Horor Sekilas Part 2 - Kumpulan Cerita Horor Pendek

3
3
Deskripsi

Berisikan kumpulan cerita horor pendek dari musim kedua “Horor Sekilas” bertema Pamali yang diterbitkan di akun instagram Klab Angker pada bulan Januari hingga April 2024.

GANJIL

Handphone Sam yang dalam keadaan silent terus bergetar, di layar terpampang "kantor". Dengan wajah cemas, Sam yang sudah 6 hari ini mengurung diri dalam kamar kosnya, cuma bisa menatap layar handphone yang dipenuhi oleh notifikasi pesan singkat dan missed call.

Semenjak 2 sahabatnya berurutan meninggal secara misterius—keduanya ditemukan dalam keadaan seperti orang yang mati tenggelam, dengan bekas cekikan di leher. Sam tak lagi keluar kamar, dia ketakutan, karena siapapun yang "menjemput" sahabat-sahabatnya akan datang juga untuk mengambil nyawanya.

Saking paranoid, jangankan keluar sebentar untuk membeli makanan, karena persediaan mie instan sudah habis dari 2 hari lalu. Jika ada yang mengetuk kamar, Sam tidak akan menjawab, pura-pura lagi tak ada di kamar. Lampu juga dimatikan, jendela ditutupi oleh sobekan majalah dan kardus bekas paket.

"Maafin gue ya, klo aja waktu itu gue enggak maksa buat foto bertiga, mungkin elo semua masih pada ada. Bego banget gue, enggak percaya omongan elo-elo yang bilang foto klo jumlahnya ganjil bakalan sial." Sam menyesal sambil menatapi foto terakhir di handphone.

"TOLOOOONG...SAM, TOLOOONG GUE!"

Belum selesai meratapi sahabat-sahabatnya yang meninggal tidak wajar tersebut—yang satu ditemukan di dalam mobil, dan satu lagi di toilet sebuah bioskop. Sam tiba-tiba saja mendengar suara orang minta tolong, yang asalnya seperti dari kamar mandi kosan. 

Walaupun ketakutan, tapi layaknya di film-film horor, Sam tetap mendekati sumber suara di kamar mandi. Baru saja membuka pintu, ada kekuatan gaib yang langsung mencekik Sam lalu menyeretnya masuk. Selagi dia berontak, tiba-tiba air keran terbuka dengan sendirinya.

Hanya dalam hitungan beberapa menit, air di kamar mandi sudah hampir menenggelamkan Sam. Hanya wajahnya yang sekarang masih belum tersentuh air, yang entah bagaimana caranya bisa begitu cepat membanjiri kamar mandi layaknya adegan di film Titanic.

Sam yang masih dalam kondisi tercekik, lalu ditarik masuk ke dalam air. Sebelum nafasnya habis, dia sekilas melihat bayangan hitam di cermin, bayangan hitam itu mirip perempuan yang bertangan panjang, kedua tangannya sedang mencengkram leher dan kakinya.

Keesokannya, Sam ditemukan sudah tidak bernyawa di kamar mandi. Setelah kamarnya dipaksa dibuka oleh Bapak kos yang melihat ada air yang keluar dari kamarnya Sam dan menggenangi lorong kosan. Kondisi mayatnya Sam pun sama seperti sahabat-sahabatnya.

****

RAMBUT

"Hantu Pencukur Rambut Wanita Gegerkan Sebuah Desa di India!"

Sambil tertawa, Bianca menyodorkan telepon pintar berlogo buah apel kegigit ke wajah Ria, teman satu kosan yang tinggal bersebelahan. Memperlihatkan unggahan video viral tentang fenomena gaib di negeri berjuluk anak benua tersebut. Ria yang tidak suka dengan sesuatu yang berbau horor spontan melotot tajam ke arah Bianca yang terlihat masih cekikikan.

"Lo kalo udah melotot mirip Suzzanna!"

"SEREM, tahuuuu enggak!!

Entah sudah berapa kali kata-kata tersebut keluar dari mulut Bianca, tatkala dia melihat Ria mengeluarkan jurus mata melototnya.

"Eh, nanti potongin rambut gue plis, rapihin belakangnya, kemaren malem gue motong sendiri, tapi jelek banget, tolongin yah!!"

Bianca terlihat memohon-mohon kepada Ria yang sebetulnya masih jengkel karena ulah temannya yang memang suka usil.

"Potong rambut kok malem-malem, PAMALI klo kata orang-orang dulu!"

Dengan nada kesal, Ria menimpali permintaan Bianca. Meskipun awalnya enggan, tapi pada akhirnya dia mengiyakan setelah dibujuk dan dijanjikan akan ditraktir mie ayam langganan.

"Jam berapa ini? Katanya sebentar, tahunya empat jam, WA enggak dibales, gue baru aja mau ke kamar lo, eh nongol juga ternyata."

Ria yang baru muncul sambil membawakan gunting cuma bisa tersenyum mendengarkan Bianca yang tidak berhenti ngomel.

"Katanya PAMALI, karena lo datangnya lama tetep aja ujung-ujungnya potong malem kan!"

"Lo kok daritadi diem aja, masih ngambek ya gara-gara tadi sore gue takut-takutin?"

Sambil menggunting rambutnya Bianca, Ria kembali merespon dengan senyuman aneh.

Walaupun merasakan ada yang tidak beres dengan Ria yang selama memotong rambut diam saja, bahkan langsung ngeloyor pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi Bianca menganggap Ria memang lagi marah, besok juga akan baik lagi seperti biasanya.

Paginya, Bianca yang masih sangat ngantuk karena tidurnya tak nyenyak diganggu mimpi buruk, terbangun oleh suara ketukan pintu. Sambil berjalan ke arah pintu, Bianca sekilas teringat mimpinya, di mimpi dia melihat Ria sedang makan rambutnya, wajahnya seram.

"Sorry, gue semalam ketidur..."

Saking terkejut, Ria sampai tidak melanjutkan kalimatnya ketika melihat Bianca yang baru membukakan pintu.

Kepala Bianca hampir plontos, menyisakan sedikit rambut.

****

BANTAL

"Sur, Lo kayaknya dikirimin santet ini mah!"

Martin menengok temannya yang sedang terbaring sakit, namanya Surya. Kira-kira sudah sebulan lebih sekujur tubuhnya bisulan. Dari kulit kepala hingga ke telapak kaki. Dari yang seukuran kacang pilus sampai sebesar tahu bulat. Awalnya hanya satu di sekitar area bokong. Bolak-balik rumah sakit tapi hasilnya nihil, alih-alih sembuh malah tambah banyak.

"Anak-anak yang lain pada kirim salam, maaf enggak bisa datang. Biasalah lembur, masih banyak revisian dari klien. Gue juga bakalan balik lagi ke kantor abis jenguk Lo, Sur."

Martin sebetulnya bersama teman-temannya Surya yang lain, namun mereka enggan untuk ikut masuk. Tak tahan oleh aroma busuk bisul bernanah yang sudah bisa tercium dari depan pintu kamar. Jadi Martin mengarang cerita.

"Gue ada temen, Sur!"

"Dia katanya punya kenalan orang pinter gitu, mau gue panggilin? Siapa tahu sembuh, Sur!"

Surya hanya menggelengkan kepalanya, dan kembali mencoba mengangkat jari telunjuk. Sekuat tenaganya menunjuk ke arah Martin.

"Daritadi gue duduk, Lo nunjuk-nunjuk aja!"

Tiba-tiba bisul di kulit kepalanya Surya pecah. Ada nanah bercampur darah yang keluar, lalu mengalir turun ke dahi. Nanah tadi kemudian melewati tepian tulang hidung dekat dengan ujung mata sebelah kiri, dan berhenti di pipi. 

Martin mencoba menahan rasa jijik sekaligus bau. Dia pun mengambil tisu, setelah itu dia mengelap nanah di pipi Surya. Nanah lengket beraroma seperti susu yang sudah basi, yang warnanya berubah kekuningan dan berjamur.

Surya kembali mencoba menunjuk-nunjuk ke arah Martin, tepatnya ke bawah, ke bantal yang daritadi memang diduduki oleh Martin.

"Lo mau bantal ini, Sur?"

Martin memberikan bantal tersebut, sekalian dia pamit karena sudah berkali-kali mendapat "teror" berupa missed call dan pesan singkat.

"Tugas negara memanggil, gue cabut ya!"

"Sabar dong, pake missed call dan chat terus, restoran sushinya kan buka sampe malem!"

Di luar, Martin nyeletuk dengan rada jengkel ke teman-temannya yang sudah menunggu. Mereka memang niat mau makan-makan ke tempat langganan, "ritual" bulanan setiap kali baru gajian. Tapi setelah melihat bisul, Martin sepertinya sudah kehilangan selera makan.

"Lo udah dengar belom? Gosipnya si Surya itu sakit setelah duduk di bantal, aneh banget ya, ada-ada aja emang yang nyebar gosip."

Setelah kata-kata "duduk di bantal" itu keluar dari mulut temannya, wajah Martin seketika berubah jadi seperti habis melihat hantu saja. 

Martin teringat bantal yang ditunjuk-tunjuk oleh Surya. Bantal yang ia duduki barusan.

****

CERMIN

"Ini RUMAH CERMIN? Serem juga udah kayak rumah-rumah di film horor Jepang."

Dodi bersama kedua temannya sampai di rumah cermin. Konon katanya, dulu pernah ada kejadian mengerikan di rumah ini. Dan, barang siapa yang menyisir malam-malam di depan cermin, kata urban legend-nya akan dipertemukan dengan hantu pemilik rumah.

Ketiganya pun masuk, melompati pagar lalu masuk lewat jendela yang sudah rusak. Di dalam, Dodi menyalakan senter di handphone dan dikejutkan oleh bayangan, yang ternyata pantulan bayangannya sendiri di cermin.

"Sialan, kaget gue!"

"Pantes namanya RUMAH CERMIN, liat deh dimana-mana ada cermin. Aneh banget!"

Mereka pun berpencar, karena kata cerita yang tersebar, hanya satu cermin yang berisi hantu pemilik rumah. Cermin besar dengan ornamen ukiran bunga kamboja di sekeliling bingkainya. Cermin yang ada di kamar tidur milik anak perempuan. Dua temannya mencari di lantai bawah, Dodi kebagian lantai kedua.

Malam bikin rumah yang sudah lama sekali tak dihuni tersebut jadi makin mencekam.

KETEMU!! CERMINNYA KETEMU!!

Dodi berteriak dari kamar di lantai dua. Tapi dua temannya tidak kunjung naik. Meskipun sendiri dan ketakutan, demi konten Dodi lalu mengambil sisir di saku celana. Kemudian dia merekam dirinya sendiri sedang menyisir di hadapan cermin besar tersebut.

Tapi tidak terjadi apa-apa.

Setelah Dodi menyadari urban legend rumah cermin itu hanya omong kosong, dia segera buru-buru turun. Tiba-tiba kaki Dodi seperti ada yang menjegal, dia pun langsung jatuh terguling di tangga yang terbuat dari kayu.

Di luar, dua temannya mendengar ada suara seperti orang jatuh. Itu adalah Dodi.

Tak lama kemudian Dodi terlihat keluar dari RUMAH CERMIN. kedua temannya langsung minta maaf karena keluar lebih dulu. Mereka kabur setelah melihat banyak bayangan di cermin. Dodi hanya diam sambil membalas dengan senyuman. Tetapi kedua temannya melihat ada yang aneh, tatapan mata Dodi begitu kosong, bagaikan tidak bernyawa.

Ketika Dodi dan teman-temannya berjalan pulang, menjauh dari RUMAH CERMIN. Ada suara yang terdengar samar-samar. Suara teriakan pilu minta tolong dari dalam rumah. Suaranya berasal dari kamar di lantai dua.

Suara dari dalam cermin bunga kamboja.

Suara Dodi.

****

PAYUNG

Ronda yang sudah 3 hari ini marah dengan Ibunya, karena tidak dibelikan smartphone terbaru, tiba-tiba mendapat paket misterius di depan rumahnya. Setelah dibuka, ternyata isinya sebuah payung berwarna hitam.

Ada kartu juga yang bertuliskan: 

PAYUNG PENGABUL PERMINTAAN

"Sialan, ini pasti kerjaan anak-anak deh ngirim gue barang-barang aneh. Kalo enggak Ambar pasti si Mumun. Awas aja ntar gue bales!"

Walau tahu payung tersebut hanya kiriman iseng temannya, tapi Ronda tetap penasaran. Lalu ia mengikuti instruksi yang tertulis pada kartu, sambil mengingat-ngingat Ibunya.

"Semoga nyokap gue yang bawel sukanya nyuruh-nyuruh belajar terus, besok pagi bakal hilang dari muka bumi!"

Ronda membuka payung di dalam kamarnya, sesuai instruksi di kartu. Setelah menyebut permintaannya, ia kemudian ketiduran.

Esok paginya, Ronda yang bangun kesiangan menemukan Ibunya sudah tidak ada di dalam rumah. Nomor Ibunya juga tidak aktif, setelah Ronda beberapa kali menelepon. Padahal ini hari Minggu, dan biasanya kalau pergi Ibunya pasti meninggalkan pesan lebih dulu.

"Masa iya, gara-gara payung?"

"Enggak mungkin!!"

Ronda pun segera bergegas berlari balik ke kamarnya. Alih-alih meminta Ibunya kembali, ia malah menyebutkan permintaan lain sambil senyum lebar membayangkan akan memiliki smartphone baru yang ia idam-idamkan.

"Gue mau smartphone terbaru, please!"

Tidak lama kemudian, Ronda yang masih memegang payung, tiba-tiba dikejutkan oleh cairan yang menetes di kepalanya. Cairan kental kecoklatan yang baunya seperti hewan mati tersebut muncul dari dalam payung. Ia pun buru-buru melempar payung ke lantai.

Lalu, Ronda melihat tangan keluar.

Tangan besar berlumur cairan coklat keluar dari dalam payung, merangkak bagaikan siput bercangkang payung. Belum sempat Ronda bergerak, tangan tersebut sudah menyergap kakinya, menariknya ke dalam payung.

"TOLOOOOOOONG...AAAAARGH!"

"Maaf Ronda, Ibu tadi pergi enggak bilang, karena mau kasih surprise."

Ibunya Ronda baru datang dengan membawa kantong berisi smartphone yang diinginkan anaknya. Membuka pintu kamar, tapi Ronda tak ada. Lalu Ibunya mengambil payung yang terbuka dan tergeletak di lantai.

****

PULANG

Nuri tetap bersikeras untuk pulang ke rumah di dusun sebelah, dengan alasan bapaknya yang sedang sakit cuma sendirian di rumah. Padahal temannya sudah memintanya untuk menginap, karena hari sudah mulai gelap.

"Aku pulang yah, makasih sudah pinjami aku uang untuk berobat bapakku, bulan depan aku janji, pasti bakal aku balikin." 

"Masih percaya aja sama tahayul yang dibuat untuk nakut-nakutin kita dulu pas bocah."

Di daerah mereka memang ada larangan tak boleh keluar saat matahari sudah terbenam. Namun Nuri menganggap cerita orang yang hilang karena keluar ketika sudah gelap, itu semua hanya omong kosong untuk menakuti anak-anak kecil, supaya nurut orang tuanya.

Jarak antar dusun sekitar 3 kilometer, tetapi baru beberapa ratus meter saja dari rumah temannya, tiba-tiba ban sepeda Nuri bocor setelah melindas batu yang lumayan besar. Ia pun terpaksa menuntun sepeda peninggalan Ibunya yang sudah meninggal tahun lalu.

"Apes banget, pake bocor segala sepedanya Ibu, mana masih jauh ke rumah, batu sialan!"

"Kok enggak enak perasaan ya."

Di ufuk barat, sang surya hampir terbenam, membuat suasana makin mencekam. Sambil menuntun sepeda, Nuri tidak menyadari kalau sejak tadi ada yang memperhatikannya dari balik pepohonan yang berderet di kiri-kanan jalan. Sosok bayangan seperti perempuan.

"Nuri...Nuri...Nuri..."

"Lari...Lari...Lari..."

Nuri mulai mempercepat langkahnya, karena tiba-tiba ia mendengar suara menyeramkan dari balik pohon. Namun bukannya menjauh, suara tersebut malah makin dekat, sekarang bagaikan ada di belakangnya Nuri. Meskipun penasaran, ia tidak berani untuk menengok.

Nuri mencengkram stang sepedanya makin kencang, rasa takutnya kemudian menyuruh kakinya untuk berlari. Tidak memperhatikan jalan yang memang sudah gelap, Nuri yang berlari kemudian menubruk sesuatu hingga terpental jatuh ke tanah bersama sepedanya.

Nuri berakhir tidak sadarkan diri.

Tak berapa lama kemudian, Nuri terbangun. Dengan pandangan yang masih agak kabur, samar-samar ia dapat melihat sesuatu yang ditabraknya. Makhluk setinggi pohon kelapa yang bayangannya membuat sekitarnya Nuri jadi semakin gelap. Ia pun buru-buru berdiri, meninggalkan sepeda, lalu berlari memutari makhluk yang aromanya begitu busuk.

Nuri terus berlari hingga bau busuk makhluk tadi lama kelamaan tak lagi tercium. Tiba-tiba dari arah depan, Nuri seperti mendengar ada langkah kaki, Ia pun spontan bersembunyi di balik pohon. Alangkah terkejutnya Nuri, ketika ia melihat siapa yang melintas di hadapannya. 

Orang itu adalah dirinya sendiri yang sedang menuntun sepeda yang bannya bocor.

"Nuri...Nuri...Nuri..."

"Lari...Lari...Lari..."

Nuri berusaha memperingatkan, tapi teriakan yang menggema justru membuat orang yang mirip dengan dirinya itu berlari. Nuri mengejar, bermaksud menghentikan dirinya sendiri agar tidak bertemu makhluk setinggi pohon kelapa. Tapi Nuri yang sudah lemas, kalah cepat.

Terlambat, ia gagal menolong dirinya sendiri.

****

SIULAN

Kuja menyalakan kamera di HP-nya, bersiap membuat konten tantangan bersiul di tengah malam, secara live di sosial medianya.

"Halo Gaes, malam ini gue mau mencoba tantangan, bersiul tengah malam, sekarang jam 11 lewat 47 menit. Katanya sih pamali, bakal mengundang memedi. Serem kan!"

Siaran langsung dimulai, followers Kuja yang lumayan banyak pun satu persatu menonton. Lalu Kuja segera bersiul, siulan pendek kayak suara burung. Komentar pun bermunculan.

"Rikues siul pake lagu mandi kembang dong, Mas Kuja, hehehehehe."

"Enggak ada apa-apa nih!!"

"Bang Kuja, itu action figure di belakang, apa mau dijual? Gue beli, Bang!"

30 menit berlalu, tapi belum ada tanda-tanda siulan Kuja berhasil memanggil setan. Padahal sudah bersiul dengan bermacam nada. Dari lagu dangdut hingga theme song "Si Doel Anak Sekolahan", tapi tak terjadi apa-apa.

"BUANG KUOTA GUE AJA NIH!!" 

"Mas Kuja, coba pake lagu Lingsir Wengi."

"Mana setannya, enggak seru!!" 

Baru saja Kuja ingin mencoba bersiul dengan nada Lingsir Wengi, tiba-tiba ada bunyi keras yang sumbernya dari atap kamar Kuja. Suara seperti ada sesuatu yang besar jatuh.

"Anjrit, suara apaan tuh!!" 

"Gue juga denger ngeri!!" 

"SETANNYA DATAAAANG!!" 

Siaran langsung Kuja mendadak tidak ada suaranya. Followers hanya bisa melihat Kuja tampak bicara tapi tak terdengar apa-apa. Lalu, salah satu followers-nya melihat ada sesuatu yang aneh di belakang Kuja.

"MIC-NYA RUSAAAAAAK!" 

"SUARAAA HILAAAAANG!" 

"ACTION FIGURE DI BELAKANG GERAK!" 

"SETINGAN NIH YAAAA!!"

"Kepala action figure, semua kepalanya nengok sendiri ke arah Bang Kuja!"

"Bang di belakang, Bang. Pada gerak!" 

"Suaranya masih ilang, Baaang!"

"😭😭😭😭 Sereeeem!"

"Gue liat mainan Bang Kuja gerak!"

Tiba-tiba Kuja tampak mematung di depan kamera. Selang beberapa menit kemudian, ia seketika berperilaku aneh. Kepala dan badan Kuja mulai berputar semakin cepat. Mulutnya terbuka lebar dan kedua bola mata memutih.

"KUJA KESURUPAN!"

"KESURUPAAAN 😱😱😱"

"Anjrit!! Kenapa Bang Kuja??!!"

"BOHONGAN NIH! PALSUUU!"

"KEREN LIVE KESURUPAN!"

"Kesurupan kayak di pilem horor."

"KESURUPAAAAAN 😱"

Kemudian live-nya Kuja terputus, setelah kepalanya menghantam kamera.

Tak berapa lama kemudian, Kuja kembali live. Dia hanya tersenyum ke kamera, lalu berkata.

"Selanjutnya kalian, selanjutnya kalian, kalian yang menonton."

Setelah itu, ia kembali tersenyum.

Hanya tersenyum.

****

JODOH

Hari yang paling dinanti oleh Irma telah tiba, sang kekasih nanti sore akan datang bersama dengan orang tuanya untuk melamar. Sambil melamun di depan pintu, Irma membayangkan  pernikahannya kelak bakalan heboh, seperti yang diimpikannya semenjak kecil. Betapa bahagia wajah Irma, sampai akhirnya suara Ibunya membangunkannya dari lamunan.

"Kebiasaan kamu, sudah berapa kali sih Ibu kasih tahu, tetep aja kamu suka duduk depan pintu. Pamali, Irma. Pamali!"

Omelan ibunya tidak dihiraukan, Irma kembali tenggelam dalam lamunan. Lagipula PAMALI yang sering dikatakan Ibunya tak berlaku lagi ke dirinya, karena nanti sore jodohnya akan datang dari pulau di seberang.

Jam di dinding menunjuk ke angka 5, Irma yang sudah siap untuk menyambut jodohnya, lengkap dengan pakaian baru dan make-up sedikit tebal, mulai digerogoti gelisah. Sang kekasih semestinya sudah menginjakkan kaki di rumah Irma dari sejam lalu. Pesan singkat terakhir yang diterima oleh Irma mengabarkan kalau sang kekasih telah berada di atas kapal yang menyeberang. Setelah itu, tidak ada lagi balasan, meski Irma berkali-kali kirim pesan.

"Duh, anak Ibu yang sudah cantik, kenapa cemberut? Sabar, sebentar lagi juga datang. Mungkin di jalan dan tidak ada sinyal."

Melihat anaknya terlihat kesal sambil duduk di depan pintu, Ibunya Irma kemudian mencoba menghibur. Kali ini tidak ditambahkan dengan omelan, walaupun Irma melalukan kebiasaan buruk yang sudah ribuan kali dilarang Ibunya.

Ibu Irma lalu pergi ke dapur.

Bersamaan dengan tenggelamnya pemberi kehidupan. Rumah Irma tiba-tiba diselimuti kabut yang datang perlahan dari ujung jalan. Irma menyadari ada sesuatu yang janggal dengan kabut yang sekarang bagai memagari rumahnya tersebut. Di tengah kebingungan, Irma kemudian melihat 3 bayangan di dalam kabut. Kebingungan berubah jadi ketakutan tatkala sosok-sosok dalam kabut pekat lalu kelihatan bergerak semakin mendekat.

"Irma..."

"Irma...."

"Irma, ini aku..."

"Aku datang..."

Dari balik kabut, bayangan-bayangan tadi ternyata orang yang telah lama ditunggu oleh Irma. Sang kekasih bersama orang tuanya. Seketika rasa bahagia langsung menyelimuti bagai kabut di sekeliling rumah Irma, hingga ia tidak menyadari keanehan tengah terjadi.

"IRMAAAAAAAAAAAA!!"

Teriakan Ibunya Irma yang baru muncul dari dapur langsung memecah keheningan. Ia melihat anaknya sedang bersama sesosok makhluk berkepala manusia namun tubuhnya lebih mirip gurita. Tentakel-tentakel berlendir tampak sedang melilit leher, kedua tangan, dan pinggang Irma. Sedangkan dua makhluk serupa di belakang hanya diam mengawasi.

Irma yang masih tersenyum lebar, dengan tatapan kosong yang tajam, kemudian dibawa masuk ke dalam kabut. Ibunya hanya mampu berteriak dan menangis, tapi tidak berdaya karena tubuhnya tak bisa digerakkan. Seperti ada kekuatan magis yang membuat sekujur tubuh Ibunya Irma mematung.

Ia terus memanggil nama anaknya yang kini terlihat tinggal bayangan dalam kabut, lalu perlahan-lahan menjauh dan menghilang.

****

BUNDA

Seorang perempuan yang berambut panjang berdiri di depan sebuah rumah. Pakaiannya basah kuyup dan tubuhnya tampak gemetar kedinginan. Tangan kanannya membawakan kantong plastik hitam, lalu ia mengetuk pintu rumah tersebut. Setelah tiga kali mengetuk, ternyata tidak ada respon dari dalam, tidak ada yang membukakan pintu. Lalu perempuan itu kembali mengetuk, kali ini dibarengi suara yang terdengar parau sekaligus lemah.

"Anto...Anto...Anto...Anto..."

Tak lama kemudian pintu rumah terbuka, ada anak laki-laki berumur sekitar 6 tahun yang tersenyum di balik pintu. Ia tampak senang karena Bundanya akhirnya pulang ke rumah. Perempuan berambut panjang tadi ternyata adalah Ibunya. Ia segera masuk dan pergi ke dapur. Sedangkan Anto, anaknya, kembali bermain dengan bolanya. Saat bola terlihat menggelinding ke arah pintu depan, Bunda keluar dari dapur membawa sepiring nasi.

"Bermain bolanya udahan dulu, hayuk Anto makan. Bunda bawa ayam goreng kesukaan Anto nih, ayam goreng Mpok Gayong."

Masih memakai daster putih panjang yang basah kuyup, Bunda meletakkan sepiring nasi dan kantung plastik hitam berisi ayam goreng di meja makan. Lalu menyuruh Anto yang lagi asyik bermain untuk makan dahulu.

"Bunda, bajunya kenapa basah?"

"Padahal di luar enggak hujan."

Anto bertanya kepada Bunda, namun Bunda tidak menjawab seakan-akan ia juga bingung alasan kenapa bajunya sampai bisa basah kuyup seperti terguyur hujan. Padahal malam ini sama sekali tidak turun hujan. Anto lalu melanjutkan melahap ayam goreng.

Selagi Anto makan, tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar bunyi berisik, seperti ada sesuatu yang jatuh. Bunda kemudian pergi ke kamar mandi untuk memeriksa, tapi ternyata tidak ada apa-apa. Saat Bunda kembali ke meja makan, Anto sudah tidak ada disana, meninggalkan piring dengan sisa nasi yang masih banyak. Melihat anaknya menyisakan makanan, Bunda langsung terlihat murka.

"ANTOOOO!!"

"Bunda sudah susah cari uang dan makanan, malah kamu sisain, kalau nasinya ngak habis, nanti nasinya nangis!!"

Sambil marah, Bunda lalu menarik Anto yang sedang main bola ke kamar mandi. Walaupun dimarahi, Anto membalas dengan senyum. Tidak hanya dimarahi, Anto juga diguyur oleh Bunda. Meski begitu, Anto tetap tersenyum, membuat Bundanya semakin murka ke Anto.

"Kamu diam disini!!"

"Dimarahin Bunda malah senyum-senyum!"

"Bunda kurung kamu!!"

Bunda lalu membanting pintu kamar mandi, mengurung Anto di dalam. Piring berisi sisa makanan Anto dilempar hingga berserakan di lantai. Bunda yang emosi kemudian pergi ke kamar tidur. Bunda lalu ketiduran, melupakan Anto yang terkurung di kamar mandi.

Bunda terbangun dan terkejut karena ia tak berada di kamar, namun mendadak ada di sebuah perempatan jalan. Di seberangnya, ia melihat Anto sedang bermain bola. Bunda sempat memanggil, tapi Anto seperti tidak mendengar panggilan Bundanya. Lalu Bunda melihat Anto sedang mengejar bola yang menggelinding ke tengah jalan. Bunda segera berlari sambil berteriak, tapi terlambat karena tubuh mungil Anto tiba-tiba disambar truk.

Bunda hanya bisa menangis, menggendong Anto yang tak bernyawa, lalu hujan turun.

Bunda terbangun dari mimpi buruknya, lalu ia buru-buru berlari ke kamar mandi. Wajahnya tampak kebingungan bercampur ketakutan. karena Anto tidak ada di dalam kamar mandi yang terkunci. Tiba-tiba ada suara tangisan mirip dengan suaranya Anto. Bunda berusaha mencari darimana sumber suara menangis tersebut.

Betapa terkejutnya Bunda, setelah mengetahui yang menangis ternyata sisa nasi Anto yang berserakan di lantai.

****

HELMARU

🎶 Cahaya kuno akan tiba dari gelapnya timur dan hati kami akan merindukan, menantikan. Bahwa cahayanya akan datang pada malam suci tanpa bintang. Pujilah pembawa malam yang suci, pujalah pembawa cahaya murni."

Damar sedang asyik menyanyikan lagu band gothic metal yang baru saja ia tonton, sambil buang air di toilet yang lampunya kedap kedip mirip seperti di film-film horor. Lalu, tiba-tiba pundaknya ada yang menepuk dari belakang.

"Huss!! Nyanyi di kamar mandi itu pamali. Gue duluan ya, badan sakit-sakit gini abis moshing jadi pengen buru-buru nyampe rumah ketemu kasur dan rebahan, sampai jumpa lagi, bro!"

Teman Damar segera melengos pergi keluar, meninggalkan Damar yang masih tanggung buang air sambil melanjutkan bernyanyi.

"Pamali, pamali, taik kucinglah!! Udah kayak nyokap gue aja yang selalu ngomel tiap gue nyanyi di kamar mandi. Pake bilangin musik metal itu musiknya setan pula, haduh!!"

Damar yang baru selesai buang air, ngomong sendirian bagaikan di sinetron-sinetron. Saat ia sedang membetulkan posisi celananya. Eh, tiba-tiba dari luar terdengar suara sirine.

Saat suara sirine tanda bahaya ala "Silent Hill" meraung-raung, lampu di toilet seketika mati. Damar pun kemudian buru-buru menuju pintu toilet, ketika tangannya baru ingin menggapai gagang pintu, ia melihat ada kilatan cahaya yang masuk dari sela-sela bawah pintu toilet. 

"Kenapa berasa kayak di gim-gim horor ya!"

Damar membuka pintu toilet dan menemukan KLAB KOBRA, sebuah bar yang jadi tempat manggung band favoritnya, tak hanya gelap tetapi juga sepi. Tak tampak satu orang pun, termasuk kru yang sebelumnya Damar lihat sedang sibuk beres-beres peralatan. Tanpa pikir panjang, di tengah kebingungan dan juga suara sirine yang memekakan telinga, Damar kemudian berlari menuju pintu keluar klab.

Anehnya, sewaktu Damar membuka pintu, ia tak melihat pemandangan jalanan, tapi malah kembali ke toilet yang barusan ia pakai untuk buang air. Bingung campur panik, Damar lalu mulai mencari pintu keluar dengan bantuan senter di handphone-nya. Namun, tiap pintu yang Damar buka, semua terhubung ke toilet.

Belum selesai dibuat bingung oleh pintu yang semuanya terhubung ke toilet, Damar yang sedang duduk dengan tatapan kosong di bibir panggung, kemudian dikagetkan oleh suara ketukan keras dari kolong panggung. Suara ketukan yang dibarengi suara berat seorang lelaki seperti sedang bernyanyi. Kemunculan suara laki-laki bernyanyi disusul oleh suara sirine yang mendadak berhenti berbunyi.

🎶 Cahaya kuno akan tiba dari gelapnya timur dan hati kami akan merindukan, menantikan. Bahwa cahayanya akan datang pada malam suci tanpa bintang. Pujilah pembawa malam yang suci, pujalah pembawa cahaya murni."

Damar sekarang bisa mengenali nyanyian dari kolong panggung tersebut, lirik dari lagu band gothic metal favorit yang sering ia nyanyikan.

Dikerubungi rasa penasaran, Damar perlahan membungkukan tubuhnya, memeriksa kolong panggung, sambil kembali menyalakan senter di handphone-nya. Betapa terkejutnya Damar saat menemukan laki-laki bertubuh kurus dan rambut gondrong acak-acakan. Mata Damar makin terbalalak ketika lelaki itu menatap ke arahnya, memperlihatkan sekilas wajahnya.

Wajahnya mirip dengan Damar.

****

Bonus Cerita

SPOILER

Di tengah-tengah film horor yang sedang ditontonnya, Olin tiba-tiba kebelet buang air kecil. Bukan waktu yang tepat untuk ke toilet, apalagi sebelumnya ada adegan toilet yang bikin dia teriak histeris. Karena toilet terdekat sedang diperbaiki, Olin pun ke toilet yang lebih jauh dari studio dimana dia menonton.

"Nanti lurus saja, masuk ke lorong itu, lalu ke kiri, toiletnya ada di paling ujung." Kata pria berseragam cleaning service yang wajahnya agak pucat. Tanpa merasa ada yang aneh, Olin mengikuti arahan pria tersebut. Sampai di toilet pria, karena sempat minum banyak, pipisnya jadi agak lama, padahal Olin paling anti ketinggalan cerita film yang ditonton.

Lagi enak-enaknya pipis, Olin mulai merasa ada yang aneh dengan toiletnya. Dia baru sadar, toiletnya ternyata mirip dengan toilet yang ada di dalam film. Tiba-tiba ada suara berisik dari salah satu bilik toilet, Olin segera teringat adegan horor yang bikin popcornnya tumpah, saking kaget setengah mati.

Sambil membetulkan celananya dengan terburu-buru, Olin pun langsung ngacir ke pintu keluar. Tapi ternyata, pintunya terkunci. Suara dari bilik pun semakin gaduh, seperti ada yang sedang menggeram kencang dan memukul-mukul dinding pemisah bilik toilet. 

Kejadiannya mirip dengan adegan film.  

"KRIEEEEEEEEEEEKKKKKKKKKKK!!!"

Pintu asal kegaduhan pun terbuka. Olin makin histeris berteriak meminta tolong. Sosok yang sudah dia takutkan bakal muncul, sekarang berdiri beberapa meter darinya. Perempuan berambut panjang dan wajah penuh lumuran darah. Olin seperti terkena "spoiler", karena dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Perempuan itu mulai mendekat, gerakannya sangat aneh. Rambutnya menutupi tubuhnya yang kurus, panjang menjuntai jatuh ke lantai. Tulangnya seperti sudah patah tidak tersusun lagi dengan normal, dan ada beberapa bagian tulang rusuk yang terlihat menonjol keluar.

"Sialan, kok bisa mirip kayak di film!!"

"Berarti abis ini, gue bakal...."

Selagi Olin membabi buta menggedor pintu, tiba-tiba perempuan itu mendekat dengan cepat. Wajahnya sekarang hanya beberapa inci di depan Olin. Matanya yang awalnya tertutup perlahan-lahan terbuka, bersamaan dengan mulutnya yang celangap, bagaikan ular piton yang mau menelan mangsanya.

"Gila! adegan setan perempuan pas makan si Deborah di toilet ngeri banget!!"

Sekelompok anak-anak muda baru keluar dari studio, salah satunya bercerita tentang film horor yang baru saja mereka tonton. Mereka melewati pria berseragam cleaning service yang dilihat Olin ketika mau ke toilet.

Toilet yang ternyata tidak sedang diperbaiki.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Horor Sekilas
Selanjutnya Jaga Malam Part 2 - Mayang Yang Hilang
1
0
Baru hari pertama, Elva sudah dikejutkan oleh aneka keanehan di minimarket Pak Hasbi yang letaknya di seberang pemakaman keramat dan angker.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan