
Bagaimana jika kita ada di posisi Naina Mathur? Seorang perempuan yang mengidap Tourette Syndrome dan dia sangat berambisi untuk menjadi seorang guru.
Guru memang profesi yang mulia. Tak sedikit orang yang memang mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan ilmu kepada insan manusia.
So today, aku ingin berbagi sedikit ulasanku untuk salah satu film favoritku yang dibintangi Rani Mukerji, berjudul Hichki.
Sinopsis
Film ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Naina Mathur (Rani Mukerji) lulusan S2 di bidang sains yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Ia sudah melamar pekerjaan ke banyak sekolah, tetapi semuanya menolak ketika mengetahui Naina mengidap Tourette Syndrome. Ayahnya yang sudah berpisah dengan ibunya, menyarankan Naina untuk bekerja di salah satu bank rekomendasi ayahnya. Naina menolak, karena dia berambisi untuk menjadi seorang guru.
Singkat cerita akhirnya sekolah tempat Naina dulu mengenyam pendidikan dasar, memberitahukan tentang jadwal wawancara Naina. Saat waktunya tiba, Naina berkali-kali mengeluarkan 'suara' akibat dari kegugupannya yang disebabkan oleh syndrome-nya itu. Beberapa guru dan staf di sana merasa aneh melihat Naina. Salah satu guru bernama Wadia bahkan memandangnya sebelah mata. Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada Naina untuk mengajar karena melihat keseriusannya. Namun, dia ditempatkan menjadi wali kelas dan guru untuk kelas 9F yang merupakan anak-anak dari kalangan kelas bawah dan terkenal dengan kenakalan mereka. Pertemuan pertama bahkan Naina diberikan 'kejutan' dan kejahilan dari anak-anak itu. Namun, Naina tidak menyerah begitu saja, dia mencoba beragam cara untuk menarik perhatian siswa-siswa 9F agar semangat belajar. Bagaimana kelanjutan cerita dan beragam konflik yang hadir di sepanjang film? Silakan teman-teman bisa langsung nonton film-nya.
Pembelajaran Penting dari Film Hichki
Mari kita membahas tentang apa saja yang dapat menjadi pembelajaran berharga dari film ini. Aku sebagai lulusan S1 Pendidikan, tentu sangat tertarik pada film ini dan mendapatkan banyak pembelajaran penting.
- Pertama-tama aku ingin menyoroti kedua orangtua Naina. Mereka berpisah tidak diceritakan apa sebabnya, tapi menurutku mungkin saja salah satunya adalah karena kondisi Naina yang mengalami Tourette Syndrome. Sejak awal film ditunjukkan ketidaksukaan Naina kepada ayahnya yang selalu ikut campur dan 'merasa khawatir' kepada Naina. Intinya, Naina ingin diperlakukan sebagaimana mestinya anak yang normal. Sedangkan ayahnya sering kali berusaha 'menutupi kekurangan' Naina itu. Nah Naina gak mau seperti itu. Syukurlah dia tidak merasa cemburu pada adik laki-lakinya yang lebih disayangi ayahnya. Oleh karena itu, kepada orangtua bagaimanapun kondisi anak kita berusahalah memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya, karena anak tidak bisa memilih ingin lahir dari orangtua yang mana. Apapun kondisi anak kita itu sudah menjadi tanggung jawab kita untuk senantiasa menyayangi dan mengasihi mereka. Anak yang membenci orangtuanya pasti ada alasan yang disebabkan dari orangtua itu sendiri.
- Tourette Syndrome merupakan gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan pengidapnya mengeluarkan suara atau gerakan yang spontan tanpa diinginkan. Nah, biasanya kita kan sering menjumpai orang-orang yang secara spontan mengeluarkan suara atau gerakan 'aneh' ketika mereka terkejut atau sedang mengalami emosional lainnya. Nah baiknya, kita tidak perlu memperlakukan mereka seperti sebuah tontonan atau sesuatu yang lucu. Jangan dengan sengaja 'memancing' dan menjadikannya sebuah lelucon. Apalagi syndrome ini memang ada tahapannya dari yang paling ringan sampai dengan yang paling ekstrem. Mari perlakukan siapapun dengan sebagaimana mestinya. Jangan pula memandang rendah atau menyepelekan seseorang, karena kita tidak pernah tahu mungkin saja mereka lebih baik dari kita. Humanity!
- Ada salah satu quotes terbaik dari film ini yang paling kusukai yang bunyinya seperti ini: They are no bad students, only bad teachers. Tidak ada yang namanya murid tidak baik yang ada adalah guru yang tidak mencontohkan kebaikan, kurang lebih begitulah artinya. Ini diucapkan Naina saat menanggapi salah satu guru bernama Mr. Wadia yang menjadi guru di kelas 9A yang terkenal sebagai kelas unggulan sehingga merendahkan Naina yang mengajar kelas 9F. Aku belajar bahwa tidak semua guru memang patut digugu dan ditiru. Tidak semua guru pantas menjadi guru. Ya kita semua tahu sering muncul berita tentang guru-guru yang perilakunya menyimpang. Namun, percayalah masih banyak kok guru-guru yang benar-benar mendedikasikan dirinya menjadi guru yang baik.
- Persaingan antara guru memang kerap terjadi, membanding-bandingkan anak didik, sampai dengan mempermalukan anak didik. Ini perilaku yang salah dan tidak baik. Sebaiknya jaga rahasia anak didik dengan tetap berusaha memperbaiki apa yang salah dan tidak baik.
- Dalam film ini ditunjukkan bahwa kelas 9A adalah kelas unggulan dan selalu ikut serta dalam berbagai perlombaan, bahkan siswa terbaik diberikan lencana atau pin prefect sebagai apresiasi dan ciri siswa yang berprestasi. Nah terkait hal ini menurut teman-teman bagaimana pendapatnya? Menurutku apresiasi itu penting dan bagus agar mendorong siswa untuk semangat melakukan yang terbaik dan belajar dengan sungguh-sungguh, tapi juga berpotensi menjadi bahan kesombongan dan membuat insecure siswa yang lain. Namun, apakah adil 'membiarkan' siswa yang berprestasi tanpa memberikan mereka penghargaan hanya demi 'menjaga perasaan' siswa yang tidak termasuk kategori itu? Mungkinkah ada cara lain yang lebih baik?
- Di film ini disebutkan bahwa kelas 9F ada adalah berkat aturan pemerintah yang mengharuskan sekolah swasta elit untuk memberi kesempatan bagi siswa dari kawasan sosial bawah agar mendapatkan kesempatan yang sama. Namun, di film ini ditunjukkan bahwa siswa-siswa 9F ini nakal, tidak semangat belajar, sering mempermainkan guru, pokoknya tipikal siswa yang sulit diatur. Nah sisi lain yang kulihat dari hal ini adalah mungkin menunjukkan bahwa masyarakat slumdog itu memang sulit diatur, ngeyel, dan nakal, padahal tidak sedikit dari mereka yang memiliki potensi. Di film ini Naina menunjukkan bakat beberapa siswa yang tidak mereka sadari. Naina ingin menunjukkan bahwa siswa 9F juga punya potensi dan kesempatan untuk menjadi lebih baik. Namun, memang rintangannya tidak mudah.
- Aku suka dengan cara Naina yang menerapkan beragam model dan media pembelajaran untuk menarik minat siswa. Contohnya, untuk pembahasan Fisika, Naina mengajak siswa 9F langsung praktek di lapangan dengan beragam media alat olahraga, sehingga siswa menjadi tertarik dan fokus. Dan masih ada contoh lainnya yang ditampilkan di film ini.
- Aku juga suka dengan cara Naina melakukan pendekatan ke siswa 9F, dia bersedia untuk turun langsung ke lapangan, melihat bagaimana kehidupan sehari-hari siswa-siswanya itu. Bahwa kehidupan mereka tidak mudah. Mereka harus membantu orangtua mereka untuk berjualan di pasar, mengasuh adik-adik, mengantri mengambil air bersih, dan lain sebagainya yang menunjukkan kehidupan masyarakat kelas bawah.
- Ada salah satu scene di mana seorang siswa 9F merusak proyek karya 9A dan menyebabkan kekacauan. Ini tuh dilema, ya, di sisi lain si siswa 9F melakukan itu karena sakit hatinya atas perkataan Mr. Wadia, di sisi lain si siswa 9F ini sudah merusak sesuatu yang sebenarnya tidak perlu juga gitu lho. Nah, makanya di sini letak kesadaran guru seharusnya lebih bijaksana dalam berbicara, menilai siswa, dan sebagainya, agar menghindari hal-hal yang dapat merugikan orang banyak. Di lingkungan sekolah di Indonesia pun tidak sedikit lho guru yang perkataannya selalu terkesan menyakiti perasaan siswa. Hal ini perlu dibenahi, jangan sampai merembet pada hal-hal lain yang tidak diinginkan.
- Tentang mencontek, film ini juga memberikan pembelajaran bahwa kebiasaan mencontek itu hal yang buruk. Tidak baik. Ketidakjujuran itu selalu mengantarkan pada hal yang tidak baik.
Kesimpulan
Film ini mendapatkan rating 7,5/10 di IMdB dari puluhan ribu lebih pemberi vote. Aku sangat merekomendasikan film ini kepada teman-teman calon guru atau yang sudah menjadi guru atau kepada siapapun yang tertarik dengan dunia pendidikan. Banyak pembelajaran berharga yang bisa kita renungkan. Aku juga berharap pendidikan di Indonesia segera maju, mencetak banyak orang yang berprestasi di banyak bidang, dan menghasilkan manusia-manusia yang berakhlak baik dan terpuji. Juga semoga guru-guru di Indonesia semakin berkualitas dan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa. Semangat!Stay happy and healthy. See you next time.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
