RUMAH LINGSIR

1
2
Terkunci
Deskripsi

Andai saja waktu itu aku bisa mencegahnya, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.

( Ucap Narasumber ).

2,584 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
94 konten
Akses seumur hidup
5,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
50
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya TAMAN SESAT GUNUNG GUNUNG ARJUNA FULL STORY
6
5
Gunung Arjuna.Bagi kalian yang hobby mendaki gunung, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama gunung yang satu ini.Benar sekali, selain menyajikan pemandangan yang sangat luar biasa, gunung yang masuk dalam jajaran gunung terbesar di jawa timur ini, memang kental sekali dengan semua mitos dan cerita cerita mistisnya.Mulai dari alas lali jiwo, suara gendingnya hingga pasar setannya, sudah menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki yang ingin menaklukan gagahnya gunung yang terletak tepat di utara kota Malang ini.Dan begitu juga dengan pengalaman teman kita yang satu ini, pendakian yang sebelumnya menyenangkan, sepertinya telah berubah menjadi cerita menyeramkan yang mungkin akan bisa menjadi sebuah pelajaran.Bismillah...langsung saja.               Taman Sesat Gunung Arjuna          Semua nama dalam cerita ini disamarkan, mohon maaf, jika ada kesamaan......... Dingin banget Dim,,,aku udah gak kuat lagi rintihku dengan nafasku yang perlahan sudah mulai susah kuhembuskan Tahan dulu ya Gun, sebentar lagi sudah pagi, kita pasti ditemuin oleh tim Sar,, tahan dikit lagi ya, sahut Dimas menenangkan. Makanan kita sudah mau habis, air juga hanya sisa setengah botol, kalau nanti gak ada yang nemuin kita, gimana nasib kita Dim jawabku dengan perasaan yang sudah mulai pasrah dengan semua keadaan yang ada.Namun anehnya, ditengah tengah aku masih kesakitan karena hawa dingin yang saat itu kurasakan, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan adanya sosok laki laki paruh baya, yang terlihat berjalan pelan kearah dalam hutan dengan tidak sekalipun menghiraukan keadaanku dan Dimas yang waktu itu sudah tidak lagi bisa bergerak.Mengetahui hal itu, kamipun seketika reflek berteriak meminta bantuan karena kami menganggap, jika bapak bapak tersebut adalah warga yang tinggal disekitar lereng gunung yang kudaki saat itu. Pak...tolong...pak...tolong...pak...pak... Teriakku dan teriak Dimas bersamaan.Tapi sayangnya, bukannya menolong, sosok bapak bapak tersebut terlihat terus saja berjalan masuk kedalam hutan dengan diiringi pandanganku yang mulai tidak bisa melihat karena keadaan yang waktu itu memang benar benar sangatlah gelap. Kok gak denger sih Dim, kan Bapak Bapak itu deket banget keluhku. Sebentar Gun, sepertinya dia bukan manusia, sudah diem aja, fikiranku gak enak nih sahut Dimas. Hah maksudnya, jawabku. Sudah diam bentak Dimas dengan meremas tanganku seraya memberi tanda jika saat itu, kami memang sedang dalam keadaan yang berbahaya.Dan akhirnya, setelah beberapa saat setelah itu, akupun kembali melihat sosok laki laki lain yang juga terlihat berjalan masuk kearah yang sama.Sosok tersebut waktu itu terlihat lebih muda dari sosok yang kulihat sebelumnya.Dan anehnya, sosok yang kedua tersebut  sempat menoleh kearahku sambil memberikan senyuman tipisnya.Mengetahui hal itu, jantungkupun seketika berdetak kencang, tubuhku gemetaran diiringi dengan nafasku yang terasa semakin sulit untuk kuhembuskan.Dan beberapa saat setelah itu, Dimas yang sebelumnya duduk tepat disampingku, waktu itu dia terlihat sedikit bergeser dan menggerakkan kepalanya sembari memberi tanda, jika waktu itu dia sedang mendengar sesuatu. Gun, kamu denger gak suara ini Ucap Dimas tiba tiba. Suara apaan sahutku. Sssstttt dengerin lagi jawabnya.Waktu itu, setelah aku mengikuti arahan Dimas untuk mendengar lebih dalam lagi, jantungku kembali berdetak kencang dengan mataku yang seketika menoleh kesana kemari untuk mencari sumber suara yang waktu itu, ternyata memang kudengar dengan sangat jelas.Benar,Waktu itu, aku mendengar dengan sangat jelas, ada suara kerumunan orang orang yang jika aku tidak salah menebak, suara kerumunan tersebut seperti suara orang  yang sedang berada di sebuah pasar tradisional.Hal itu dikuatkan dengan suara yang terdengar tersebut adalah suara riuh ramai yang diselingi dengan suara beberapa pedagang keliling yang sepertinya sedang menawarkan dagangannya.( Malam itu aku mendengar suara tersebut jelas sekali mas, meskipun gak terlalu keras, tapi sangat jelas. Seolah olah berada tidak jauh dari tempatku jatuh, tapi nyatanya, malam itu aku tidak melihat apapun selain kegelapan ), ucap Narasumber.Mendengar hal itu, tentu saja tubuhku seketika lemas, jantungku berdetak kencang diringi dengan air mataku yang saat itu juga sudah keluar secara perlahan. Ya allah,, suara apa lagi itu Dim, aku sudah gak kuat lagi dengan semua ini, aku ingin pulang rintihku dengan menyandarkan kepalaku tepat di punggung Dimas. Sepertinya itu Suara Pasar Dieng (Pasar Setan ) jawab Dimas Tegas. Ya allah, kok gini amat se nasib kita Dim, sepertinya aku sudah pasrah Dim, aku sudah sampai Batasku. Aku sudah tidak kuat lagi, aku minta maaf ya kalau punya salah sama kamu,. Ayah, Ibu, Gunawan minta maaf kalau selama ini sering nyakitin perasaan kalian. Aku salah, aku banyak Dosa, ya Allah Aku mohon ampun, aku pasrah jika harus mati disini rintihku pelan dengan diiringi tangisan yang sudah tidak bisa lagi kutahan.Malam itu, aku benar benar kembali mengingat dosa, perbuatan dan semacamnya.Rasa sesal, waktu itu juga benar benar kurasakan tidak karuan.Di gunung itu, aku sudah seperti diantara hidup dan mati.Tapi anehnya, ditengah tengah aku sudah pasrah dengan semua keadaan yang ada, Dimas waktu itu tetap teguh dalam pendiriannya. Bahwasanya, aku akan bisa selamat dan diapun tetap yakin jika semuannya akan tetap baik baik saja.Padahal nyatanya, waktu itu jika difikir dengan logika, kemungkinan aku bisa selamat hanyalah sebuah angan angan saja.Persediaan air dan makanan yang menipis disertai dengan kakiku yang masih cidera, membuat kata selamat waktu itu sudah tidak ada lagi didalam fikiranku. Tunggu sebentar, jika pasar Dieng memang benar berada tidak jauh dari posisi kita, berarti kita salah jalur gun. Seharusnya, kalau kita tarik garis lurus dari awal kita berangkat tadi, kita seharusnya tidak ketemu Pasar Dieng ini ucap Dimas. Heh Dim, kalau lu bilang itu pasar setan, ya terserah Setannya dong mau buka pasar dimana, kan bisa saja memang mereka buka Pasarnya pindah pindah, jawabku. Gak gitu juga konsepnya Gun, pasar Setan Gunung ini, itu berada disatu tempat, dan tempatnya itu seharusnya jauh dari jalur pendakian kita ucap Dimas jelas. Kamu tau darimana, kan kamu juga sama kayak aku,. Baru pertama kali naik gunung ini tanyaku.Namun sayangnya, bukannya menjawab pertanyaanku, waktu itu Dimas terlihat kembali mendengarkan suara riuh ramai tersebut yang memang terdengar semakin lama sudah semakin jelas saja. Dim, kamu masih yakin kita bakal selamat ?, Imbuhku. Digunung ini kamu gak boleh ngeluh, gak boleh ngomong aneh aneh, kamu harus tetap percaya jika semuanya akan baik baik saja terang Dimas. Kita terpisah dari rombongan sudah dari kemarin Dim, sudah 2 Hari kita disini gak bisa kemana mana. Makanan juga sudah mau habis, kamu dan aku sama sama pemula mendaki gunung ini. Kita ini dimana, jalannya kemana dan kita minta bantuan kesiapa, kita juga tidak tau. Ditambah, sejak kemarin, kita gak bertemu orang sama sekali, disini bukan jalur pendakian juga. Lihat tuh, rumputnya tinggi tinggi dan gak ada jalanan sama sekali, terus kita mau apa lagi kalau gak pasrah ucapku lesu. Kita tunggu sampai pagi, kalau sudah pagi, nanti kita pelan pelan coba mulai jalan gimana, nanti kamu kugendong saja, tas kita, kita tinggal disini, biar aku bisa nggendong kamu. Toh isi tasnya juga sudah tidak ada kan, makanan kita nanti juga sudah yang terakhir, jadi nanti kita bawa tendanya saja,  Barang lainnya tinggal disini saja, biar aku gak susah gendong kamu, intinya, dipagi nanti, kita pertaruhkan semuanya terang Dimas. Terus kita jalan kemana Sahutku, Ya pokoknya jalan aja turun, entah kita sampai dimana, kalau kita jalannya turun terus, sepertinya kita lama lama bisa sampai dibawah ajak Dimas. Lah kalau Jurang gimana jawabku, Ya makanya harus tetap hati hati, pokoknya nanti kita jalannya pelan pelan sambil terus teriak, mudah mudahan tuhan menyelamatkan kita Ucap Dimas Mantap.Dan setelah beberapa jam kemudian, akhirnya pagipun tiba.Masih sangat teringat jelas dikepalaku,Pagi itu adalah Hari sabtu, hari yang tidak kusangka sangka menjadi sebuah hari yang bisa dikatakan sebagai hari penentuan hidup dan matiku.Semuanya kupertaruhkan dihari itu, pilihannya jika aku tidak berhasil bertemu seseorang dihari itu, kemungkinan aku bisa selamat akan semakin kecil mengingat dipagi itu, 3 Roti bulat sudah kumakan habis bersama Dimas.Air yang sudah kuminum, pagi itu benar benar tersisa hanya sekitar setengah gelas saja.Dan hingga akhirnya, sekitar pukul 05.30 pagi, akupun mulai digendong Dimas dan kitapun mulai berjalan turun secara perlahan.Pagi itu, kita benar benar turun dengan sangat pelan, karena selain Dimas harus dengan menggendong tubuhku, waktu itu jalan yang kulalui benar benar tidak ada sama sekali. Yang ada hanyalah tumbuhan ilalang yang lebih tinggi dari tinggi tubuhku.Waktu itu, Dimas secara perlahan menyingkirkan ilalang tersebut satu persatu dengan aku yang sesekali berteriak meminta bantuan.Selama perjalan turun, aku benar benar tidak bisa melihat apapun selain rumput dan pepohonan yang berdiri dengan sangat lebat,Tubuhku lemas dengan kakiku yang kulihat juga sudah terlihat semakin bengkak tidak karuan.Dan akhirnya, sudah sekitar 3 jam kami berjalan, waktu itu kami tidak kunjung melihat tanda tanda adanya jalan setapak.Semuanya masih sama dengan hanya ada tumbuhan ilalang yang berdiri tidak beraturan.Namun anehnya, setelah terus berjalan, aku dan Dimaspun mulai sadar jika sedari tadi, kami ternyata masih berada ditempat yang sama.Hal itu dikuatkan dengan bekas ilalang yang dipinggirkan oleh Dimas, waktu itu kembali terlihat dan tumbuhan yang sebelumnya kulihat pun, saat itu juga kembali kulihat. Lo kok kita balik lagi keisini sih Dim, tanyaku heran, Masak sih Gun, kayaknya enggak deh, kan dari tadi kita lewat jalan turun terus gak ada yang naik sama sekali,. Kalau kita memutar, seharusnya ada jalanan yang menanjak kan,. Nah ini, kita dari tadi jalannya turun terus lo Gun Ucap Dimas. Perhatikan baik baik rumput ini, tadi ya rumput ini yang kamu singkirkan, dan lihat bekas itu didepanmu, itu kan bekas jalan yang kau buka tadi, kamu inget gak jawabku. Iya juga sih Gun, kok aneh ya sahut Dimas. Mending kita berhenti saja Dim, daripada kita muter muter terus ajakku. Mending aku mati dalam mencoba, daripada aku gak berbuat apa apa ucap Dimas dengan semakin mempercepat langkahnya.Dan akhirnya, siang itu waktu sepertinya sudah menunjukan pukul 01.00 siang.Terik matahati yang menyinari, membuat kami kelelahan yang akhirnya kamipun duduk bersandar disalah satu pohon yang memang terlihat lebih teduh dari yang lainnya.Pohon tersebut terlihat lebih besar dengan bentuk yang berbeda dengan yang lainnya.Dan tidak hanya itu, sepertinya Pohon tersebut juga terlihat jauh lebih tua daripada pohon yang berdiri disekitarnya." Aku bener bener sudah capek Gun, kita
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan