RUMAH JAGAL

7
2
Deskripsi

Bismillahirrohmanirrohim.

" Rumah jagal "

Perkenalkan namaku Arya dan istriku Maya, kami berdua adalah sepasang suami istri yang tinggal dirumah yang bisa dikatakan jauh dari pemukiman warga.

Tinggal disebuah rumah yang jauh dari pemukiman warga, bagiku tidak menjadi masalah, karena akupun tau, rumah yang kutempati saat itu adalah rumah peninggalan dari orang tuaku.

Tapi sayangnya, keadaan yang awalnya baik baik saja, semuanya tiba tiba berubah menjadi tidak terduga sejak lahirnya anak pertamaku.

.........

Bismillahirrohmanirrohim.

" Rumah jagal "

Perkenalkan namaku Arya dan istriku Maya, kami berdua adalah sepasang suami istri yang tinggal dirumah yang bisa dikatakan jauh dari pemukiman warga.

Tinggal disebuah rumah yang jauh dari pemukiman warga, bagiku tidak menjadi masalah, karena akupun tau, rumah yang kutempati saat itu adalah rumah peninggalan dari orang tuaku.

Tapi sayangnya, keadaan yang awalnya baik baik saja, semuanya tiba tiba berubah menjadi tidak terduga sejak lahirnya anak pertamaku.

......

Masih sangat teringat jelas dikepalaku, malam itu adalah tepat 7 hari setelah istriku melahirkan putra pertamaku.

Aku yang biasanya selalu begadang disetiap malam, waktu itu harus segera tidur karena kelelahan setelah seharian ikut membantu istriku merawat buah hatiku.

Namun anehnya, ketika aku hendak mengunci pintu utama rumahku, tiba tiba aku melihat tempat dimana aku memendam ari ari anakku, ternyata sudah terlihat berantakan tidak karuan.

" Loh..kok berantakan " ucapku kaget.

Melihat hal itu, tentu saja akupun terkejut bukan main sambil seketika menggali tanah tersebut karena aku curiga, jika ari ari anakku sepertinya telah diambil oleh seseorang.

" Dekkkkkkk,,,,kesini sebentar " teriakku sambil menggaruk nggaruk tanah yang ada didepanku.

" Ada apa mas " ucap istriku sambil berjalan kearahku perlahan.

" Ari ari anak kita sepertinya dicuri orang " sahutku keras.

" Apa " jawab istriku,

Dan tanpa memperdulikan ucapan istriku, akupun terus menggali tanah tersebut hingga aku benar benar yakin jika malam itu aku akehilangan ari ari anakku.

" Ya allah, ari ari anak kita hilang dek " ucapku lemas.

" Ini pasti diambil orang mas " sahut istriku.

Tapi sayangnya, belum selesai aku memikirkan semua itu, tiba tiba aku mendengar suara tangisan anakku yang saat itu memang sedang ditinggalkan dikamar sendirian oleh istriku.

Tangisan tersebut terdengar keras dengan nada menjerit seperti sedang disakiti oleh seseorang.

Mendengar hal itu, tentu saja akupun seketika berlari kearah kamarku dengan fikiran yang sudah sangat tidak karu karuan.

Dan sesampainya aku dikamarku, tubuh yang sudah gemetaran waktu itu, seolah olah seperti sudah tidak bisa lagi bergerak karena aku tidak percaya dengan apa yang ada didepan mataku malam itu.

Benar.

Malam itu aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bayi kecilku saat itu sedang diangkat kakinya dengan posisi terbalik oleh sesosok perempuan yang terlihat sangat menakutkan.

Tubuhnya tinggi besar dengan kulitnya yang seperti bekas terbakar, hingga saat ini masih tidak bisa kulupakan.

Matanya melepuh dengan tangannya yang saat itu memegang anakku, tentu saja membuat aku langsung berteriak kencang dengan tanganku yang seketika merebut anakku dari tangan wanita tersebut.

" Siapa kamu...." Teriakku sambil merebut anakku dan langsung membawanya lari keluar dari kamarku.

" Ada apa mas " ucap istriku yang saat itu berjalan masih sampai ruang tengah rumahku.

" Gakpapa dek " jawabku dengan menyerahkan anakku kepada istriku.

" Kamu kenapa " sahut istriku menenangkanku.

" Dek kalau kita sementara tinggal dirumah om Budi gimana, sepertinya ada yang salah deh dengan rumah ini " jawabku.

" Tubuhku masih gak kuat jalan mas, rasanya sakit semua. Lagian saudara kita sudah gak ada yang mau peduli dengan kita loh mas, apa kamu gak malu. " Ucap istriku.

Dan setelah obrolanku malam itu, akhirnya aku dan istrikupun tidur diruang tamu rumahku karena aku yang tidak berani lagi tidur dikamar tidurku.

Dan singkat cerita, keesokan harinya semuanya semakin aneh saja.

Pagi itu, ketika aku bangun dan membuka mataku, aku melihat keadaan rumahku tiba tiba sudah berantakan tidak karuan.

Bahkan, yang paling membuat aku terkejut adalah, pagi itu aku tiba tiba sudah berada dilantai depan kamar mandi bersama dengan istri dan anakku yang saat itu masih berada didalam pelukanku.

Mengetahui hal itu, akupun seketika membangunkan istriku dengan perasaan yang sudah sangat ketakutan.

" Dek dek dek,,,,,bangun " ucapku dengan menggoyang nggoyangkan tubuh istriku.

Dan setelah istriku bangun dari tidurnya, dia pun iku terkejut bukan main sambil menggendong anakku yang saat itu juga masih dalam keadaan tertidur pulas.

" Ya allah kita dipindah pak, sepertinya apa yang kuimpikan semalam benar benar terjadi " ucap istriku sambil melihat kesana dan kemari.

" Kamu mimpi apa " tanyaku heran.

" Nanti saja kujelaskan, sekarang ayo pergi kerumah pak Gunawan, sepertinya aku ingin membicarakan sesuatu dengannya " sahut istriku sambil terlihat mengemasi barang barang anakku.

Dan tanpa banyak tanya lagi, pagi itu akupun segera pergi kerumah pak Gunawan yang memang terletak sekitar 5 km dari arah rumahku saat itu.

Namun anehnya, sesampainya aku dirumah pak Gunawan dan setelah istriku menceritakan apa yang sudah kami alami semalam. bukannya memberikan jawaban, Beliau malah terlihat acuh dan seolah tidak peduli dengan apa yang sudah kami ceritakan.

" Aku tidak tau apa yang kalian maksud dan kenapa kalian menceritakan ini semua kepadaku, aku tidak punya hubungan apapun dengan keluargamu " ucap pak Gunawan.

" Tadi malam, aku bermimpi melihat bapak ada dirumahku " sahut istriku,

" Maksudnya " sahut pak Gunawan,

" Tolong pak, bantu kami, jangan pura pura gak tau, aku sudah tau semuanya " ucap istriku lesu.

Mendengar hal itu, pak Gunawan seketika Berdiri dan meyuruhku untuk segera pergi dari rumahnya dengan dalih beliau hendak pergi bekerja.

" Maaf.. kalian salah orang, sekarang kalian pergi saja, aku mau berangkat kerja " jawab pak Gunawan singkat.

Karena aku merasa kedatanganku tersebut sudah tidak dihargai lagi, akhirnya akupun seketika berpamitan pergi dengan mengajak istriku yang saat itu masih terlihat duduk dan menunduk lesu.

" Ayo dek pulang saja, " ucapku sambil berjalan keluar dari rumah pak Gunawan.

Namun anehnya, ketika aku masih berjalan pelan kearah motorku, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan halaman rumah pak Gunawan yang ternyata penuh dengan taburan bunga melati dan garam garam kasar.

Namun karena aku merasa semua itu bukanlah urusanku, akupun mencoba tidak peduli dan segera menaiki motorku agar aku bisa segera pergi dari rumahnya.

Namun anehnya, ketika aku masih menunggu istriku menyusulku, tiba tiba pak Gunawan berteriak dari dalam rumahnya seolah sedang memperingatkan sesuatu dengan bahasa jawa halusnya.

" Nyalakan dupa disetiap sudut rumahmu, jangan lupa bawang buat bayimu, dan jangan lupa setiap hari bikin sesajen letakkan tepat ditengah pintu belakang rumahmu " Teriak pak Gunawan sambil menatap kearahku dan kearah istriku.

Karena aku masih kesal dengan perlakuan pak Gunawan terhadapku, waktu itu aku hanya diam sambil terus mengarahkan motorku kearah jalan utama dan segera pergi dari rumahnya tanpa memperdulikan semua perkataanya.

" Kamu sebenarnya mimpi apa se dek, " tanyaku dengan mulai menjalankan motorku.

" Mas, apa kamu ingat cerita tentang Rumah Jagal yang sering kamu ceritakan kepadaku ? " ucap istriku tiba tiba.

" iya, kenapa " jawabku,

" Sepertinya cerita itu memang benar benar ada " sahut istriku,

" Iya, memang kenapa " jawabku.

" Bukan itu masalahnya mas " sahut istriku pelan,

" Maksudnya gimana se.." ucapku.

" Rumah yang ada didalam ceritamu, itu sebenarnya Rumah kita " jawab istriku jelas

" Hah, maksudnya apa " sahutku sambil seketika memberhentikan laju motorku.

" Rumah jagal yang sering kamu ceritakan kepadaku, itu sebenarnya rumah yang kita tempati saat ini. Sebenarnya aku sudah tau kenyataan itu dari dulu. Dulu, sebelum ayahmu meninggal, ayahmu sempat menceritakan hal ini kepadaku. Namun karena aku dilarang untuk menceritakan kebenarannya kepadamu, akhirnya aku hanya diam dan berpura pura tidak tau setiap kali kamu menceritakan tentang cerita rumah jagal itu kepadaku " ucap istriku jelas.

Mendengar hal itu, tubuhku seketika lemas dengan perasaan yang sudah tidak bisa lagi kujelaskan.

Bingung, takut dan kesal, saat itu benar benar bercampur menjadi satu.

" Kemarin malam, aku bermimpi bertemu dengan ayahmu, beliau terlihat lesu sambil berpesan agar aku segera menemui pak Gunawan. Kata ayahmu, setelah kelahiran anak kita, bakal ada bencana ( molo ) yang akan menimpa keluarga kita.

MAKAN DISUAPIN, MANDI DIMANDIIN, TIDUR DITEMANIN DAN MATI DIANTERIN. Semua Itu adalah kata kata ayahmu yang kulihat didalam mimpiku. " ucap istriku jelas.

" Makan disuapin, mandi dimandiin, tidur ditemenin dan mati dianterin, itu maksudnya apa " sahutku.

" Nah itu, aku tadi mau nanyain hal itu ke pak Gunawan, eh.... Pak Gunawan malah gak mau. Soalnya kata kata itu semalam kulihat diulang ulang terus sama ayahmu " jawab istriku.

Mendengar hal itu, akupun seketika diam sambil kembali menjalankan motorku dengan fikiran yang mulai berantakan tidak karuan.

Dan sesampainya aku dirumah, akupun segera mengeluarkan semua perabotan bayiku agar dia tidak lagi tidur didalam kamar tidurku.

" Mulai sekarang, kita tidak tidur dikamar lagi, kita tidur disini, diruang tamu ini sampai keadaan sudah benar benar aman " ucapku,

" Iya mas, terus bagaimana tentang sajen kata pak Gunawan tadi, Apa kubuatkan sekarang saja ? " Sahut istriku.

" Iya gpp, buatkan sekarang, dan jangan lupa bawang buat bayi kita ya dek " jawabku pelan.

Singkat cerita, setelah kejadian waktu itu, akhirnya setiap malam aku selalu tidur di ruang tamu rumahku bersama dengan keluargaku.

Dan tidak berhenti disitu saja, waktu itu aku juga rutin menaruh sesajen sesuai arahan dari pak Gunawan saat itu

Selama tidur diruang tamu, aku mulai merasakan dan percaya jika cerita rumah jagal memang benar benar cerita yang terjadi didalam rumahku.

Hal itu bukanlah tanpa alasan, karena setiap malam, aku selalu mendengar suara orang wara wiri, suara keramaian, suara besi diseret, bau bangkai hingga suara orang laki laki sedang menangis, semuanya terdengar dengan sangat jelas berasal dari dalam rumah yang kutempati saat itu.

Keadaan seperti itu, berlangsung hingga beberapa minggu lamanya.

Kenapa aku tidak pergi saja dari rumah tersebut ?.

Ya selain karena aku sudah tidak punya rumah lagi, banyak masalah dari keluargaku dan keluarga istriku yang mungkin tidak bisa kuceritakan disini

Hal itulah yang akhirnya memaksaku untuk tetap menetap dirumah ini, meskipun akupun tau jika sebenarnya banyak bahaya yang bisa mengancam keluargaku.

Dan singkat cerita, akupun mulai berfikir jika semuanya harus segera diakhiri.

" Mas,, apa kamu gak capek hidup kayak gini, bagaimana kalau kita jual saja rumah ini, terus kita beli lagi rumah baru ditengah kota " ucap istriku sambil menyusui bayi mungilku.

" Kalau kita benerin dulu gimana........? " Sahutku dengan diringi lampu rumah yang waktu itu tiba tiba mati.

" Waduh mati lagi..." Imbuhku sambil menatap kearah lampu rumahku yang saat itu memang sudah beberapa kali tiba tiba mati sendiri.

" Lampu dirumah ini kok aneh ya mas, gak ada satupun yang kuat bertahan lama, semuanya hanya bertahan 1-2 hari saja. Jangan jangan ada yang konslet mas " sahut istriku.

" Oalah dek, aku rasanya sudah lelah dengan semua ini, aku sudah cek semua aliran listrik dirumah ini, dan semuanya baik baik saja, gak ada yang salah sama sekali. sepertinya rumah ini memang benar benar sudah tidak bisa ditempati. Kita pindah saja wes ya, aku sudah gak ngurus lagi apa kata orang. Tapi untuk sekarang, sementara kita tidur gelap gelapan gak papa kan, stock bohlam lampuku sudah habis e " ucapku sambil memeluk istri dan anakku.

" Iya mas " jawab istriku,

Namun sayangnya, belum lama aku dan istriku memejamkan mata, malam itu tiba tiba aku mendengar suara lompatan yang terdengar semakin lama semakin dekat saja.

Suara lompatan tersebut terdengar dari arah ruang tamu yang sepertinya menuju kearahku dan kearah istriku.

" Blek...blek...blekk..."

Mendengar hal itu, akupun seketika membuka mataku dan memegang tangan istriku sembari memberi tanda jika waktu itu aku sedang mendengar sesuatu.

Dan setelah beberapa saat aku membuka mataku, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan adanya sosok pocong bertubuh tinggi yang berdiri tepat dibelakang tempat istriku tidur saat itu.

Sosok tersebut lebih tinggi dari ukuran manusia biasa dengan kain kafannya yang sepertinya juga terlihat acak acakan tidak seperti seharusnya.

Dan tidak hanya itu, pandanganku saat itu juga teralihkan kearah sudut lainnya yang disitu juga terlihat ternyata ada pocong lain yang tidak memiliki kaki.

Bahkan, disudut sudut lain, aku juga sekelebatan melihat adanya sosok kakek kakek yang terlihat sedang duduk dimeja makanku ditambah dengan adanya sosok anak kecil yang sedang berlari larian kearah dapur dan kamar tidurku.

Malam itu, didalam rumahku aku benar benar melihat banyak sekali setan yang seolah olah sedang mengelilingiku.

Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut bukan main, mataku terbelalak, dengan mulutku yang rasanya sudah tidak lagi bisa berteriak.

Dan tidak berhenti disitu saja, waktu itu tubuhku benar benar terasa kaku dengan diringi jantung yang sudah berdetak kencang tidak beraturan.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya aku ditarik oleh istriku dan dengan sigap dia menundukan kepalaku, agar aku tidak lagi melihat semua kengerian itu.

karena aku menganggap jika malam itu sudah berbahaya bagi keluargaku. Akupun waktu itu seketika menyeret tangan istriku untuk segera pergi dan meninggalkan rumahku saat itu.

Setelah bayiku sudah terlihat digendong oleh istriku, akhirnya aku dan istrikupun berjalan cepat kearah pintu utamaku dengan terus menundukan kepalaku.

Namun sayangnya, masih beberapa langkah aku berjalan, tiba tiba istriku berteriak histeris dengan bayiku yang dilemparkan beberapa kali kearah plafon dan dinding yang ada dirumahku.

Dan tidak berhenti disitu saja, setelah puas melempar bayiku, tiba tiba dia berlari kencang keluar rumah sambil berteriak teriak seperti orang yang kegirangan entah kenapa.

Karena aku tidak berhasil mencegahnya, akupun akhirnya mengutamakan keadaan bayiku dahulu sebelum aku mengejar istriku yang saat itu sudah berada jauh diluar rumahku.

Setelah aku berhasil menggendong bayiku yang saat itu menangis tersedu sedu karena habis dilempar, akupun akhirnya segera berlari keluar hendak menyusul istriku yang saat itu kesurupan tidak karuan.

Tapi sayangnya, masih beberapa langkah aku keluar dari rumahku, malam itu tiba tiba kepalaku terasa pusing dengan diiringi perutku yang juga tiba tiba terasa mual tidak karuan.

Dan tidak berhenti disitu saja, saat itu tiba tiba pandanganku menjadi buram dengan diiringi suara aneh yang juga tiba tiba terdengar kencang ditelinga kiri dan kananku.

Dan setelah itu, aku sudah tidak mengingat lagi apa yang telah terjadi, semuanya menjadi gelap dengan suara riuh ramai yang terus terusan terdengar ditelingaku yang entah sumber suara tersebut darimana asalnya.

( Sebenarnya sesaat sebelum aku kehilangan kesadaran, malam itu aku masih sempat ingat jika waktu itu aku sedang dalam posisi menggendong bayiku. Tapi yang membuat aku bertanya tanya adalah, malam itu didepan rumahku, aku sepertinya melihat taburan bunga melati dan garam kasar yang sama seperti yang ada didepan rumah pak Gunawan. Namun karena aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang tiba tiba ada, akhirnya malam itu akupun lupa segalanya. Istriku hilang entah kemana, keadaan bayiku juga bagaimana, dan aku ini kenapa, malam itu aku tidak tau karena aku sudah tidak kuat lagi berbuat apa apa ). Ucap narasumber.

Dan singkat cerita, aku sadar setelah 2 hari lamanya.

Aku terbangun, tiba tiba sudah berada dirumah pak Warno yang kutau beliau adalah tetanggaku yang letak rumahnya sekitar 400 meter dari rumahku.

Ketika aku bangun saat itu, tubuhku rasanya sangat sakit semua seperti habis ditusuk tusuk dengan banyak luka dibagian tangan dan kaki. Dan tidak hanya itu, waktu itu kepalaku juga sudah dibalut dengan kain karena sepertinya aku telah mengalami banyak sekali benturan.

" Pak..istri dan anakku dimana " ucapku saat itu karena aku tidak melihat adanya istri dan anakku dirumah pak Warno saat itu.

" Tenang mas, tenang...mbak Maya dibawa ke puskesmas sama pak RT, di paha dan punggungnya sobek seperti habis ketusuk benda tajam. Mungkin mbak Maya ketusuk ranting Kayu yang lancip. soalnya mas Arya dan Mbak Maya ini kemarin kesurupan beberapa jam tidak ada yang menolong. Kemarin, Mas Antok yang menemukan mbak Maya di area Sawah pak Wahyudi mas, mbak Maya waktu itu sedang berguling guling di ladang padi sambil makan ayam hidup milik pak Wahyudi. Kalau mas Arya sendiri, saya temukan dibelakang rumahku ini mas " terang pak Warno.

" Anak saya dimana pak " sahutku lemas.

" Anak mas Arya juga dibawa ke puskesmas, banyak luka lebam diseluruh tubuhnya mas " imbuh pak Warno.

Dan singkat cerita, setelah aku sadar disiang itu, akhirnya akupun menyusul istri dan anakku yang berada dipuskesmas yang berada jauh dari kampungku.

Sesampainya dipuskesmas, waktu itu aku seketika memeluk istriku dan melihat anakku yang saat itu masih terus terusan menangis

Dan akhir cerita, setelah keadaanku dan keadaan semua keluargaku sudah sedikit membaik, akupun dijemput oleh pak Gunawan dan diajak untuk tinggal sementara dirumahnya karena menurut pak Gunawan, rumah yang kutempai saat itu sudah benar benar tidak aman.

Selama tinggal bersama pak Gunawan, aku terus mengorek informasi tentang apa yang sebenarnya pernah terjadi dirumah peninggalan ayahku itu,

Dan ternyata,

semuanya memang benar adanya.

" Semua cerita tentang rumah itu memang benar, dulu dirumahmu dikenal sebagai rumah jagal karena digunakan sebagai tempat menyembelih orang. Aku juga diberitahu oleh ayahmu meskipun sebenarnya aku tidak tau pasti, apakah cerita itu benar benar ada. Tapi setelah melihat semua kenyataan ini aku percaya jika semua itu benar benar ada. Dulu ketika kamu baru lahir, ayahmu dan ibumu juga kesurupan hebat. Tapi karena kakekmu orang sakti, jadi bisa dengan mudah diatasi " jelas pak Gunawan.

" Terus sekarang aku harus bagaimana pak " ucapku pasrah.

" Mending biarkan rumah itu kosong untuk sementara, rasanya terlalu berbahaya jika harus memaksa tinggal dirumah tersebut, karena kita juga tidak tau pasti seberapa banyak penghuninya " imbuh pak gunawan.

Dan setelah obrolanku waktu itu, akhirnya akupun beberapa hari menumpang dirumah pak Gunawan.

Dan singkat cerita, akupun akhirnya dipinjami uang oleh pak Gunawan untuk biaya mengontrak rumah agar aku tidak lagi tinggal bersamanya dirumahnya.

Dan akhirnya, Pagi itu, aku dan istrikupun berpamitan kepada pak Gunawan dan berterimakasih karena sudah banyak membantuku saat itu.

" Pak, Rumah ku ini sudah saya tawarkan kemana mana, nanti kalau sudah laku, uang bapak langsung kuganti, terimakasih banyak ya pak " ucapku sambil mulai melangkahkan kakiku pergi

Namun anehnya hanya beberapa saat aku melangkah, tiba tiba istriku yang sebelumnya berjalan tepat dibelakangku, pagi itu berhenti dan menoleh kearah pak Gunawan sambil mengutarakan sebuah pertanyaan.

" Oh iya pak,. Bapak tau maksudnya, Makan disuapin, mandi dimandiin, tidur ditemenin dan mati dianterin ? " Ucap istriku lugu dengan tanganya yang masih menggendong bayiku.

Mendengar hal itu, pak gunawan yang sebelumnya tersenyum dengan kepergianku, saat itu seolah terkejut dan tidak percaya dengan apa yang istriku katakan saat itu.

Semua itu terlihat dari matanya yang terlihat melotot dan wajahnya yang juga seketika terlihat merah entah kenapa.

" Sudah kamu jangan kembali kesini lagi, aku tidak mau bertemu kalian lagi, kalian bukan keluargaku, aku gak mau ikut campur lagi " teriak pak Gunawan sambil bergegas menutup pintu utama rumahnya.

Melihat hal itu, tentu saja aku kembali terkejut dengan sikap pak Gunawan yang tiba tiba berubah menjadi acuh dan kembali tidak peduli denganku dan dengan keluargaku.

" Orang itu memang aneh kayaknya Dek, selama kita numpang dirumahnya kan dia baik. Sekarang tiba tiba jadi galak kayak Gitu " ucapku dengan mulai melangkahkan kakiku pergi dari rumah pak Gunawan saat itu.

...........

Akhir cerita,

Kini aku tinggal bersama istriku dirumah kontrakanku yang baru yang letaknya lumayan jauh dari kampungku. Dan seiring berjalannya waktu, kini anakku sudah tumbuh dewasa dengan kedua kakinya yang tidak bisa digunakan sebagai mana mestinya.

.selesai.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PENDAKI GANJIL
12
0
( semua nama dan tempat dalam cerita ini disamarkan, mohon maaf jika ada kesamaan ).Pengalaman waktu itu, tentu saja menjadi pengalaman yang tidak akan pernah bisa aku lupakan selama hidupku,bahkan, bisa dikatakan sejak adanya kejadian tersebut, aku yang sebelumnya hobby mendaki gunung, saat itu seketika berhenti mendaki hingga saat ini.Rasa trauma dan takut, tentu saja ada.Bagaimana tidak,Andai saja waktu itu tidak ada dia dirombongan kami, mungkin saat ini aku tidak ada disini dan berbagi cerita seperti ini.Langsung saja. PENDAKI GANJIL Perkenalkan namaku Arya, aku adalah seorang karyawan diperusahaan ternama yang ada di indonesia,Pendakian waktu itu, terjadi ketika aku masih berusia 25 tahun.Aku yang belum bekerja seperti sekarang ini, tentu saja masih suka mendaki kesana kemari demi menyalurkan hobby yang memang sudah kugemari sejak aku duduk dibangku sekolah SMA Negeri.Masih sangat teringat jelas dikepalaku,Malam itu adalah malam dimana aku dan ke dua rekanku hendak mendaki gunung yang ada dikotaku.Waktu yang menunjukan sudah pukul 19.00 malam dengan disertai hujan yang turun, sama sekali tidak menyurutkan niatku untuk menaklukan gunung yang memang sudah lama tidak ku daki itu. Kita berangkat malam ini gar ucapku sambil memasukan barang barangku satu persatu kedalam carrier ku. Iya wes, senin aku ada acara bro, jadi kita naik malam ini dan turun besuk pagi. Jadi sampai rumah aku masih bisa beristirahat ucap Tegar sambil menyalakan sebatang rokok yang ada ditangannya. Ini kita cuma bertiga nih, temen lu gak jadi ikut gar sahut Johan yang saat itu juga terlihat sibuk mengotak atik ponselnya. Enggak jadi bro, ada acara mendadak katanya jawab Tegar Singkat. Gpp nih kita mendaki ber 3 aja, lu juga tau kan, pantangan di gunung ini, gak boleh ndaki dalam jumlah ganjil ucapku. Mudah mudahan sih aman. Hallah,, asal kita gak ngganggu aja bro, bismillah aja deh jawab Tegar santai, Mana hujannya deres banget lagi sahut Johan Udah,, jangan banyak omong, hayuk berangkat jawab Tegar dengan mulai menganggkat tas punggungnya kemudian diletakkan diatas motornya.Dan benar,Sabtu malam itu, kami ber 3 benar benar berangkat menuju pos pendaftaran untuk mendaki gunung yang memang terletak tidak jauh dari tempat tinggalku saat itu.Selama perjalanan, tentu saja aku dan rekan rekanku sudah ditemani guyuran hujan yang saat itu turun dengan sangat lebat.Bahkan, jas hujan yang kupakaipun seolah tidak berguna sama sekali mengingat semua pakaian yang kukenakkan tetap saja dalam keadaan basah.Dan seiring berjalannya waktu, akhirnya akupun sampai dipos perijinan yang ada di kaki gunung ini.Namun sayangnya, saat itu kondisi pos sangatlah sepi, hanya ada 1 buku tamu yang tergeletak di meja depan pintu dengan satu penjaga yang terlihat tertidur pulas diatas kursi panjang yang ada didalam pos waktu itu. Kok sepi ya gar, terus gimana ini ucap Johan Ya iyalah sepi, orang hujannya lebat kayak gini, sahutku, hussttt....diem, kita isi aja nama kita bertiga di buku tamu itu diem diem, terus kita naik deh,, hehehe....biar kagak bayar, mumpung penjaganya lagi tidur ucap Tegar.Dan akhirnya, setelah Tegar selesai mengisi nama kita bertiga, akupun malam itu memulai pendakianku.Diawal pendakian, semuanya nampak biasa biasa saja, track yang licin dengan hujan yang tidak berhenti turun, tentu saja membuatku sangat berhati hati dalam melangkahkan kaki.Terlebih lagi, pandanganku malam itu juga mulai terbatas ditambah sorot lampu senter yang memang menyala dengan sangat kurang terang.Hingga akhirnya, sekitar pukul 21.45 malam, aku dan rombongankupun sampai di sebuah tempat istirahat yang biasa kami sebut dengan sebutan pos 1.Malam itu, di pos tersebut, aku sama sekali tidak melihat satupun pendaki lain selain rombonganku. Semuanya nampak sepi seolah olah hanya aku dan rombonganku yang saat itu mendaki gunung itu. Kita diriin tenda disini dulu yuk, kita makan malam sambil istirahat, badanku gemeter kedingingan nih ucap Johan,Setelah mendengar keluhan johan, akhirnya akupun setuju untuk mendirikan tenda sementara, agar aku dan rekan rekanku bisa sedikit bersitirahat.Dan disinilah, semua cerita ini dimulai.Ketika tenda sudah berdiri dan aku sedang asyik menikmati mie instan, tiba tiba aku dan rekan rekanku dihampiri oleh seorang pemuda yang terlihat dalam keadaan basah kuyup.Baju abu abu dengan ikat yang ada dikepalanya, masih kuingat dengan jelas jika waktu itu dia memang datang menghampiri tendaku. Mas..permisi, boleh gabung ?...saya gak bawa jas hujan ucap laki laki tersebut dengan keadaan yang terlihat sangat kedinginan. Ooh iya mas, silahkan, sini langsung masuk kedalam saja mas jawabku,Dan singkat cerita, akhirnya diapun masuk kedalam tendaku dan akhirnya kamipun berkenalan.Malam itu, dia mengaku bernama Imam. Dan anehnya, dia juga mengaku mendaki gunung tersebut hanya seorang diri tanpa ada satupun orang yang menemani. Nama saya Imam mas, saya sendirian disini ucapnya mengawali pembicaraan. Naik sendirian malam malam ?, Sahut Tegar, Iya mas hehehe jawabnya. Yaudah kita gabung saja mas biar rame usul Johan, Iya mas, niat saya juga mau gabung sama kalian, kalian cuma bertiga kan, bahaya lho mas, imbuhnya.Dan setelah pertemuan kami malam itu, akhirnya kamipun sepakat untuk melanjutkan pendakian bersama sama.Malam itu, waktu menunjukan pukul 23.30 malam, langkah yang semakin berat dengan hawa yang semakin dingin, tentu saja membuat pendakianku semakin lama semakin berat saja.Langkah demi lengkah,kulalui perlahan dengan sesekali mndengar ocehan tegar yang sedikit mencairkan keadaanTapi anehnya, ditengah tengah kami melangkah, tiba tiba aku mencium bau busuk yang seolah mengikuti setiap langkah kakiku.Bahkan, akupun juga masih ingat, bau busuk tersebut benar benar tercium kuat berasal dari belakang tubuhku.Namun sayangnya, ketika aku menoleh kearah belakang, waktu itu aku hanya melihat adanya Imam dengan tidak melihat siapapun selain dia.Ya karena aku baru kenal dan kurang enak kalau harus menanyakan tentang bau busuk tersebut kepada Imam, akhirnya aku hanya diam dengan mulai membalut hidungku dengan Buff kain yang ada di leherku.Dan seiring berjalannya waktu, kamipun akhirnya sampai di pos berikutnya.Di pos tersebut, hujan yang sebelumnya turun dengan lebat, saat itu perlahan lahan sudah mulai reda, tinggal hawa dingin yang semakin lama semakin menusuk saja.Aku dan rombongankupun akhirnya beristirahat dengan sesekali bercengkerama.Dan disaat itulah, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan adanya sosok laki laki tua yang terlihat duduk tidak jauh dari tempatku beristirahat.Sosok tersebut, nampak hanya memakai singlet putih kusam dengan sebatang rokok yang ada ditangannya.Dan tidak berhenti disitu saja, selain terlihat ada tongkat di samping tempat duduknya, aku juga melihat sosok kakek tersebut menatap kearahku dengan tatapan yang sepertinya kurang mengenakkan.Melihat hal itu, tentu saja seketika tubuhku bergetar, jantungku berdetak dengan nafasku yang juga seketika ngos ngosan.Dan dengan memalingkan pandanganku, akupun memegang tangan Johan yang ada disampingku dan memberi tanda bahwa aku melihat sesuatu yang harus dia lihat.Namun sayangnya, belum sampai aku memberi tau Johan, tiba tiba pundakku ditepuk oleh Imam dan diapun mulai memberitahuku jika semuanya akan baik baik saja. Sudah mas, jangan dihiraukan, kita gak mengganggu kok, mereka datang karena mencium aromaku bisik Imam.Mendengar hal itu,akupun sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun dan langsung menatap Imam dngan tatapan yg keheranan dengan maksud perkataan yng telah dia ucapkan Disini saya hanya membantu, biar jumlah kalian Genap imbuhnya.Mendengar hal itu, tentu saja aku seketika terkejut dan masih saja kebingungan.Namun sayangnya, belum selesai aku merasa kebingungan, tiba tiba Tegar mengagetkanku dengan ucapan yang menandakan jika aku harus melanjutkan perjalanan. Udahan ya istirahatnya, kita lanjut lagi, ucap tegar jelas.Mendengar hal itu, akhirnya akupun melanjutkan pendakianku dengan perasaan yang sudah sangat tidak karu karuan.Selama perjalanan, aku terus saja memperhatikan Imam yang kini berjalan tepat didepanku.Tulisan tulisan di bajunya, di tasnya, saat itu kubaca satu persatu, bahkan mulai ujung kaki sampai ujung kepala, malam itu tidak satupun yang luput dari pandanganku.Dan disaat itulah, aku mulai sadar jika Imam bukanlah orang biasa.Semua itu bukanlah tanpa alasan, karena menurutku, selama pendakian ini, dialah yang terlihat paling tenang diantara kami.Bahkan, dia juga melihat apa yang baru saja kulihat, tapi hebatnya, dia tidak sedikitpun terlihat gugupkarena mungkin dia tau, bahwasanya gugup adalah hal yang bisa beresiko bagi keselamatan jika kita dalam keadaan mendaki gunung.Mengetahui hal itu, akhirnya akupun melontarkan beberapa pertanyaan kepada Imam karena aku mulai curiga, jika mungkin ada alasan lain kenapa imam mau bergabung bersama kami. Mas Imam sering mendaki sendiri ya mas ucapku memulai pembicaraan. Kalau di gunung ini,,IYA jawabnya singkat Mas aslinya mana imbuhku Sini aja mas jawabnya dengan tidak sekalipun menolehkan wajahnya kearahku.Dan karena kurasa pertanyaanku mengganggunya, akhirnya akupun diam sambil tidak lagi menanyakan pertanyaan untuknya.Dan singkat cerita, akhirnya akupun sampai di puncak gunung yang kudaki saat itu.Dipuncak tersebut, malam itu aku melihat hanya ada 2 tenda pendaki lain yang terlihat berdiri berjauhan disudut sudut puncak gunung ini.Bahkan, aku juga masih ingat, malam itu karena imam ternyata juga membawa tenda sendiri, akhirnya tendakupun berdiri berjejer dengan tenda imam yang memang berbentuk lebih kecil dari tendaku.Dan setelah semua tenda berdiri, akhirnya kamipun duduk bercengkerama didepan tenda dengan mulai membuat secangkir minuman hangat yang kuharap bisa sedikit menghangatkan tubuhku.Dan singkat cerita, ditengah tengah aku sedang menikmati secangkir minumanku, lagi lagi pandanganku teralihkan dengan sosok laki laki tua yang sama dengan sebelumnya kulihat.Namun anehnya, kali ini dia tidak hanya 1 orang, melainkan ada sekitar 5 orang yang terlihat menyebar mengelilingi tendaku saat itu.Mereka semua berpakaian sama dengan tongkat kayu yang ada ditanganya.Ada yang duduk, ada yang jongkok, dan ada yang berdiri.Semua bersama sama menatap kearah tendaku dengan tatapan yang terlihat penuh dengan ancaman.Mengetahui hal itu, akupun seketika memandang kearah Imam yang saat itu juga terlihat memandangi sosok kakek kakek yang terlihat di tiap tiap sudut puncak gunung tersebut.Dan tanpa berfikir panjang lagi, akhirnya akupun mengajak Tegar dan Johan untuk segera masuk kedalam tenda dengan tidak sekalipun menceritakan apa yang sebenarnya sudah kulihat. Yuk bro, istirahat, aku udah capek nih ajakku. Bentar ah, masih enak diluar jawab Tegar, Benar, mending kalian masuk saja sekarang, sahut Imam dengan suara kencang sambil menoleh kearahku dan rekan rekanku seraya memberi tanda jika diluar tenda keadaan sudah menjadi sangat berbahaya.Ketika didalam tenda, akhirnya akupun menceritakan kejadian yang sebenarnya karena saat itu Tegar mulai resah dengan tingkah laku Imam. Lu ngapain sih nurut sama Imam, dia sok sok an merintah kita suruh masuk tenda , emang siapa dia protes Tegar, Udah nurut aja deh gar. Soalnya, sebenarnya aku tadi lihat kayak ada hantu di gunung ini ucapku pelan, Ah yang bener lu sahut Johan, Iya jo, nah tapi si Imam ini kayak sudah sering kesini, jadi udah terbiasa dengan gituan, mending kita nurut aja deh, biar aman jawabku, Eh gimana hantunya bro, aku kok penasaran sahut Tegar, Udah nanti aja kalau dirumah kuceritain jawabku.Dan setelah obrolan didalam tenda malam itu, akhirnya kamipun tetap bertahan didalam tenda dengan sesekali mengintip kearah luar tenda untuk memastikan keadaan tetap baik baik saja.Dan anehnya, setiap aku mengintip kearah luar tenda, malam itu aku melihat Imam tetap duduk di posisinya dengan sesekali terlihat mengobrol dengan seseorang yang tidak ada wujudnya.hal itulah yang akhirnya membuat aku semakin tidak nyaman dan tidak berani lagi untuk keluar dari tendaku malam itu.Bahkan, malam itu aku juga kembali mencium bau busuk yang tercium lebih menusuk. Dan tidak hanya aku, kali ini Johan dan Tegar pun juga ikut mencium bau busuk yang memang sebelumnya sudah kucium tersebut.Dan tidak berhenti disitu saja, malam itu aku juga mendengar tiba tiba ada seseorang yang berjalan pelan mengelilingi tendaku dengan sesekali melempari tendaku dengan gumpalan gumpalan tanah yang kuduga kuat semua itu memang sngaja dilakukan untuk menggangguku dan rekan rekanku.Detik demi detik, hingga saat ini masih sangat teringat jelas diingatanku. waktu, seolah berjalan sangat lambat ditambah dengan sesekali suara auman, tangisan hingga teriakan, saat itu benar benar terdengar jelas dari arah sekitar tendaku.Aku dan kedua rekanku, malam itu benar benar sangat ketakutan dengan tubuh yang tidak lagi bisa berhenti gemetar tidak karuan.Botol air mineral yang sudah penuh dengan air kencingku ditambah dengan makanan yang tetap utuh didalam tenda ini, benar benar menandakan jika malam itu, kami sama sekali tidak berani keluar dari tenda dan hanya bertahan didalam tenda meskipun apapun yang terjadi.Bahkan, Kami juga sempat bergiliran mengintip kearah luar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.Dan kali ini, bukan hanya aku, akhirnya semuapun melihat apa yang sebenarnya sudah kulihat.Sosok kakek kakek tua dengan tongkatnya, malam itu ternyata sudah terlihat duduk tidak jauh didepan tenda kami.Dan tidak hanya itu, johan pun mengaku juga melihat ada sosok perempuan berambut panjang yang juga sedang menatapi tendaku dengan sesekali memutar mutar lehernya kekanan dan kekiri.Malam itu, tendaku benar benar seolah dikepung oleh makhluk halus penunggu gunung tersebut,. Mereka secara bergiliran mengganggu bahkan memanggil manggil namaku agar aku mau keluar dari tendaku saat itu.Dan singkat cerita, setelah semalaman bertahan, akhirnya sekitar pukul 05.00 pagi, aku mulai berani membuka tendaku karena aku mendengar suara pendaki lain yang terdengar tertawa riang seolah menyambut matahari terbit yang sudah menjadi ciri khas dari gunung ini.Namun anehnya, setelah aku membuka tenda, pagi itu aku tiba tiba tidak lagi melihat adanya tenda yang berdiri selain tendaku.Kondisi puncak sangat sepi dengan hanya ada sisa sisa snack dan sampah yang berceceran disana sini.Dan tidak hanya itu, tenda imam yang sebelumnya ada tepat disampingkupun, malam itu juga tiba tiba menghilang entah kemana.Padahal seingatku, semalam, aku, johan dan tegar, tidak ada yang tidur sama sekali, jika imam turun dulu, mungkin salah satu dari kami pasti ada yang mendengarnya.Tapi ini tidak,Tidak ada satupun dari kami yang mendengar suara imam membereskan tendanya. bahkan, kami semalaman hanya mendengar suara suara aneh yang terdengar sangat menyeramkan.Mengetahui semua itu, akhirnya aku dan kedua temankupun bergegas membereskan tendaku untuk segera pergi meninggalkan gunung yang kudaki ini.Ditambah, suara tawa pendaki lain yang sebelumnya terdengar sangat jelaspun, saat itu ternyata juga tidak ada wujudnya.Hal itu tentu saja membuatku semakin mempercepat tanganku membongkar tendaku agar aku bisa segera pergi dari gunung tersebut.Dan setelah semuanya selesai, akhirnya kami ber tiga pun berjalan turun dengan langkah yang lebih cepat dari biasanya.Tidak ada lagi candaan dari Tegar maupun ucapan dari Johan, kami bertiga hanya diam dengan terus menatap kedepan dengan perasaan yang sudah sangat ketakutan.Dan anehnya, setelah beberapa lama aku berjalantiba tiba aku mendengar suara teriakan kencang dari arah belakang yang setelah kutoleh, ternyata sumber suara tersebut adalah Imam yang berteriak dengan melambai lambaikan tangannya dari kejauhan seraya mengucapkan selamat tinggal. Woooeeeyyyyyy.. hati hati ya..... Teriak Imam dengan terus melambai lambaikan tangannyaMengetahui hal itu, tentu saja akupun seketika berlari kencang dengan diikuti johan dan tegar yang juga ikut berlari karena ketakutan. Ya allah,,,toloong teriakku dengan terus berlari tidak berhenti.Dan akhirnya, setelah beberapa jam lamanya, akupun sampai di pos pendaftaran yang selanjutnya kamipun menceritakan apa yang sudah terjadi kepada kami. Disini memang pamali mas kalau naik dengan jumlah Ganjil, kalau maksa naik, akhirnya ya gitu, kalau gak diganggu, ya pasti ada yang ikut gabung.Saya kemarin gak lihat waktu kalian naik sih, kalau saya lihat waktu kalian mau naik dengan jumlah ganjil, pasti saya tahan dulu, nunggu rombongan lain. Terang petugas loket Ya mana ada rombongan lain pak, orang kemarin hujannya deras banget. Kalau bapak tahan saya, pasti ujung ujungnya saya gak jadi naik, toh gak ada pendaki lain selain kami diatas sampai pagi ini. Saya turun tadi juga gak ketemu pendaki yang lagi naik kok pak sahut Tegar lugas Loh kata siapa se sepi mas, ini kan hari Minggu, gak mungkin lah gunung ini sepi, ini lo lihat,,, hari ini ada 48 pendaki yang naik termasuk kalian, yang naik hari sabtu kemarin ada 35 orang dan yang naik pagi ini baru ada 10 orang.La itu lihat, semua kendaraannya juga diparkir disebelah pos ini jawab petugas pos pendaftaran dengan menunjukan buku registrasi Pendaftaran para pendaki kepada kami.Mendengar hal itu, tubuhku seketika lemas dengan tidak lagi mengerti dengan apa yang sudah terjadi.Semuanya nampak sepi dimata kami namun sebenarnya banyak pendaki lain yang sedang mendaki gunung ini.Dan setelah semua kebingungan kami belum kami fahami, akhirnya akupun mengajak semua rekanku untuk segera pergi meninggalkan gunung ini.Sesampainya dirumah, akupun masih dipenuhi rasa trauma, kebingungan dan ketakutan setelah kejadian yang telah ku alami.Bahkan, Johanpun juga kudengar dibawa pergi oleh keluarganya ketempat salah satu tokoh agama yang ada dikotanya karena menurut keluarganya,setelah turun dari gunung tersebut, setiap malam, orang tua johan sering mendengar johan berteriak teriak sendiri seolah sedang melihat sesuatu yang sangat menakutkan.Dan akhir Cerita, setelah semuanya selesai, kini aku sudah jarang sekali pergi mendaki gunung, ya..karena selain sibuk dengan semua pekerjaanku, pengalaman itu tentu saja memberikan pelajaran tersendiri bagiku.Namun terlepas dari itu semua, aku tetap bersyukur karena aku bisa turun dengan keadaan yang baik baik saja.Semoga, dengan adanya pengalaman sepilu itu, bisa membuat kita lebih berhati hati lagi dalam mendaki gunung gunung yang ada di negeri ini.Terimakasih teman teman, semoga cerita ini menemani hari hari kalian.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan