ketampanan Soobin yang bertambah jika dilihat dari bawah seperti ini.
Soobin menyunggingkan senyum. Ia tahu Soojin masih tak sanggup untuk mengiyakan hal itu.
Soobin meneguk ludah. Mengecup kening Soojin sekilas, lantas segera bangun dari posisi ambigu tersebut.
Sedangkan Soojin masih menatap kosong ke arah langit.
Masih tidak percaya perlakuan yang baru saja ia terima itu nyata. Terlebih itu datang dari seorang kutu buku yang tak berpengalaman seperti Soobin.
Akan tetapi, Soojin sadar pada detik berikutnya. Ia segera ikut duduk seperti semula.
"AARRGGHH CHOI SOOBINN," rengek Soojin kesal dengan wajah merah yang tertutup kedua tangannya.
"Apa," sahut Soobin lembut.
"Lo ngapain barusan?!"
"Apanya," Soobin tak mengalihkan fokus dari ponselnya.
Soojin membuka wajahnya. "Itu tadi."
"Kapan?"
"Ga usah pura-pura bego," ucap Soojin datar.
"Kan emang bego."
"CHOI SOOBIN," Soojin memukul paha Soobin.
Soobin tertawa gemas. Ia melirik Soojin sekilas, lantas kembali menggulir ponselnya.
Percayalah, rasa kesal Soojin yang terlihat hanyalah kedok pura-pura jual mahal. Padahal Soojin sangat menyukainya lebih dari apapun.
"Lo tuh curang tau!" cibir Soojin.
"Curang?"
"Gue belom siap," Soojin pura-pura sedih.
"Harus banget?"
"Ya harus lah."
Soobin mengangkat sebelah alisnya. "Trus kapan lo siapnya?"
Soojin terdiam. Kalau boleh jujur, Soojin baru saja merasakan desiran halus di dadanya ketika mendengar kalimat terakhir itu. Sesaat pikirannya melayang pada 'kejadian' tadi.
Tapi, gadis itu segera menutupinya dengan bersikap pura-pura merajuk. Ia menyilangkan tangan, lalu memunggungi Soobin begitu saja.
"Pan kapan."
"Dih ngambek."
"Bodo."
Soobin tentu mengerti situasi ini. Ia mengerti Soojin pasti sedang meminta perhatian lebih darinya jika sudah bersikap seperti ini.
Soobin meletakkan ponselnya. Wajahnya mendekat ke arah telinga kanan Soojin untuk membisikkan sesuatu. Suara beratnya merendah separuh menggoda.
"Kalo lo siap ga romantis namanya."
Soojin spontan menoleh. Kini jarak wajah mereka hanya dua inci. "Idih sejak kapan anak ketombe buku kek lo ngerti hal romantis?"
"Sejak..." ucapan Soobin terjeda. Kepalanya agak terangkat untuk mengingat sesuatu. "Sejak lo nembak gue?"
"Dih dih anak kambing pede amat," cibir Soojin.
Padahal Soojin luar biasa gemas ingin menggigit pipi Soobin sekarang juga.
"Lah kan emang bener."
"Diem lo culun."
"Halah, culun gini kepincut juga lo sama gue," ucap Soobin sambil membenarkan posisi duduknya.
"Berisik," ketus Soojin, kembali memunggungi Soobin.
Soobin hanya tertawa kecil. "Lagian gue barusan ngasih first kiss tuh, masa gue yang dibilang curang?"
"First kiss?" Soojin langsung berbalik lagi. Mimik wajahnya benar-benar sedang tidak percaya. "Lo bilang itu first kiss??"
Soobin mengangguk polos.
"Boong," Soojin menatap curiga.
"Dih?"
"Ga percaya."
"Kenapa?"
"Good kisser gitu ga mungkin first kiss," ledek Soojin.
Soobin menaikkan sebelah alisnya, lalu semakin mendekatkan wajahnya pada Soojin. "Kan bisa aja emang bakat."
"Pede banget?"
"Makanya percaya."
"Ogah," Soojin mendorong pelan pipi Soobin agar sedikit menjauh darinya.
Soojin segera memalingkan wajah. Pandangannya tertuju ke arah tumpukan kertas tugas miliknya di atas meja. Tangannya mengipasi wajahnya yang terasa 'panas'.
Melihat itu, Soobin pun memundurkan dirinya sedikit. Sekilas tersenyum menggoda ke arah Soojin.
Seolah puas karena berhasil membuat mantan 'buaya betina' tercintanya itu salah tingkah. Soobin kembali memainkan ponselnya.
Sesaat keadaan menjadi hening. Hanya desiran angin halus yang sesekali numpang lewat di tengah keduanya. Untunglah hal itu terselamatkan oleh suatu rasa penasaran yang terlintas di pikiran Soojin.
Soojin meletakkan pulpennya kasar tanda berhenti sejenak dari mengerjakan tugas. Ia melihat ke arah Soobin dengan tatapan memicing.
"Lo pasti udah sering pacaran kan?" tanya Soojin tiba-tiba.
"Bukti?" Soobin yang enggan berpaling dari ponselnya.
"Jago banget gitu."
"Jago apa?"
"Halah sok polos."
"Kan emang polos."
"Polos banyak 'mantan' gitu ya," sindir Soojin, menekan bagian kata 'mantan'.
Soobin akhirnya melirik. Tidak peduli dengan karakter game-nya yang sudah kalah bertarung untuk ke sekian kalinya.
"Perlu bukti?"
"Buat?"
Soobin meletakkan ponselnya sebelum berbicara. Kini perhatiannya hanya tertuju pada satu titik di depannya.
"Kalo lo cinta pertama gue?"
"Apa tuh buktinya?" tantang Soojin.
Sungguh Soojin tidak seharusnya menantang Soobin seperti itu. Sebab Soobin adalah tipe pria yang akan membuat menyesal siapapun yang telah menantangnya.
"Ga boleh nyesel lo tapi."
"Emang lo mau ngapain?"
Soobin terdiam. Tatapan maupun ekspresi wajahnya berubah drastis menjadi dingin.
Sebelah tangan kekarnya lantas menarik kasar pinggang Soojin hingga jatuh ke dalam pelukannya.
"IH OKE BIN GUE PERCAYA GUE PERCAYA."
Bukan hanya pelukan erat, tapi Soobin juga menambahkan sedikit 'ekstra' hujan ciuman panas pada leher Soojin hingga meninggalkan beberapa ‘bekas’.
Tangan bebas Soobin juga melingkari kepala Soojin dari belakang. Ia bermaksud ingin menutup mata Soojin dengan telapak tangan lebarnya, lalu menarik kepala gadis itu ke belakang hingga tersandar di atas bisep kekarnya.
Soobin pun bisa dengan leluasa 'menghukum' leher bagian depan wanitanya itu. Ya, tentu saja Soojin yang hampir menggila hanya bisa meronta pasrah.
"BIN CUKUP BIN CHOI SOOBIIIINN!"
— End —
Copyright © 2021 by lillacys
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
