Pink: Perjuangan Tiga Perempuan Mendapatkan Keadilan

0
0
Deskripsi

Malam. Tiga perempuan dan tiga laki-laki. Berminum-minum bersama. Terjadi insiden. Lalu apa yang terjadi?

Warning: 17+

 Tak ada tempat yang aman bagi perempuan di dunia ini.

Seringkah mendengar ungkapan seperti di atas? Ya, pernyataan tersebut memang tidak salah tetapi tidak 100% benar juga. Aku juga seorang perempuan. Sering sekali kulihat di media massa, berita, bahkan cerita dari teman sesama perempuan yang pernah mengalami hal tidak mengenakkan ketika diperlakukan tidak hormat oleh kaum laki-laki. Hal seperti itu tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, kita mesti bijak melihat sisi lainnya sehingga tidak terkesan bias, karena pasti ada banyak faktor yang melatarbelakanginya.

Oke, teman-teman, jadi kali ini aku mau berbagi sedikit pandangan dan ulasanku terhadap film India berjudul Pink yang rilis pada tahun 2016. Dibintangi oleh aktor terkenal Amitabh Bachchan dan Taapse Paanu. Jadi begini alur ceritanya.

Sinopsis Film

Awal film kita langsung disuguhkan scene suatu malam tiga perempuan bernama Minal, Falak, dan Andrea yang sedang berminm-minum bersama tiga orang laki-laki bernama Raunak, Vishwajyoti, dan Rajveer Singh. Kemudian adegan langsung berpindah ke ketiga laki-laki itu yang sedang membawa Rajveer ke rumah sakit dengan kondisi kepalanya yang berdarah hebat. Sedangkan ketiga perempuan itu sedang dalam perjalanan pulang sambil terlihat gelisah. Nah, ternyata Rajveer berdarah itu akibat dipukul oleh Minal (Taapse Paanu) dengan sebuah botol minuman. Kemudian sepanjang film kita akan menyaksikan suasana persidangan antara mereka berenam dengan segala alibinya masing-masing. Di mana Deepak Sehgal (Amitabh Bachchan) akan menjadi pengacara ketiga perempuan tadi. 

Yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Keadaan menjadi semakin rumit ketika terungkap fakta bahwa Rajveer Singh adalah anak seorang pejabat tinggi di wilayah itu. Nah kan semakin banyak hal yang memengaruhi. Apalagi jika sudah berkaitan dengan hukum. Jika teman-teman ingin mengetahui info film secara lengkap silakan kunjungi Wikipedia.

Ulasan dan Pendapatku untuk Film PINK

Film ini ada versi remake dalam bahasa Tamil dengan judul Nerkonda Paarvai tahun 2019. Aku sudah menonton kedua film-nya, tapi menurutku aku lebih suka versi yang Bollywood karena mungkin itu film yang lebih dulu kutonton. Oke seperti biasa beberapa hal yang menjadi konsen-ku adalah sebagai berikut.

  1. Film dengan genre legal thriller seperti ini mungkin bagi sebagian orang kurang menarik, karena alurnya pasti maju mundur. Kenapa? Karena setiap muncul sebuah alibi, film akan menunjukkan beberapa kejadian sebelumnya yang membuat kita harus fokus dan jangan menonton sepotong-potong. Film seperti ini memang membutuhkan fokus yang cukup tinggi. Namun, mungkin bagi yang tertarik dengan dunia hukum, film ini bisa menjadi salah satu list referensi. Dan di film ini tidak ada lagu-lagu yang biasa ditemui dalam film Bollywood kebanyakan.
  2. Yang menjadi permasalahan adalah ketiga perempuan ini mau diajak berminum dengan tiga pria yang tidak mereka kenal. Di sini pasti ada yang pro dan kontra. Namun, jika dikaitkan dengan prinsipku sendiri, tentu saja keputusan ketiga perempuan itu untuk mau minum-minum bersama adalah keputusan yang kurang baik. We never know apa yang akan terjadi berikutnya, jadi menurutku jangan menormalisasi sesuatu yang memang seharusnya dari awal ketiga perempuan itu tidak mau diajak, terkecuali jika memang ada 'sesuatu' lain yang mereka inginkan.
  3. Spoiler!!! Nanti di akhir film ditampilkan bahwa Manal dalam keadaan cukup mabuk, kemudian ternyata Falak dan Andrea memang berniat untuk 'menjual diri' tetapi mereka urungkan (ini pengakuan di akhir persidangan). Nah, jadi Manal gak tahu ada kesepakatan tersebut. Jadi, ketika Rajveer berusaha 'mendekati', Manal berontak dan tanpa sadar melawan dengan memukulkan botol ke kepala Rajveer. Nah, kalau sudah seperti ini menurut teman-teman bagaimana? Siapa yang salah?
  4. Berkaitan dengan nomor tiga. Penampilan ketiga perempuan ini memang cukup mengundang. Tapi aku yakin pasti ada yang kontra dengan menyebutkan bahwa perempuan bebas berekspresi. Jangan hanya mengatur pakaian perempuan tetapi atur juga pikiran para pria. Nah, untuk pernyataan tersebut aku juga setuju tentang mengekspresikan diri. Namun, kita harus selalu ingat bahwa dunia tidak selalu seperti yang kita harapkan. Ya, tentu banyak pria yang menjaga pandangannya dengan baik, tetapi tentu ada saja kan yang nakal dan bersikap kurang ajar? Nah, yang menjadi perhatian adalah bagaimana jika kita bertemu dengan pria yang kurang ajar?
  5. Next adalah tentang keluar malam. Ini memang dilema sih. Banyak perempuan yang keluar malam memang untuk bekerja, atau baru pulang kerja, atau sekadar untuk mencari hiburan. Memang mau siang atau malam seharusnya perempuan harus aman, tetapi kembali lagi dunia ini tidak selalu seperti yang kita harapkan. Dan menurutku jika memang tidak ada kepentingan yang begitu mendesak dan mengharuskan kita keluar malam, ya mengapa harus keluar malam? Aku tidak mendukung tindakan pria yang kurang ajar pada perempuan yang keluar malam, tetapi sebagai perempuan juga harus paham konsekuensi dan pandai menempatkan, bahwa waktu malam memang waktunya sebagian besar orang-orang sedang beristirahat, jadi keamanan di waktu malam pun kurang terjamin. Belum lagi dengan faktor-faktor lainnya. Pokoknya semakin kompleks dan pembahasan tentang ini saja bisa sangat panjang. :D
  6. Jadi, dari film ini aku belajar bahwa memang menjadi perempuan itu tidak mudah untuk bisa dengan bebas mengekspresikan diri. Namun, bukankah segala keputusan yang kita pilih pasti ada konsekuensinya? Apalagi jika berkaitan dengan orang lain yang tidak bisa kita kendalikan. Maka dari itu, kita hanya bisa mengendalikan diri sendiri. Jadi, bersikap bijaklah dalam menentukan setiap keputusan. Sekecil hal seperti memakai pakaian seperti apa dan sebagainya. Aku tidak menyalahkan dan judge mereka yang memilih untuk berpakaian terbuka, itu hak mereka, tetapi kembali lagi semua ada konsekuensinya.
  7. Menurutku penutup sidang di film ini yang dikatakan Deepak Sehgal cukup deep dan sangat patut direnungkan. Dia menjawab kurang lebih seperti ini "No. No, it means no. Jika perempuan ini berkata tidak, berarti memang tidak, sekalipun pada awalnya mereka 'tertarik', jika mereka (ketiga pria itu) tetap melakukannya berarti yang salah adalah ketiga pria itu". Kurang lebih seperti itu. Jadi mari kita edukasi anak-anak laki-laki dan perempuan kita, saudara, keponakan, dan sebagainya untuk saling menghargai dan menghormati perempuan maupun laki-laki.
  8. Memang film ini mencerminkan keadaan India yang sebagian besar wilayahnya tidak ramah perempuan. Data dari berbagai berita menyatakan bahwa kasus pemerkosaan di India termasuk yang tertinggi dan menyedihkannya para korban tidak mendapatkan keadilan. Malahan banyak korban perempuan yang menjadi korban honor killing. Sudah menjadi korban terus dikorbankan lagi. Sangat menyedihkan. Biasanya beberapa negara atau wilayah yang konservatif masih menerapkan honor killings ini. Aku berharap kesadaran untuk saling menghormati dan tidak menghakimi begitu saja (khususnya kepada perempuan) semakin tertanam di kehidupan masyarakat kita di manapun kita berada.
  9. Kemudian satu hal lagi yang kuperhatikan dari film ini adalah bahwa jabatan orangtua apalagi sebagai pejabat tinggi, bisa sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu proses hukum dan peradilan. Hal ini sudah menjadi rahasia umum dan ya aku tidak tahu kapan semuanya akan benar-benar adil.
  10. Terakhir, judul film ini Pink, tetapi sepanjang film tidak ada tersebut makna dari Pink ini apa maksudnya secara gamblang. Setelah kucari, salah satu pemeran yaitu Amitabh Bachchan mengatakan bahwa Pink ini memberikan interpretasi bahwa warna ini menunjukkan kebebasan dan keberanian perempuan untuk stand and speak up untuk dirinya sendiri. Salah satu pesannya juga adalah bahwa normalisasilah perempuan yang keluar malam dalam artian untuk kebebasannya sendiri tentu saja. (Ini sumber artikelnya).

Kesimpulan

Film ini mendapat rating 8,1/10  dari 47.000 lebih pemberi voting di IMdB. Menurutku cocok lah mendapat rating tinggi karena mengangkat isu sosial yang benar-benar menjadi sesuatu keresahan dalam masyarakat kebanyakan. Jadi itulah beberapa hal yang aku soroti dari film ini. Overall, aku menikmati film ini, walaupun nonton sekali rasanya tidak cukup karena kadang ada satu dua alur yang terlewatkan. Ulasanku ini tentu saja belum menggambarkan keseluruhan isi filmnya. Jadi bagi teman-teman yang tertarik dan penasaran silakan lebih baik nonton secara utuh.See you next time. Stay healthy and happy. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Education
Selanjutnya Hichki: Dedikasi Seorang Guru Pengidap Tourette Syndrome
0
0
Bagaimana jika kita ada di posisi Naina Mathur? Seorang perempuan yang mengidap Tourette Syndrome dan dia sangat berambisi untuk menjadi seorang guru. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan