
3. Pulang
Hari ini jadwal Irene libur dan sedang membuat cemilan di bantu Budhe Titin. Usia kandungannya sudah memasuki minggu ke 15 dan Mama mertuanya menginginkan agar Irene cepat cepat mengajukan cuti hamil tapi karena belum ada dokter yang akan menggantikannya Irene belum juga mengajukan permohonan cuti hamil dia akan merasa bersalah jika temannya, dokter Egi salah satu teman seprofesinya disana menjadi super sibuk karena ketidakadaan Irene. Setidaknya harus ada seseorang yang menggatikannya sebelumIrene mengambil cuti.
"Budhe tolong ini digorengya jangan terlalukering Irene sukanyabiji ketapang yang gk terlalu kering. Nanti Irene tunggu didepan tv ya Budhe." perintah Irene lembut sambil memberikan adonan biji ketapangyang sudah dipotongpotong.
"Nggih non (iya non)." Ucap Budhe Titin.
.
.
.
Di belahan dunia lain Juna sedang menaiki lift menuju kamar hotel yang ia sewa sebagai tempat tinggal sementara. Dia terus melihat ponsel nya apakah ada pesan masuk dari Yeri atau tidak. Sebenarnya Juna benci mengakui ini ada perasaan aneh ketika dia membaca semua pesan Yeri yang memberitahukan keadaan terkini Irene kepadanya seperti perasaan lega bahwa dia baik baik saja dan rindu?Tapi jika mengingat bagaimanadulu Irene menghianati dan mencampakkannya perasaan kebencian langsung melingkupi hatinya perasaan ingin membalas semua perbuatan Irene menjadi pemenangnya.
Tentang bagaimana kondisi Juna saat ini mungkin sebuah kata “tidak terlalu baik” lebih tepat diberikan kepada Juna. Dilihat dari wajahnya yang sedikit pucat dan berat badannya yang sedikit menurun benar benar menggabarkan bahwa laki – laki tersebut tidak baik merawat diri dan memiliki masalah dengan napsu makannya karena kenyataan bahwa Juna selalu memuntahkan segala makanan yang dia makan membuatnya kehilangan banyak berat badan.
ponsel Juna pun berbunyi, ternyata Yeri lah yang mengirimkan pesan.
Yeri
Mas... kemaren sore
Mbak Irene kesandunganak Tangga terus jatuh tapi Dede bayi sama mba Irene baik baik aja.
Jadinya mama nyiapin
Kamar bawah buat mbak IreneBiar gak usah naik tangga.
Kasian Mas Juna bakal tidursendirian 😝.
15.40
Kok baru ngabarin mas?
15.42
Read
Mas khawatir ya? Yeri lupa sorry
15.43
Apaan sih yer? Biasa aja juga.
15.44
Read
Terserah mas deh..Yeri mau mandi.
15.45
Pesan dari Yeri tersebuthampir menjungkir balikkanemosinya. Setelah menutup aplikasi chatting nya dengan Yeri, Juna dengan cepat mencari sebuah nama dalam kolom kontak pada ponselnya setelahitu menghubungi nomor Tersebut.
"Halo?"
"Irene? Kamu lagi ngapain?"
Yap Suho menghubungi Irene karena rasa khawatirnya kepada wanita hamil itu. Dan sekarang dia sedang merutukki kebodohannya. Apa lagi yang harus dia katakan? Bagaimanapun dia tidak ingin terlalu terlihat bahwa dia peduli kepada Irene.
"Aku lagi ngemilsambil nonton tv. Mas telfon ada apa ya?"
"Itu... mmm Yeri mana? Ditelpon enggak diangkat udah pulangkan anaknya?"
Katakanlah bahwa Juna adalah seorang pembualprofesional! Bagaimana mungkindia bertanya tentangYeri setelah menerimapesan bahwa Adik perempuannya yang sangat menyebalkan sedang melakukan ritual mandi.
"Yeri tadi udah pulang mungkin lagi mandi kenapa emangnya mas?"
"Mmm itu a-ku mau pulang lusa bilanginYeri suruh ngasih tau Mang Ujang buat jemput di Bandara Soetta jam 5 sore!"
Baik, setidaknya otak brilian juna tidak mengecewakan untuk saat ini. Walaupun sebernarnya Juna bisa menghubungi Mang Ujang langsung.
"Loh pulangnya dipercepat ya Mas? Ya udah biar Irene aja yang bilangke Mang Ujang."
"Ya sudah terserah. Aku tutup."
Juna memegangi dadanyamerasakan debaran jantungnya, suara Irene begitumenenangkan dan sedikitmengobati rasa rindunya.
.
.
.
Irene sedang cemberut memandangi televisi yang sedang menayangkan acara wisata kulinerdimana sang pembawaacara sedang merasakanbegitu lezatnya daging lobster yang sedang dimakannya membuat Irene menelanludahnya.
"Mba kepengin? Yuk beli!" Ucap Yeri yang tiba tiba duduk di sebelah Irene."Mang Ujang kan maujemput Mas Juna. Kita naik Taxi?"
"Gimana kalau kita jemput Mas Juna dulu habis itu beli lobster di restauran langganan Mama?" Yeri memang memiliki segudang cara agar kakak ipar cantik nan baik hati dan kakaknya yang tampan tapi punya gengsi setinggi langit ini bisa menjadi lebih dekat.
"Ya udah ayuk cepet Mbak udah gak sabar pengin makan lobster!!!" Ucap Irene sambil menyeretYeri keluar.
.
.
.
Juna keluar dari bandaradan mencari cari mobil Mang Ujang yang seharusnya menjemput nya. Pencarian nya akhirnya berakhir ketika melihat mobil yang berhenti di depannya dan disertai Mang Ujang yang keluar tapi ada sesuatu yang membuat Juna terkejut ketika Yeri dan seseorang keluar dari mobil. Irene? Kenapa dia terlihat lebih cantik? Apa karena kehamilannya? Tapi apa yang sedang dia kenakan?.
Dia pikir itu bagus mepertontonkan pahanya kepada semua orang? Terlintas dipikiran Juna bahwa kemeja yang sedang digunakan oleh Irene adalah miliknya, baiklah ingatkan Juna agar membuat peraturan bahwa Seorang yang bernama Irene AryasenaArundaya dilarang keras untuk menggunaakan kemejanya lagi. Menggunakan sebuah kemeja dengan ukuran yang cukup besar sehinggalebihterlihat seperti sebuah dress jika digunakan Irene tetapi tetap saja itu masih terlihat sangat pendek.Banyak sekali pertanyaan yang hinggap di kepala Juna.
"Mas maaf yah lama nunggunya." Tanya Yeri sambil mencium tangan Juna hormat tidak seperti biasanya lalu tiba - tiba Irene pun melakukan hal yang sama membuat Juna terbelalak melihatnya, ada sensasi aneh yang dirasakan Juna saat bibir Irene menciumtangannya.
"Nanti mampir beli lobster thermidor boleh ya? Budhe lagi sakit enggak masak jadinya." Ucap Irene harap - harap cemas. Takut Juna marah karena memperlambat menuju waktu istirahatnya.
"Harus diturutin Mas! Mbak Irene lagi nyidam." ucap Yeri membelaIrene. "Iya… iya..." Setuju Juna dan membuat Irene dan Yeri ber high five.
"Ini Mas enggak bawain oleh oleh buat Yeri gitu?" "Mas kerja bukan liburan!"
"Yah.. enggak asik banget sih... " ucap Yeri kecewa. "Terserah! Buruan balik entarkemalaman." perintah Juna
Setelah Mang Ujang menaruh koper Juna ke dalam bagasi lalu laki – laki tersebut membukapintu penumpang yang berada di depan untuk Juna. Ketika Juna akan memasuki mobil tiba tiba Yeri menyerobot masuk dan duduk di kursi penumpang bagiandepan.
"Yeri pengin duduk didepan!!! hukuman buat Mas yang enggak beliin Yeri oleh-oleh." Ujar Yeri marah.
Juna hanya mengendikan bahu tidak perdulilalu berjalan menuju pintu penumpang belakang. Merasa malas untuk meladeni kelakuan adik satu-satunya tersebut. Lebih baik Juna mengalah agar waktunya tidak terbuang sia-sia dan lekas sampai ke rumah lalu pergi beristirahat. Bahkan sekarang Juna berniat untuk menaiki Taxi saja dan membiarkan Mang Ujang mengantar kedua wanita tersebut.
Namun semua niat tersebut dengan sekajap sirna saat mendapati Irene yang sedang melihat foto masakan lobster di ponsel miliknya membuat Juna menelan ludahnya ikut menginginkan daging lobster tersebut. Semoga kali ini perut yang dimiliki pria tampan tersebutdapat berkerjasama dan tidak membuatJuna memutahkan makanannya nanti.
"Mang buruan kita ke restauran saya sudah lapar!" Ucap Irene tersenyum sambil mengusap perut buncit nya.
***
4. Keadaan ibu hamil
Juna memasuki rumahnya dengan tampang kusut penuh dengan gurat kelelahan. Pekerjaannya tidak pernah ada hentinya sejak dia pulang dari singapura satu minggu yang lalu, Juna tidak pernah pulang kurang dari jam 10 malam. Dan sekarangdia memasuki rumahpada pukul 12 malam.
Keadaan rumah yang gelap menjadi pemandangan biasa bagi Juna tapi, suara rengekan dari arah dapur membuatnya jadi tak biasa.
"Apakah rumahini sudah mengeluarkan aura mistis?"
Pikiran gila menghinggapi kepala Juna membuat dia menepuk pipinya untuk kembali menjadi waras. Juna akhirnya berjalan menuju dapur memastikan jika itu bukan hal mistis gila seperti yang dia pikir.
"Sudah ya Mbak ... ini udah 2 suap tadi kan janjinya cuma 1 suap." Dua wanita cantik terlihat sedang duduk bersebelahan di meja makan, yang lebih muda terlihat sedang memegangi mulutnya sambil menggelengkan kepalanya sedangkan yang lebih tua terlihat sedang memegang garpu berisi mie dadak dan menyodorkan nya kepada yang lebih muda.
"Kok sekarang Mba penginliat orang ngehabisin mienya ya Yer?"
"Duh Mba Yeri enggak bisa kalo gitu caranya bisa bisa besok pagi muka Yeri kaya kesengat lebah."
"Terus gimana? Ntar anak mba ngeces Yer!" Ucap Irene, dengan mimik ingin menangis. Sebelum benar benar menangis seseorang mengambil cup mie ditangan Irene lalu duduk dihadapannya dan mulai memakan mie tersebut.
"Wihhh... Mas Juna.. ini laper apa karena tadi dengerin obrolan Yeri sama mba Irene?" Ucap Yeri sambil menopangkan dagu memperhatikan sesorang yang merebut cup mie ditangan Irene yang tidak lain adalahJuna.
"Mas laper!" Ucap Juna yang 99% kejujuran. Juna memang belum makan malam dan entah setan dari mana yang membuat Juna sangat menginginkan ramen yang berada di tangan Irene.
Yeri hanya mencibir dan berdiri untuk mengambil minum di kulkas.Sedangkan Irene menikmati pemandangan yang sangat di inginkannya sejak tadi apalagi ketika terdengar bunyi "slurrrp" bibirnya tersenyum dengan indahnya. Tapi itu tidak bertahan lama ketika tiba tiba mukanya terlihat murung membuat Yeri mengernyit heran.
"Mbak kenapa? Enggak suka mie nya dimakan Mas Juna?"tanya Yeri dan di jawab gelengan dari Irene .
"Mba cuma pengin makan nasi padang yang kuahnya kaya rambut Sehun EXO di Ko Ko Bop itu loh Yer. Mbak mau beli sekarang aja lah." ucap Irene sambil beranjak dari tempat duduknya
"Eh Mbak mending Mas Juna aja yang beli ini Sudah malam enggak baik buat dedek bayi!"
"Loh kok Mas Juna? Capek kali baru pulang kerja!" Protes Juna
"Iya kasian Yer... Mbak aja yang beli." ucap Irene dan menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
"Dih di kasihanin sama ibu ibu hamil.. payah Mas Juna!" Ucap Yeri mengejek
Juna yg tidak terima ejekan itu pun langsung beranjak dari tempat duduk dan keluar dari dapur. Dilihatnya Irene yang mendekati pintu keluar Juna pun mencoba menghentikannya.
"Biar aku yang beli kamu di rumah aja sama Yeri. enggak ada penolakan ataunggak beli sama sekali!" Perintah Juna mutlak dan langsung di angguki oleh Irene. Juna pun pergi menjalankan mobilnya.
"Nah sekarang Mbak Irene duduk nunggu Mas Juna dengan tenang! Yeri mautidur besok sekolah." jelas Yeri dan diangguki lagi oleh Irene.
.
.
.
Juna memasuki rumahnya dengan sekantong nasi padang berkuahmirip rambut Sehun EXO di Ko Ko Bop pesanan Irene. Gurat lelah diwajahnya naik 2 kali lipat dari sebelumnya dan kekesalannya naik 10 kali lipat saat melihat tidak ada Irene di ruang tamu ataupun ruang keluarga.
Juna pun berjalan menuju kamar Irene dan benar saja Irene sedang tertidur pulas dengan sangat nyaman di ranjang nya dan Yeri yang berada di sebelahnya. Ingin sekali Juna berteriak memanggil Irene agar dia terbangun tapi, Yeri yang disebelah irene lebih dulu terbangun.
"Mas Juna jadi beli nasi padang? Padahal tadi Yeri chat ke Mas Juna kalo Mbak Irene gk jadi beli nasi padang katanya udah keburu ngantuk." Jelas Yeri yang membuat Juna ingin mencakar - cakar tembok dengan gemas. Tidak mengucapkan apapun Juna pun keluar dari kamar dan menaruh kantung nasi padang asal didepan pintu kamar Irene.
.
.
.
Irene terbangun di pagi hari dan melirik Yeri disampingnya yang masih tidur.Irene pun duduk sambil membenarkan ikat rambutnya dan mencoba mengumpulkan nyawanya lalu beranjak ke tempat tidur dan keluar untuk mengambil minum di dapur namun saat dia membuka pintu dilihatnya kantung plastik putih didepan
kakinya. Irene pun mengambil dan membukanya. Dari baunya seperti nasi padang walaupun sekarang sudah sedikit aneh baunya. Apakahsemalam Mas Juna sempat membelinasi padang pesanannya? Sekarang Irene merasa bersalah karena tidak memakan nasi padangnya. Irene akan meminta maaf ke Juna nanti.
Sekarang irene sedang duduk ditepi ranjangyang digunakan tidur Juna. Irene memperhatikan tidur Juna dengan senyuman kecil ia pun menggerakan jarinya untuk membenarkan rambut Juna dikeningnya dan membuatJuna terbangun.
"Good morning!!!" Sapa Irene ceria moodnya sedang sangat baik sekarang. "Ngapain disini? Masih pagi juga." Ucap Juna cuek sambil mengucek
matanya.
"Ini sudah siang tau. Aku kesini mau minta maaf semalam udah bikin usahakamu sia-sia." ucap Irene sambil menunduk.
"Bagus deh kalo ngerti." ucap Juna dan beranjak menuju kamar mandi.
"Tapi aku nggak sepenuhnya salah ya! kamu yang maksa buat beli terus nggak baca chat dari Yeri." Ucap Irene membela diri yang membuat bingun Juna. Sebenarnya Irene datang kesini ingin meminta maaf kepada Juna atau membuat perang dunia ke 3?
"Kok jadi nyalahin aku? Ini juga salah bayi yang ada diperut kamu itu! bikin susah!" Ucap Juna berteriak.
"Ini juga anak kamu MasJuna!!!" Ucap Irene tidak kalahberteriak.
"Anak? Biasa aja kan itu bukan anak aku? Mungkin aja itu anak selingkuhan kamu dulu. Aku bakal cerein kamu Rene apapun yang terjadi!" Ucap Juna dengan penuh penekanan dan sindiran. Irene hanya bereaksi dengan meneteskan air mata dari mata indahnyayang membuat Juna menegang kaku ditempatnya .
"Mas Juna... anak aku pengin ngelakuinsesuatu ke kamu." ucap Irene bergetar menahan tangis lalu beranjak menuju meja di tengah tengah sofa kamar Juna dan mengambil gelas kaca kosong lalu melemparkannya ke arah Juna.
*Bugh
*Prank
Gelas itu mengenai kening kiri Juna dan terjatuhkelantai marmer dan terpecah belah berserakan seperti hati sang pelempar. Irene melihat ke arah Junadan mendapati kening laki-laki tersebutmengeluarkan sedikit darah lalu pergi keluar dengan air mata yang berjatuhan tanpa menyadari jika salah satu kaki cantiknyamenginjak pecahan kaca tersebut.
Juna memegangi keningnya yang berdenyut nyeri. Irene benar benar tega melemparkan gelas itu kekeningnya.
Juna tersenyum masam.
Dia bahkan pernah menyakiti ku lebih dari ini
Juna mendongakkan kepalanya dan melihat pecahan gelas yang berserakan. Terdapat noda darah di lantai kamar. Juna rasa keningnya tidak sampai mengeluarkan darah sebanyak itu.
Menyadari ada sesuatu yang janggal Juna langsung berlari turun ke lantaibawah mengabaikan rasa sakit di keningnya. Ya Juna harus memastikan jika Irene baik-baik saja.
Belum juga Juna menginjakanak tangga terakhirMang Ujang datang menghampirinya denganraut wajah panik
"Den Non Irene pingsan den di kamarnya sama Budhe Titin."
"Cepet siapin mobil Mang! kita bawa Irene ke rumah sakit." dengan sama paniknya Juna memasukikamar Irene.
Mengabaikan sakit pada kepalanya Juna mulai berusaha menggendong Irene “Bissmillah..” dengan tenaga yang tersisa pria tersebutmencoba berjalan cepat menuju mobil yang akan membawa wanita yang sedang Juna gendong tersebut menuju rumah sakit.
.
.
.
Juna menunggu Irene yang sedang di periksa oleh salah satu dokter kandungan di rumah sakit Aryasetia, rumah sakit miliknya. Wajah pucat Irene, luka yang terdapat di telapak kakinya dan tangis ke khawatiran Budhe Titin tak bisa menghilang dari pikirannya.
Apakah irene baik baik saja? Bagaimana dengan bayinya?
Nyatanya seberapa sakit luka yang Irene berikan kepadanya, Juna tidak pernah berhenti mencintainya tidak pernah melupakan wanitanya, Tetapi sebuah kekecewaan yang mendalam menganggap bahwa Irene yang tidak pernah mencintainya dan hanya mempermainkannya membuat rasa kebencian itu tumbuh dan menjadi pemenangnya.
Bagaimana saat dia ditinggalkan oleh sebuah penghianatan memperkuat sebuah kenyataanburuk yang tidak ingin Juna percaya.
Saat Juna sudah menata hati dengan begitu baik mencoba melupakan dan memulai hidup dengan baik. Irene datang dengan senyum manis dan mengatakan bahwa dia adalah dokter obgyn baru dirumahsakitnya.
Selalu makan siang bersama istri Chandra yang otomatis terdapat dirinya, Selalu mengikuti pesta perayaan keluarga Juniadi karene undangan yang diberikan oleh Nyonya Juniadi,Sering mengantar jemput Krystal sepupunyayang akan
berkunjung atau pulang dari apartemen Irene, dan Yeri yang selalu melaporkan apa yang terjadi pada Irene kepadanya membuat rasa yang sudah Juna kubur sedalam mungkin kembalitumbuh. Tidak ada lagi hari tanpa kehadiran Irene.
Dunia Juna terasa menyebalkan. Semua yang coba dia lakukanuntuk melupakan telah sia-sia. Irene menjungkir balikkan dunianya lagi untuk kedua kali. Dan dapat dipastikan jika detik ini Juna telah membuang segala ke egoisannya dan perasaan di hatinya yang akan kembalimenguasai.
"Mas Juna!!!"
Suara Yeri berhasil membuyarkan lamunannya. "Mbak Irene gimana Mas Jun?"
"Mas enggak tau... masih diperiksa Irene nya."
"Sebentar lagi Mama dateng... Mama panik terus ninggalin Papah sendirian di Bogor. Lagian Mas Juna ngapain Mbak Irene sih?"
"Kok mas sih? Gak liat ini jidat Mas benjol gara-gara siapa? Gara-gara Mbak kamu tuh!"
"Halahahhh.... paling Mas pantes dapet begituan." Ucap Yeri dengan senyum meremehkan. Juna hanya memutar bola matanya malas.
"Arjuna! Kamu ngapainIrene lagi?" Nyonya Juniadi datang berlari kecilmenghampiri Juna dan Yeri sambilmenenteng high heels mahalnya.
"Irene belum selesai di periksa Mah." ucap Juna menunduk bersiap mendapatkan kemarahan Ibu tercinta.
"Kamu tuh ya..."
*Cklek.
Perkataan Nyonya Juniadi terpotong oleh suara pintu yang terbuka. Dokter Egi keluar dari ruangan pemeriksaan. Dokter sekaligus sahabat Irene yang hampir jatuh pingsansaat melihat sang sahabat membutuhkan pertolongannya.
"Bisa berbicara dengan keluarga pasien?" Ucap Dokter Egi yang membuat Juna bangkit dari duduknya.
"Bisa ikut keruangan saya? Nyonya Irene sebentar lagi akan di pindahkan ke kamar VIP milik keluarga rumah sakit. Saya akan membicarakan keadaan pasien di ruangan saya." Intruksi dokter Egi kepada Juna.
"Mama juga mau ikut." ucap Nyonya Juniadi yang dibalas senyuman ramah dokter Egi.
Yeri yang tidak ingin mengikuti Kakak dan Mamanya memilih untuk pergi menuju ruang VIP yang sudah sangat Yeri hafal untuk menemuiKakak Ipar tercintanya.
.
.
.
Dokter Egi membuka hasil pemeriksaan Irene partner kerja dan juga sahabatnya. Dua orang didepanyayang memandang dengan raut wajah yang berbeda. Nyonya Juniadi dengan pandangan cemas penuh harap sedangkan Juna dengan pandangan santai dan terkesan tidak perduli. Tetapi tidak ada yang tahu bagaimanakeadaan hati Juna sekarang.
Terkadang Egi sangat menyayangkan tentang nasib yang diterima oleh sahabat nya. Bagaimanan mungkin sahabatnya menikah dengan dokter dingin dan bermulut pedas oh jangan lupakan juga sifat keras kepalanya. Membuat Egi selalurajin berdo'a dan meminta kebahagiaan untuk sahabatnya.
"Jadi bagaimanan keadaan menantudan cucu saya dok?" Ucap nyonya juniadidan membuat dokteregi menarik nafas mencoba berbicara dengan baik.
"Nyonya Irene hampir mengalami keguguran karena terlalu banyak pikiran atau stres. Kondisi ibu hamil yang sedang takut, gelisah, khawatir serta depresi dapat menyebabkan kontraksidi rahim. Kontraksiberlebihan ini juga dapat memengaruhi ketahanan rahim dan kekuatan janin itu sendiri. tetapi karena Nyonya Irene cepat dilarikan ke rumah sakit keguguran itu bisa dicegah."
"Oh ya Tuhan syukurlah..." ucap Nyonya Juniadidipenuhi rasa lega.
"Stres dan kondisi mental yang buruk dapat menghambat sistem metabolismepada ibu hamil. Sistem yang terhambat tersebutsangat berpengaruh pada perkembangan janin. Bayi menjadi sulit untuk menyerap nutrisi dalam makanan, sehingga pertumbuhannya juga lebih lambat. Akibatnya saat kelahiran tiba, berat badan bayi masih di bawah garis normal. Mental Ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada perkembangan janin secara fisik saja, mentalnya pun akan ikut berpengaruh. Kondisi mental yang buruk akan menghambat pertumbuhan dan kerja sel-sel dalam janin, termasuk sel-sel dalam otak. maka penting sekali untuk bisa mengatur pola pikir saat hamil. Hadirkanlah orang- orang yang bisa dipercaya untuk bertukar pikiran dan melatih kerja otak supaya tetap segar. Lakukan pula me time untuk menyegarkan pikiran dan beri istirahat yang cukup untuk ibu hamil."
"Baiklah saya akan melakukansaran anda, Terimakasih." ucap Juna dan beranjak dari duduknya dan melangkah keluar diikuti Nyonya Juniadi di belakangnya.
.
.
.
Yeri duduk di kursi samping ranjangIrene sambil menggenggam tangan Irene erat. Kenapa muka Kakak Iparnya sangat pucat? Dimana rona merah yang berada di pipinya dan dimana bibir pink ranum itu menghilang?
Sebenarnya apa yang telah dilakukanmas Juna kepada Mbak irene???Apa mereka habis bertengkar hebat? Di otak Yeri penuh dengan pertanyaan pertanyaan yang ingin segera dia ketahui.
*Ceklek
Pintu kamar inap terbuka muncul sosok NyonyaJuniadi. "Mah gimana keadaan Mbak Irene?"
"Dia terlalu banyak pikiran dan membuat dia stress.. Yer mulai sekarang kamu harus jadi pendengar setia curhatan Mbakmu ya jangan cuma kamu aja yang curhat ke dia sama sesekali ajak me time gitu biar pikiran fresh." Petuah NyonyaJuniadi dan ditanggapi anggukan oleh Yeri
"Biar Mama yang ngekontrol pola makan dan kebutuhan lainnya." sambung Nyonya Juniadi.
"Mama ngomong kaya gitu tuh kalo Mama bakalan stay dirumah.. ujung ujungnya ngintilinPapa keluar kota dan jatohnyaYeri yang bakalanngurusin semuanya." sindirYeri
"Tenang aja Yer Mama bakalan stay dirumah sampai cucu mama lahir. Pokoknya Mama pengin Irene sama bayinya sehat terus minggu depan dateng ke perayaan rumah sakit barunya Papa yang di Bandung."
"Asikkkk nih kalo pergi sambil liburan."
"Tergantung keadaancucu Mama aja."
"Oke Yeri bakalan jaga Cucu Mama dengan baik!" Ucap Yeri denganbersungguh sungguh.
.
.
.
Disiang hari yang terik Irene sedang menonton drama korea di kamarnya. Setelah 3 hari dirawat dirumah sakit dan mengambil cuti kerja, Irene jadi tidak memiliki pekerjaan yang berarti terlebih ibu mertuanya yang selalu mengekorinya kemanapun Irene pergi memberikan semua kebutuhannya membuat Irene menjadi Ibu hamil yang terlihat sangat manja dan malas bahkan berat badannya semakin terlihat bertambah.
"Mbak Irene ayo temenin Yeri!" Masuknya Yeri kedalam kamarnya tanpa mengetuk pintu membuat konsentrasi Irene terhadap aktor tampan di drama korea yang sedang Ia tonton membuyar.
"Kamu ngagetin aja! Emangnyatemenin kemana?"
"Ke salon mba."
"Lah bukannya kesalonnya besok Sabtu terus langsung pergi ke Bandung."
"Tadi Yeri dapet undangan ulang tahun temen Yeri mendadakbanget ngasih taunya."
"Kamu udah beli kado?"
"Udah tadi pulangsekolah."
"Ya udah Mbak juga mau sekaliannyalon biar besok tinggal persiapantenaga." Irene pun beranjak dari tempat tidur dan mencaridress yang akan dikenakannya.
.
.
.
Irene dan Yeri sedang mendapatkan perawatan pada rambut masing masing. Ditangan Irene terdapat majalah fashion sedangkan ditangan Yeri terdapat Ponsel seri terbaru kesayangannya.
"Yer mendingan kamu pesen Uber deh biar nanti gak usah nyari nyari taksitau sendirikan Mang Ujang lagi nganterin Mama belanja pasti lama." perintahIrene
"Mending minta jemput Mas Juna aja sambil ngirit ongkos." ucap Yeri memberisaran. Itu lah yang membuatkeluarganya kaya. Berhemat
"Jangan Yer Mas Juna lagi sibuk mungkin."
"Ini udah sore bentar lagi Mas Juna selesai kerja pasti bisa jemput kita." "Ya udah terserahkamu aja."
"Mama nge line nih Mbak. Katanya entar Mbak sama Mas Juna disuruh mampir ke mall buat belanja perlengkapan bayi."
"Emangnya Mas Juna mau?"
"Mama udah ngasih tau dulu ke Mas Juna terus dia mau mau aja. Mau kan Mbak?"
"Iya iya.”
.
.
Juna memarkirkan mobilnya di depan salon yang didatangi oleh Yeri dan Irene. Mengambilponselnya dan membacapesan petuah yang dikirimkan oleh Ibunya, tentang bagai mana Juna harus mengendarai mobil dengan benar dan jangan sampai melepaskan gandengan tangannya nanti saat berjalan bersama Irene agar Irene merasa aman.
Juna mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan melihat Irene dan Yeri yang keluar dari salon.
Sedikit senyum lega bersarang dibibirnya saat melihat jika tubuh Irene sedikit berisi dari pada saat terakhir kali Irene dilarikan ke rumah sakit. Itu menandakan bahwa kesehatan Irene mulai membaik.
Yeri dan Irene memasukimobil Juna dengan Yeri yang duduk di jok belakangdan Irene disebelahJuna.
"Mas nanti anterin Yeri dulu ya!" Pinta Yeri dan dibalas anggukan oleh Juna.
"Nanti bisa enggak pulangdulu? Aku mau ganti baju sama sekaliankamu mandi?" Tanya Irene dan dibalas anggukan lagi oleh Juna.
"Yer tadi kamu bawa gak sih susu ibu hamilnya Mbak?" Ucap Irene sambil mengacak acak tasnya.
"Ini nih tadi di taruh di tas Yeri." Ucap Yeri sambil menyodorkan susu kotak ibu hamil milik Irene dan langsung diminum oleh Irene.
"Nanti kamu pulangnya sama siapa?" Tanya Juna kepada Yeri.
"Minta di jemput sama Mang Ujang."
"Awas aja kalo pulangnya malam Mas kunciinkamu!"
"Iya iya."
"Awas juga kalo kamu pacar pacaran! Sekolah aja dulu yang bener!" Petuah Juna yang ditanggapi cibiran oleh Yeri.
"Apaan sih... Mas juga dulu pacar pacaran sama Mbak Irene waktu sekolah!" Ucap Yeri yang berhasil membuat Irene tersedak susu ibu hamilnya dan dengan sigap Juna mengulus punggung Irene. Yeri harus rela mendapatkan pelototan tajam dari kakak tampannya.
.
.
.
Disinilah Irene memandang penuh bosan dengan pemandangan perdebatan antara ibu mertuanya dan sang suami yang sedang memperebutkan warna stroller yang akan mereka beli.
"Mama lebih suka yang biru buat anak laki - laki atau perempuan sama aja." usul nyonya juniadi
"Tapi dedek bayinya perempuan Ma." ucap Juna menanggapi.
"Tes USG itu belum tentu bener loh nanti kalo ternyata laki - laki gimana?" Bela nyonyajuniadi
"Ya udah nanti Juna jual disitus online."
"Terus beli lagi gitu? Buang buang waktu Arjuna!!!" Protes nyonya juniadi.
"Terus gimana kalo nanti anaknya perempuan? Kan anak perempuanidentik sama warna pink. Juna gak mau kalo nanti dedek bayinya tomboykaya Yeri."
"Kamu kalo ngomong suka sembarangan! SekarangYeri udah enggak tomboy ya Arjuna!"
"Iya sekarang waktu udah pubertas, dulu aja sukanyamain bola dia!" Sanggah Juna kesal.
"Itu juga kamu yang ngajakin Arjunaaa!!!" Ucap Nyonya Juniadikesal sambil mencubitpinggang Juna.
"Ya udah kita nanya Irene aja mau kaya gimana." Usul Juna sambil mengelus pinggangnya. Akhir akhir ini Juna sering mendapatkan kekerasan.
"Emmmm... kalo Irene sih lebih suka sama yang pink mah... desainnya juga Irene suka." Ucap Irene harap cemas takut jika nanti giliran Irene yang akan berdebat dengan ibu mertuanya.
"Oh... ya sudah kita ambil yang pink aja." Ucap santai Nyonya Juniadi membuat Irene tersenyum lega. Lalu Nyonya Juniadi mulai mengajak Irene untuk berkeliling mencariperlengkapan yg lain.
Berbeda dengan Juna yang sudah kepalang kesal terhadap sifat Ibu RatuJuniadi tersebut. Ingin rasanya Juna berteriak marah dan memukulsesuatu bagaimana bisa Ibunya bisa dengan mudah menyetujui saran Irene sedangkan saran Juna yang tidak jauh berbeda atau bahkan 100% sama sangat sulit untuk disetujui?. Sekarang Juna benar benar merasakan apa itu diskriminasi.
"Arjuna! Cepet sini kasih saran buat dekorasi kamar anak kamu nanti!" Panggil Nyonya Juniadi.
Tolong ingatkan Juna agar tidak memberikan saran kali ini.
Setelah banyak memilihkini saatnya untuk membayar semua belanjaan perlengkapan bayi tersebut.
"Habis ini kamu mau makan apa rene?" Ucap nyonya juniadisambil mengelus perut irene yang sedikit menonjol.
"Irene tadi nonton drama korea terus ada adegan makan di restorangitu mah irenejadi kepengin"
"Ya udah kita cari RestoranKorea di dekat sini."
.
.
.
Disinilah Nyonya Juniadi, Irene ,dan Juna menikmati makan malam mereka. Sebuah RestoranKorea yang mewah di Jakarta.Irene yang tidak pernah memudarkan senyum cantiknya Nyonya Juniadi yang menikmati makanan yang baru pertama kali dia makan sebuah mie berwarna hitam pekat berbeda dengan Juna yang terlihat bingung.
"Kamu enggak pengin makan?" Tanya Irene yang heran dengan sikap Juna. Juna hanya menggelengkan kepalanya.
"Cobain deh ini namanya bulgogi, enak tau." Ucap Irene sambil menyodorkan sesuap bulgogi. Juna pun menerimanya.
"Hemmn iya enak tapi aku pengin makan mie yang hitam itu loh yang lagidimakan sama Mama. aku pesan dulu deh." ucap Juna dan beranjak dari tempat duduk.
Irene hanya menatap punggungJuna yang mulaimenjauh dengan senyum. Apakah Mas Junanya sudah membuka hatinya? Apakah irene dapat merasakan kebahagiaannya lagi bersama Arjuna Aryasetia Juniadi
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
