
Full story
Kali ini lakon story akan membagikan pengalaman dari salah satu teman kita di sosial media, sebuah pendakian yang terlarang karena mereka telah mengabaikan pantangan yang seharusnya mereka patuhi.
Mungkin memang sudah banyak kisah diluar sana tentang pendakian yang bermasalah jika salah satu pendaki dalam keadaan Haid atau datang bulan, kali ini, selain ada yang Haid, mereka juga kurang menguasai medan serta melakukan perjalanan saat malam hari, jadi tidak heran kalau mereka semua mengalami...
Full story
Kali ini lakon story akan membagikan pengalaman dari salah satu teman kita di sosial media, sebuah pendakian yang terlarang karena mereka telah mengabaikan pantangan yang seharusnya mereka patuhi.
Mungkin memang sudah banyak kisah diluar sana tentang pendakian yang bermasalah jika salah satu pendaki dalam keadaan Haid atau datang bulan, kali ini, selain ada yang Haid, mereka juga kurang menguasai medan serta melakukan perjalanan saat malam hari, jadi tidak heran kalau mereka semua mengalami berbagai Gangguan dari makhluk halus yang sangat menyeramkan.
Langsung saja
" PENGHUNI LAIN GUNUNG KEMBANG "
Gunung Kembang merupakan salah satu gunung yang berada di Jawa Tengah,memiliki ketinggian 2320 MDPL. Gunung Kembang sudah didaki sejak tahun 1993, menurut beberapa warga, gunung kembang ini terkenal sangat mistis dengan segala kisahnya.
Tetapi hal itu sama sekali tidak menjadi masalah bagi kami, kami berangkat dengan bermodalkan niat baik hanya untuk menikmati keindahan Gunung Kembang yang memang menawarkan keindahan yang luar biasa.
Saat itu rombongan kami beranggotakan 6 orang
Perkenalkan saya Adit, dan teman teman saya Intan, Putri, Shela, Dani, dan Rifki, ( semua nama dalam cerita ini disamarkan ).
Waktu itu, Kami memang memulai pendakian pada sore hari, dikarenakan banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan terlebih dahulu.
Dan dari awal, rombongan kami sudah bisa dikatakan bermasalah karena salah satu dari kami dalam keadaan Datang Bulan, yaitu Intan.
Hal itu memang sudah kami ketahui sejak awal dari rumah, dan entah apa alasannya aku lupa, kenapa kami bersikukuh melanjutkan pedakian saat itu.
Karena jarak rumah kami ke pos pendaftaran Gunung Kembang yang lumayan jauh, membuat kami sampai di pos pendaftaran sore hari, setelah melengkapi logistik dan istirahat sebentar, kamipun melakukan Registrasi dan memulai pedakian sekitar pukul 17 00.
Di awal pendakian memang semua terlihat biasa biasa saja, hingga akhirnya kami memasuki pos peristirahatan yang biasa kita sebut dengan sebutan Kandang celeng.
Disitu aku pertama kalinya melihat sosok kakek kakek berbadan kurus dengan memakai baju adat jawa lengkap dengan blankonnya.
Beliau duduk tepat di belakang Intan, hal itu memang sengaja tidak kusampaikan kepada teman temanku, karena saat itu aku takut merusak suasana. Jadi waktu itu aku hanya memilih diam, mengingat akulah yang mengajak mereka semua untuk ikut dalam pendakian ini.
Perjalanan pun kami lanjutkan, karena dalam rombonganku aku satu satunya yang pernah mendaki gunung ini, jadi akulah yang memimpin perjalanan dengan berada di baris paling depan. Selama perjalanan sesekali saya menoleh ke arah belakang, dan memang masih terlihat sosok kakek kakek tersebut nampak mengikuti sekitar 10 langkah di belakang kami.
Perjalanan pun berlanjut.
Hawa dingin mulai terasa, ditambah suara jangkrik yang khas, seolah menjadi teman perjalanan kami saat itu.
Tiba tiba ditengah perjalanan,
Kami dikagetkan dengan suara lonceng dan suara langkah kaki, seolah ada pendaki lain yang berpapasan dengan rombongan kami, padahal saat itu track sedang sepi.
Dan tidak sampai disitu saja, ternyata saat itu semua anggota rombonganku juga mendengarnya, dengan perasaan yang sangat ketakutan ,kami pun saling bertatapan, mencoba menahan diri agar tidak gugup dan mulai berdoa sebisanya.
Suasana yang sebelumnya biasa biasa saja saat itu mendadak berubah menjadi mencekam,ditambah saat itu Putri dan Shela tiba tiba memohon agar tidak melanjutkan perjalanan dan kembali pulang.
" Dit, balik aja yuk, Gak berani di Gue, itu tadi suara apa'an deket banget, berasa pas didepan kita lo, balik aja yuk, aku takut " Ucap Shela
" Iya nih Dit, apalagi kita bawa Intan, dia lagi Haid , perasaan gue sudah gak enak dari tadi Dit " tambah Putri.
" Lanjut aja, Gunung ini gak tinggi banget kok, gak lama lagi kita nyampek, bismillah aja pelan pelan, mau balik udah nanggung, kita uda sampai sini " terangku menenangkan.
" Iya put nanggung nih " tambah Dani dan Rifki.
Kami pun akhirnya berhenti sejenak, dan mencoba menenangkan diri, disela sela kami duduk Intan tiba tiba menghampiiriku.
" Dit, kita baik baik saja kan, gue merasa ada yang ngikutin kita lo dari tadi, mau noleh kebelakang gak berani, gelap banget si," ucap Intan.
" Hallah, itu cuma perasaanmu saja, tetap berfikir yang baik baik saja, sambil terus berdoa ya, kita sudah gak jauh kok,mungkin 2 jam an lagi kita sampai puncak", terangku menenangkan Intan, Padahal saat itu aku lagi lagi melihat sosok kakek kakek tersebut duduk kembali tepat di belakang intan.
Karena aku mulai khawatir dengan Intan, Akhirnya aku pun mengajak mereka untuk segera kembali melakukan perjalanan.
Setelah beberapa lama kemudian akhirnya kami sampai di pos peristirahatan berikutnya.
Perlu diketahui,
Gunung Kembang, meskipun bukan gunung yang tinggi tetapi track disini sangat menguras tenaga jadi tidak heran gunung ini memilik beberapa pos peristirahatan.
Saat kami coba melemaskan otot otot kami yang sudah mulai lelah, lagi lagi Intan menghampiriku dan kembali dia mengaku melihat sesosok penampakan.
Hal itu sengaja tidak diceritakan kepada putri dan shela karena Intan khawatir mereka akan ketakutan dan kembali untuk mengajak turun.
Saat itu langsung ku potong perkataannya karena aku berfikir itu akan malah menjadi beban, karena menurutku saat itu, selama mereka tidak menganggu, biarkan saja, memang di semua gunung pasti ada penunggunya, orang namanya kita ini juga sedang Bertamu, ucapku kembali menenangkan Intan.
Dan tidak sampai disitu, tiba tiba saat itu angin berhembus sangat kencang disertai suara burung gagak yang sangat nyaring seolah mengusir kami dari pos peristirahatan tersebut, kami sontak berteriak dan lngsung berlari meningalkan pos tersebut dengan penuh ketakutan.
Karena saat itu aku juga ketakutan tanpa kusadari saat kita berlari dari tadi, kami telah belok kearah yang salah.
Memang salah satu pos di gunung ini terdapat beberapa simpangan jalan yang membingungkan pendaki. Tetapi saat itu alhamdulilah kita diingatkan pendaki lain yang tiba tiba meneriaki kami bahwa rute yang kami ambik salah.
Saya pun kaget, kok tiba tiba ada pendaki lain, akhirnya kami kembali dan berterimakasih kepada pendaki tersebut yang mengaku berlari kearah kami karena mendengar teriakan, dan mereka berfikir ada sesuatu yang terjadi. Eh ternyata kita melihat kalian ke arah yang salah, ucap pendaki tersebut.
Setelah melakukan sedikit obrolan, kami pun melanjutkan perjalanan bersama sama dan akhirnya kami sampai di puncak dengan selamat.
Saat itu kondisi puncak lumayan ramai, hal itu membuat kami yang sebelumnya ketakutan menjadi lebih tenang.
Tetapi bagiku tidak, karena saat itu aku masih saja melihat sosok kakek kakek yang dari tadi mengikuti kami dari bawah.
Beliau kembali duduk dan memandangi semua aktifitas di tenda kami, karena menurutku dia adalah makhluk halus, jadi aku tidak berani sama sekali untuk mendekatinya, aku hanya sesekali melihatnya dan kembali tidak menghiraukannya agar rombonganku tetap tenang.
Malam semakin larut dan kami harus bergantian untuk menjaga tenda, karena gunung ini masih banyak babi hutan yang tidak segan segan memasuki tenda pendaki untuk mencuri makanan.
Oleh karena itu sudah menjadi pemandangan yang wajar jika hingga larut malam, kami masih mendengar suara pendaki lain yang bercengkerama.
Saat itu aku, Dani Dan Rifki sepakat untuk gabung tenda sebelah untuk bersilaturahmi dan menjaga mata agar tidak mengantuk.
Dan,
Setelah beberapa lama, kami pun dikejutkan dengan suara teriakan histeris dari dalam tenda kami yang ternyata itu adalah suara Intan.
Intan yang awalnya kukira dia berteriak karena diganggu babi hutan,
ternyata tidak,
dia mengaku melihat ada sesosok makhluk hitam dan bermata merah yang terbang mengelilingi tenda, seolah hendak memegang intan saat itu.
Aku pun sangat terkejut,
Ditambah melihat keadaan intan yang sangat lemas pucat karena mungkin dia Drop, syok , dan ditambah kelelahan, membuat aku merasa semakin bersalah karena akulah yang bersikukuh untuk melanjutkan perjalanan ini.
Sepanjang malam pun aku putuskan untuk tidak tidur dan menjaga teman temanku sembari aku sesekali memandangi ke arah kakek tersebut.
Karena aku yakin kakek tersebut ada hubungannya dengan semua gangguan yang kami alami sehingga perjalanan kali ini menjadi tidak menyenangkan.
Malam semakin larut.
Tiba tiba Rifki mengaku mencium bau bangkai yang sangat menyengat.
" Dit, bau apaan nich, busuk banget. ? Ucap Rifki
" Mungkin ada bangkai Babi Hutan disekitar sini ki ayo kita cari " ucap Dani,
Aku saat itu hanya diam karena kutau, itu bukan bau bangkai Babi Hutan, karena itu adalah bau busuk dari makhluk halus, yang biasa kita kenal dengan Genderuwo, aku mengenal Bau ini karena aku pernah mencium Bau seperti ini di Gunung lain dan menjumpai sosoknya, hitam, tinggi dan berbulu lebat sekujur tubuhnya.
Jadi waktu itu memang sengaja kubiarkan mereka untuk mondar mandir mencari sumber bau yang tidak mungkin bakal mereka temukan, fikirku.
Disela sela aku ditinggal Dani Dan Rifki menelusuri sumber Bau tersebut, tiba tiba diatas tendaku seolah ada sosok burung yang sangat besar sekali sedang terbang rendah mengelilingi tenda, itu terdengar dari suara kepakan sayapnya yang sangat jelas sekali terdengar di telingaku, ditambah hembusan anginnya yang kencang sampai menerpa pipiku.
Ketika kucoba cari di langit dan disekitar tenda , Hewan tersebut tidak ada, mungkin interaksi inilah yang membuat Intan saat itu menjerit histeris. Akupun menduga itu bukan seekor burung atau hewan, melainkan makhluk halus yang coba ingin menganggu Intan karena mencium bau darah Haid.
Selain itu, disaat yang sama aku juga sudah tidak melihat sosok kakek kakek entah kemana dia menghilang aku juga tidak tau. Hal itu membuat dugaanku semakin kuat bahwa sosok kakek tersebut berhubungan dengan semua interaksi yang terjadi kepada kami.
Saat itu aku langsung, memanggil Dani dan Rifki, agar aku lebih tenang, karena saat itu badanku juga gemetar semua karena ketakutan.
Setelah ku ceritakan sedikit kepada Rifki tentang adanya gangguan binatang terbang tadi, entah apa yang dilakukan Rifki, belum selesai dia mendengarkan ceritaku tiba tiba dia memasuki tenda dan mengambil sedikit garam dan ditaburkan di sekitar tenda.
Entah maksudnya waktu itu aku tidak terlalu faham, yang jelas, usaha Rifki tersebut bisa dikatakan berhasil. Karena, gangguan kami malam itu memang berangsur angsur menghilang.
Karena kelelahan akhirnya aku ketiduran di depan tenda. Aku terbangun karena kaget suara Shela membangunkan ku dan berkata bahwa dia akan turun saat itu juga.
Melihat waktu masih menunjukan pukul 6 pagi, aku mencoba tidak menyetujuinya dan mengajak agar kita sarapan dulu sebelum turun.
Tawaranku pun mereka tolak, karena saat Itu Intan sudah berubah, seolah kami sudah tidak mengenalinya lagi, dia jadi pendiam dan tidak mengucapkan sepatah katapun dan dengan tatapan kosong,. Dia hanya sesekali bilang " ayo turun, ayo turun ".
Hal itu sontak membuat kami cemas dan langsung menurutinya, karena kami semua khawatir dengan keadaannya.
Saat itu aku juga sudah lega, karena aku sudah tidak melihat lagi sosok kakek kakek yang sejak awal mengikuti kami.
Akhirnya tanpa fikir panjang, kami memutuskan untuk langsung turun.
Sepanjang perjalanan turun, Intan sudah tidak mengeluarkan sepatah katapun dan dia berjalan lebih cepat dari biasanya, dan entah kenapa,
saat itu meskipun suasana pagi hari, kami seolah banyak yang mengikuti.
Itu terasa dari bau aneh yang sesekali tercium dan ditambah suara burung gagak yang terdengar sangat dekat sekali tetapi tidak ada wujudnya. Seolah ada makhluk terbang disekitar kami yang mengintai dan siap menerkam kami kapan saja.
Singkat cerita kami sampai dibawah dan berhasil melewati gangguan gangguan tersebut.
Sesampainya di bawah,,
kami semua langsung menuju rumah intan karena kami semua mengkhawatirkan keadaannya.
Dan betapa anehnya ketika sampai di rumah Intan,.
Dia langsung masuk rumahnya dan kita di hadang oleh Ibunya, agar kita tetap diluar saja, kami pun dengan perasaan penuh tanda tanya akhirnya menurutinya.
Selang beberapa lama akhirnya Intan sudah keluar dengan wajah yang lebih segar dan seperti tidak habis turun gunung.
Beda dengan kami yang masih kusut dan wajah yang sangat kelelahan.
Kami pun lega melihat kondisi intan yang baik baik saja, lalu kami semua istirahat di rumah Intan sambil memasak Mie instan sisa kemarin yang memang belum habis.
Disela sela kami istirahat, Ibu Intan tiba tiba menghmpiri kami semua dan berkata bahwa Intan dari awal sudah saya larang untuk ikut kalian mendaki gunung, karena dia memaksa akhirnya ibu ijinkan.
Ketika kalian pulang tadi, aku sudah tidak melihat Intan yang masuk kerumah ini, tetapi ibu melihat sosok kakek Intan yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, Ibu langsung tersenyum karena ibu menduga bahwa kakek intan ikut serta dalam pendakian kalian.
Jadi Tadi Intan masuk rumah dan langsung bikin kopi kesukaan kakeknya saat masih hidup lalu istiqosah sebentar, alhamdulillah kakeknya langsung keluar, mungkin terlalu sayang sama cucunya kali ya, Terang Ibu Intan
Untung Intan saat itu tidak buang air kecil di gunung tersebut, jika intan buang air kecil mungkin ceritanya akan berbeda , ucap ibu Intan.
Aku yang mendengar penuturan ibu Intan sontak langsung terkejut ternyata sosok kakek yang aku lihat kemarin itu ternyata menjaga Intan. Akupun kembali mengingat kejadian waktu Intan berteriak mengaku melihat sosok terbang di tenda.
Kalau memang saat itu Intan tidak dijaga mungkin saat itu dia hilang atau kesurupan.
Wah bahaya nih memang perjalananku, ucapku dalam hati.
Saat itu aku langsung sangat sangat bersyukur karena kami masih di beri keselamatan, kalau sampai terjadi apa apa terhadap Intan, pasti orang tua Intan akan menuntut kami dan cerita ini akan menjadi tambah panjang.
Akhir cerita saat itu kami berpamitan dengan keluarga intan dan membawa sebuah pengalaman yang tidak akan pernah kami lupakan sepanjang hidup kami.
Untuk wawancara dengan tokoh Intan dalam cerita tersebut seperti biasa sudah tersedia di youtube : LAKON STORY, disitu kita akan coba mendengarkan sedikit penuturan Intan tentang apa saja yang dia alami selama pendakian.
Terimakasih teman teman semoga pengalaman ini menemani hari hari kalian.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
