
Di suatu hari menjelang long weekend, papah memberi kabar kalau dia dan mamah akan pergi keluar kota. Dithra yang mendengar hal itu pun merengek ingin ikut. Papah pun luluh dengan rengekan anak bungsunya yang paling menggemaskan itu dan memutuskan untuk membawanya. Lalu bagaimana dengan kak Putra? Dia akan ditinggalkan dirumah karena kak Putra ada tugas sekolah yang mengharuskan kerja kelompok.
Walaupun sedih akan ditinggal mamah, papah, dan Dithra adik kesayangannya, tapi kak Putra tidak berkecil...
Summer Heat
9
9
4
Berlanjut
Dithra adalah seorang anak laki-laki yang terlihat seperti anak laki-laki pada umumnya. Tetapi didalam lubuk hatinya memiliki perasaan yang sangat berbeda. Terutama perasaannya terhadap kakak laki-lakinya, kak Putra. Sedangkan kak Putra adalah seorang kakak yang jaim dan diam-diam memiliki perasaan khusus dengan orang-orang disekitarnya.
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Friend Time Extended Version [Part 1]
1
6
Cerita ini adalah lanjutan dari judul Friend Time [Rewrite Version].Mohon untuk baca cerita sebelumnya. Happy reading!Tanpa ragu, kak Yasa pun mencium pipi kak Putra.CUP!Kemudian kak Yasa mencium bibir kak Putra yang merah merona.CUP! CUPSS!Kak Yasa mencium bibir kak Putra dua kali.“Hmmm. Bibirmu benar-benar empuk ya Putra sayang, sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Sini biar aku cium lagi ya.”CUPSS!Bibir kak Putra pun basah oleh liur kak Yasa.Kini tangan kak Yasa menjamah bagian leher kak Putra yang berkeringat. Matanya memandang denyut nadi di leher kak Putra yang putih itu.“Putra. Senang rasanya masih bisa melihat denyutmu berdetak di lehermu yang indah ini. Aku bener-bener enggak ingin kehilanganmu. Kamu teman terbaikku sejak kita baru masuk SMP.”Kak Yasa mengelus leher kak Putra lalu menciumnya.CUPS!“Hmmm. Aroma lehermu ini bikin aku nyaman denganmu.”Kak Yasa pun melirik bagian dada kak Putra. Matanya berbinar melihat dada montok kak Putra.“Wah, ini dia yang aku tunggu-tunggu. Ah, Putra, dadamu ini yang selalu aku bayangin. Selama berteman denganmu, aku hanya bisa melihat dari kejauhan, atau saat kita ganti baju diruang ganti, juga saat kita ada pelajaran olahraga berenang. Sekarang aku bisa melihatnya lebih dekat, dan bisa merasakan montoknya dadamu ini.”“Tapi, tunggu…aku mencium aroma yang enggak asing.” kak Yasa pun mengendus-endus disekitar tubuh kak Putra. Sampailah dia di dekat ketiak kak Putra yang terbuka.“Nah ini dia, aroma yang biasa aku cium kalau sedang bersamamu. Iya, aroma yang khas kalau kamu lagi keringetan. Hmmm…” kak Yasa pun mengendus ketiak kak Yasa yang putih mulus dan berkeringat itu.“Putra, aku selalu horny kalau mencium aroma ketekmu. Walaupun asem begini, tapi aku suka. Hmmm…aromanya cowok banget, bener-bener membuatmu semakin gagah.”Kini tangan kak Yasa perlahan meraba ketiak putih mulus kak Putra, hangat dan lembab dirasakannya.“Uuuhhh…hangatnya…lembut…nyaman sekali. Tanganku jadi bau ketekmu nih hihihi. Tapi enggak apa-apa, aku suka kok.”Kini tangan kak Yasa perlahan meraba dada kak Putra. Dirasakannya dada montok tapi lumayan padat, maklum atlet basket.“Ah ini dia dadamu yang montok. Hangat dan lembut. Andai aku bisa memegangnya setiap hari.” burung kak Yasa pun menegang. Kak Yasa pun mencium dan mengendus dada montok itu.“Hmmm…acem nyaa Putra ku sayang, hihihi.”“Aaahhh…aku jadi tegang gara-gara tubuhmu yang gagah ini Putra.”Tangan kak Yasa meraba dada kak Putra dengan lembut dan perlahan, merasakan setiap sisi dadanya hingga berhenti di sebuah sisi dimana kak Yasa merasakan detak jantung kak Putra yang pelan dan berirama.“Ini…detak jantungmu…aaahhh…Putra sayang…aku bersyukur masih bisa merasakan detak jantungmu ini.”“Wah, ini…ini…puting mu…merah juga ya Putra. Aduh…aku enggak kuat…” kak Yasa pun dengan hati-hati dan perlahan menyentuh puting sebelah kanan kak Putra yang berwarna merah muda.“Hmmm…lembutnya. Coba aku beri rangsangan ya. Siap-siap Putra, ini akan sedikit geli, tapi mengasyikan.”Kak Yasa pun memutar-mutar jarinya pada puting kak Putra dan area disekitarnya.Kak Putra pun sedikit bergerak dari tidurnya.“Geli ya? Tahan ya, ini bakalan asyik kok.”Puting kak Putra yang lembut pun kini mengeras dan menegang.“Wah, puting mu mengeras! Aku baru tahu kalau bisa mengeras seperti ini, membuat putingmu semakin indah. Coba kalau aku mainkan kedua putingmu ya.”Kini kak Yasa memutar-mutar jarinya pada kedua puting kak Putra. Dua-dunya mengeras. Kak Putra masih dalam keadaan terlelap, tapi nafasnya semakin cepat, dada nya bergerak naik turun seiring cepat nafasnya. Kak Yasa memperhatikan tubuh kak Putra dan dia melihat ada yang menonjol di boxer kak Putra, sepertinya burung kak Putra menegang.“Wah, ada yang menonjol nih. Tapi bentar ya, aku mau mencicipi nenenmu, hihihi.”Kak Yasa menjulurkan lidahnya, lalu menjilat puting kak Putra.SLRPP!“Hmmm…asin gurih hihihi.” kini kak Yasa mulai memasukkan puting kak Putra ke mulutnya lalu melumatnya. Kak Putra mulai bergerak gelisah, walaupun masih terlelap, dan kini sedikit mendesah.SLRRP!“Mmmmhhh…” kak Yasa menikmati kegiatannya itu.“Nghhh…” kak Putra mendesah akibat perbuatan kak Yasa kepadanya. Tubuhnya mulai memanas, keringat perlahan mulai muncul dari beberapa bagian tubuhnya.“Gimana Putra? Panas ya? Ini baru permulaan lho, hehehe.” kata kak Yasa yang masih asyik melumat kedua puting kak Yasa.“Wah puasnya aku melumat putingmu. Membuat burungku tegang maksimal.” kedua puting kak Putra memerah, membengkak dan basah oleh air liur kak Yasa.“Kamu gerah ya Putra? Kayanya aku harus membuatmu semakin panas.” kak Yasa pun membuka boxer kak Putra dengan perlahan. Seketika burung kak Putra muncul dalam keadaan setengah tegang. Burung itu berwarna coklat muda dengan kepala berwarna merah muda dan tidak berbulu. Kini kak Putra tak memakai sehelai pakaian pun, telentang di ruang TV itu.“Waaah! Burungmu panjang dan besar juga ya. Aku sudah menyangka burungmu akan sebesar dan sepanjang ini, soalnya badanmu juga besar. Dithra pasti sangat bangga punya kakak sepertimu. Badanmu terlihat lebih gagah tanpa sehelai pakaian. Saatnya membuatmu panas.” dengan perlahan kak Yasa mengelus burung kak Putra. Dirasakannya lembut dan hangatnya burung yang lembab itu. Perlahan burung kak Putra pun menegang, tubuhnya sedikit bergerak walaupun masih tertidur.Kak Yasa mengendus burung itu.“Hmmm…ini dia…aroma yang sama seperti aroma celana dalam bekas di keranjang. Tapi ini aromanya lebih kuat. Yuk Putra, aku bikin kamu enjoy malam ini.” kak Putra pun menggenggam burung itu lalu perlahan mengocoknya.Tubuh kak Putra mulai bergerak-gerak, nafasnya semakin cepat dan terlihat gelisah walaupun masih terlelap. Sambil mengocok burung, kak Yasa melumat puting kak Putra yang kini menegang.SLRPP!“Ahh…mantapnya putingmu ini, gurih!” tangan kak Yasa yang satunya pun kembali meraba dada kak Putra dan memainkan putingnya.“Nghhh…” kak Putra mendesah.“Tenang Putra sayang. Lihat deh, burungmu kayanya udah tegang maksimal.” kak Yasa melihat bulir pre-cum diujung burung itu yang kini memerah akibat kocokannya.“Nghhh…” kak Putra masih mendesah, tapi tidak terbangun dari tidurnya, mukanya nampak memelas, entah kesakitan atau menikmati kocokan tangan sahabatnya itu.“Sebentar ya Putra ganteng. SLRPP! Kamu pasti bisa tahan. SLRPP! Ahh…burungku tegang!” kata kak Yasa sambil melumat puting kak Putra, yang kini mengeras dan memerah.“Nghhh…ng…nghhh…” kak Putra semakin mendesah dan bergerak gelisah, keringat mulai bercucuran kembali ditubuhnya.“Ahh…mantap banget kamu Putra…SLRPP! Kamu ganteng, badannya bagus, burungnya panjang dan besar, aroma tubuhmu juga enak…SLRPP!”“Nghhh…a…aaah…siapa…ini…aaahhh…” kak Putra mulai menyadari ada yang mengganggu tidurnya, tetapi matanya masih terpejam.“Tenang Putra, ini aku sahabatmu. SLRP!” jawab kak Yasa sambil mengulum puting.“Uuuhhh…aaahhh…ja…ngan…nghhh…” kak Putra mulai menggeliat, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk memberontak, matanya masih terpejam.“Tenang yah, kamu pasti kuat. Ayo tunjukkan kejantananmu Putra.” kata kak Yasa sambil mengelus wajah kak Putra yang berkeringat.Kak Yasa pun kini mencium bibir kak Putra dan melumatnya. Tangan kanannya memainkan puting kak Putra, sedangkan tangan kirinya mengocok burungnya yang kini basah karena pre-cum, membuat kocokan tangan kak Yasa semakin licin.SLRPP! SLRPP! CUPPS!Kak Yasa melumat dan mencium bibir kak Yasa tanpa ampun, kak Putra pun tak berkutik.“Nghhh…jangan…mmmhhh…nghhh…” kak Putra berusaha menghindar serangan bibir kak Yasa, tapi percuma karena kalah dari keagresifan kak Yasa.“Mmmhhh…SLRPP!…Enak banget bibirmu…SLRPP!…Aaahhh…mmmhhh…kenyal…”“Mmmmhhh…nghh…nghh…e…enggak…nghhh…jangan…uuuhhh…” tubuh kak Putra semakin memberontak, nafasnya tersengal-sengal, keringat semakin membasahi tubuhnya. Kak Yasa semakin mempercepat kocokannya, membuat burung kak Putra semakin memerah dan pre-cum mengalir dari ujungnya.“Aaahhh…ja…ngan…aaahhh…nghhh…e…enggak…burung…ku…aaahhh…”“Ayo Putra. Keluarkan semua air mani mu. Habiskan untuk malam ini.”AAAAHHH!...AAAHHH!...AAAAHHH!CROOOT! CROOOT! CROOOT!Kak Putra pun orgasme. Tubuhnya menggelinjang, burungnya bergerak naik turun menyemprotkan cairan putih kental, mengenai tubuhnya dan muka kak Yasa. Matanya terpejam, nafasnya tersengal-sengal, jantungnya berdebar kencang.“Aduh! Kencang sekali semprotanmu Putra. Muka ku jadi kecipratan nih, hihihi.” kata kak Yasa sambil menyeka cairan sperma dari wajahnya.“Aku baru liat kamu orgasme, ternyata seperti ini ya. Good job Putra, kamu gagah banget, enggak kebayang kalau aku digagahi olehmu.” kak Yasa mengelus tubuh kak Putra yang kini sudah tidak berdaya. “Haah…haah…haah…” kak Putra kelelahan, nafasnya terengah-engah, matanya terpejam, badannya berkeringat dan lemas tak berdaya. Burungnya kini sudah tidak terlalu tegang lagi, tapi masih panjang. Sepertinya kak Putra sudah KO.“Duh Putra. Walaupun kamu lemas begini tapi tetep ganteng dan gagah. Sekarang saatnya aku yang bersenang-senang.”~ Bersambung ~
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan