
"Hidup juga kayak bianglala, Han. Muter. Kadang kita ada di bawah, kadang juga ada di puncak."
"Nasib sama takdir apa bedanya, sih? Kok semuanya kayak ngebadut terus di hidup gue," ujar pemuda yang kini sedang duduk di bawah pohon mangga sambil melempar kerikil ke arah kolam.
"Beda," jawab temannya yang tengah melempar jala. "Takdir ada di rukun iman, kalo nasib adanya di hidup lo doang, terutama nasib jelek."
"Sialan!"
"Nama gue emang Alan kalo lo lupa."
Dia hanya mendengus kasar mendengar jawaban asal temannya.
"Hidup tuh kadang emang kayak ikan sama bau amisnya," lanjut Alan. "Mau seberapa sering dia mandi pun nggak akan hilang tuh bau amisnya, Han. Sama kayak hal buruk dan baik, selalu beriringan."
"Analogi lo aneh banget. Ikan mana butuh mandi," protes Hanan.
Alan tak menggubris cibiran Hanan dan malah melanjutkan ucapannya. "Hidup juga kayak bianglala, Han. Muter. Kadang kita ada di bawah, kadang juga ada di puncak."
"Nah, kalo ini bener. Masuk akal analogi lo." Hanan mengangguk setuju.
"Tapi puncaknya puncak komedi HAHAHAHA. Hasil persilangan antara bianglala sama komedi puter tuh." Tawa Alan meledak sesaat setelah mengatakan lanjutan dari kalimatnya.
Hanan yang kesal lantas melemparkan batu besar ke arah jala milik Alan yang hendak dibentangkan hingga membuat debuman di air yang cukup besar.
"Anjir, jala gue woy!"
"Mampus!"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
