Mark tak bisa menahan senyum saat melihat Ford yang tergopoh-gopoh berlari kecil menuju mobilnya. Badannya yang kecil nampak semakin kecil karena oversized t-shirt dan loose cargo pants yang dikenakannya. Tak hanya itu, 2 tas besar berisi art supplies yang dijinjing oleh kedua tangan Ford bahkan terlihat lebih besar dari si empunya. Membuat Mark memutuskan untuk turun dari mobil dan dengan sigap mengambil alih tas-tas tersebut dari tangan Ford.

"Eh, Mas? Aku bisa bawa sendiri kok," panggil Ford pada Mark yang sudah berlari kembali menuju mobilnya.

"Udah telat, mending kamu bantu aku bukain pintu mobil," Ford pun hanya bisa geleng-geleng kepala seraya tersenyum kecil. Lalu setelah itu ia percepat langkahnya menuju mobil Mark dan membukakan pintu kursi belakang untuk menaruh tas-tas tersebut.

"Makasih banyak ya Mas, appreciate the helps a lot!"

"Don't mention it, aku biasa angkat-angkat kok kalo di Kantor."

"Oh double job jadi porter juga ya di Kantor?"

"Kebetulan kalo saya apa aja dijalanin Kak, selama ada duitnya." Ford pun tak ayal tertawa. Tawanya terdengar begitu renyah dengan kedua matanya yang melengkung layaknya bulan sabit. Membuat Mark tak ayal tersenyum melihat hal tersebut.

Namun tiba-tiba saja sebuah suara yang familiar terdengar begitu keras. Membuat Ford dan Mark tak ayal saling pandang. Lalu saat melihat wajah Ford yang berubah merah karena malu, Mark pun tak bisa menahan diri untuk tak tertawa. Membuat Ford semakin malu, namun pada akhirnya ikut tertawa setelahnya.

"Kamu laper banget ya kayanya? Cacingnya udah mengaum tuh."

"Singa kali mengaum. Iya nih, aku hari ini seharian di Studio jadi mager beli makan." Senyum lebar di wajah Ford perlahan memudar saat melihat Mark yang menatap khawatir pada dirinya. Wajahnya pun berubah bingung, tak mengerti dengan ekspresi di wajah Mark.

"Kenapa Mas? Aku salah ngomong ya?" tanya Ford, terdengar bingung. Namun Mark tetap menatap lurus pada wajah Ford, membuat Ford tak ayal merasa gugup.

"Sorry, Mas nggak maksud bikin kamu bingung, I can't help but worry pas denger kamu bilang kalo kamu seharian ini belum makan." Ford tak bisa menahan diri untuk tak tersipu, membuat kedua pipinya merona merah.

"Bukan pacar kok perhatian banget kaya gini?" tanya Ford mencoba untuk menyembunyikan rasa malunya, sedangkan Mark tergelak kecil saat mendengar ucapan lelaki berparas manis tersebut.

"Namanya juga calon pacar, jadi usahanya harus gencar biar dikasih akses untuk jadi pacar beneran."

"Ok, you should stop soalnya aku yakin muka aku merah banget sekarang."

"Kamu malu ya?"

"Menurut kamu aja!" Mark pun terkekeh, lalu mengajak Ford untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu, seperti biasa, dengan gesit ia tarik sabuk pengaman di belakang kursi yang Ford duduki lalu memasangkannya pada tubuh Ford. Membuat Ford tak ayal menahan napas lalu memukul pelan dada Mark saat melihat yang lebih tua mengerling jahil padanya.

"Udah kaya drakor belum?" tanya Mark seraya mesam-mesem.

"Udah aku bilangin, aku punya tangan, aku bisa pasang seatbelt sendiri."

"Ya buat apa dong ada aku di sini kalo kamu pasang seatbelt aja masih sendiri."

"Terserah kamu aja deh."

"Hehe, kita ke SeVel dulu mau?" tawar Mark, membuat Ford mengerutkan kening bingung karenanya.

"Mas ada yang mau dibeli?"

"Kamu kan katanya belum makan seharian, kita mampir SeVel dulu aja buat beli salad atau sandwich yang ringan supaya kamu ada yang bisa dicemil di jalan."

"Eh nggak usah, kita kan abis ini mau makan juga Mas."

"Nanti perutnya kaget nggak kalo langsung diisi shabu-shabu? Mending kita beli makanan ringan dulu buat ganjel perut, mau ya?" Ford pun terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk. Membuat Mark tersenyum kecil, lalu mulai menyalakan mesin mobilnya dan membawa mobil tersebut keluar dari pelataran parkir gedung perkuliahan tersebut.

Mark pun melipir, memarkirkan mobilnya di depan sebuah convenience store yang berada tak jauh dari Universitas tempat Ford berkuliah. Setelah itu, Ford dan Mark pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko tersebut.

"Tinggal Caesar Salad, kamu mau yang pake chicken atau nggak?" tanya Mark seraya menunjukan dua kotak salad yang berbeda. Lalu pilihan Ford pun jatuh pada kotak di tangan kiri Mark.

"Ok, Chicken Caesar ya. Mau Sandwich juga nggak? Atau Croissant?"

"Salad aja Mas."

"Okay then, kalo gitu kamu tunggu bentar ya, Mas mau bayar dulu." Ford pun mengangguk lalu memutuskan untuk menunggu di luar. Sedangkan Mark membawa barang belanjaan mereka menuju kasir.

Tak lama, Mark pun keluar dari toko tersebut dengan sebuah paper bag coklat di tangan. Lalu setelah itu menghampiri Ford yang berdiri menunggu di depan toko tersebut seraya bersandar pada pilar.

"Yuk, kita berangkat," ujar Mark seraya tersenyum lebar. Namun Ford dengan cepat menahan lengan Mark, membuat Mark menatap bingung lelaki tersebut sebelum sebuah kecupan Ford daratkan pada pipinya. Membuat kedua bola mata Mark membulat terkejut karenanya.

"F-ford?" panggil Mark pelan, terdengar bingung. Sedangkan Ford wajahnya sudah sangat merah sekarang.

"Makasih karena udah perhatian." Mark pun terdiam, menatap terpana pada Ford yang kini tengah tersipu malu di hadapannya. Membuat Mark, tanpa bisa menahan diri, mengeluarkan hal yang sedari tadi tertahan di pikirannya.

"I wanna kiss you," ujar Mark, di depan toko kelontong tersebut. Membuat Ford terkesiap, menatap wajah Mark sejenak sebelum mengangguk.

"Then kiss me," dan Mark tak menahan diri. Menangkup wajah Ford dengan kedua telapak tangannya lalu mempertemukan bibir keduanya. Menekan bibir Ford lembut. Cukup lama sebelum akhirnya Mark menjauhkan wajahnya. Menatap Ford penuh kasih seraya mengusap kedua pipinya.

"Thank you for the permission."

"Ok, kita bisa ke mobil sekarang nggak? Aku malu." Mark tak ayal tergelak, lalu meraih tangan Ford dan menautkan jemari mereka dalam satu genggaman tangan. Dan dengan tangan yang saling menggenggam, keduanya berjalan kembali menuju mobil Mark. Lalu meninggalkan toko kelontong tersebut menuju destinasi mereka selanjutnya.

Dengan suasana yang hangat dan hati yang ringan. Menikmati keberadaan satu sama lain dan waktu yang mereka habiskan berdua. Hingga keduanya berpisah setelah Mark mengantar Ford sampai depan gerbang pintu rumahnya.

[commissioned] 7-Eleven Kiss - MarkFord