
"Begitu kamu hamil saya akan menikahimu."
Perempuan itu tidak menjawab. Irina menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Air matanya terus mengalir walaupun sudah tidak ada isakan yang terdengar.
Ketika Calvi meninggalkan kamarnya, Irina menghapus air matanya. Kalau aku hamil, aku akan berusaha kabur dari sini, tekadnya. Sebenarnya aku tidak sudi mengandung anaknya. Tapi jika itu terjadi-harus terjadi-aku tidak boleh membiarkannya ada di dekatku. Aku tidak mau anakku dididik oleh orang seperti dia!
~...
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
[PDF] Kali Kedua Bersama Alinda
3
0
Siapa ayah anak ini, Alinda? tanya Nathan langsung ke sasaran.Ke sinilah lebih dekat agar kamu bisa melihatnya.Nathan menarik napas kesal. Dia berdiri, dan menghampiri Alinda untuk memandang anak itu.Dia pun terkesiap.Anak ini... katanya gugup.Ya, dia anakmu, jawab Alinda lugas. Anak kita. Aku tidak keberatan jika kamu mau tes DNA. Aku mengerti.Nathan tertegun saat matanya menatap bayi yang memiliki mata belo dan bibir yang mirip dengannya. Dia tak perlu melakukan tes apapun untuk tahu anak ini adalah anaknya.Tapi bagaimana...Mengapa kamu tidak beritahu aku, Alinda?Nathan tidak bisa menerima istrinya, Alinda, yang pemabuk itu berselingkuh. Dia ceraikanlah Alinda. Yang dia tidak tahu, saat mereka bercerai, Alinda tengah mengandung anaknya.Status cerita: full/completedJumlah halaman PDF: 150Visual Nathan dan Alinda:**Nathan?Saat itu Nathan sedang berjalan dari ruang rapat ke ruang kerjanya. Dia menoleh pada asistennya, Neta, yang tahu-tahu berdiri di sampingnya.Jika sedang berdua saja, Neta yang sudah berteman lama dengan Nathan sejak mereka kecil, memanggilnya tanpa sebutan 'Pak'.Ada apa, Net? tanya Nathan menoleh sekilas ke wanita mungil itu, kemudian matanya menatap lurus ke arah ruang kerjanya.Kamu sudah lihat berita di situs gosip? sahut Neta.Nathan mendengus. Dia bukan orang yang kurang kerjaan, menghabiskan waktu untuk tahu gosip. Walau dia terliha ttidak tertarik dengan omongan Neta, perempuan itu tetap menunjukkan ponselnya pada Nathan.Langkah Nathan terhenti. Dia membaca judul berita yang ada di layar: Aktris Alinda Syarif Ciuman dengan Mantan Kekasihnya! Apakah Alinda dan suami konglomeratnya akan bercerai? Baca berita selengkapnya di... Saat itu juga Nathan memaki dalam hati.Brengsek!Dalam artikel itu, terpampang Alinda yang memagut bibir pria lain di dalam mobil. Mobil... Nathan membesarkan layar, dan benar saja istrinya berselingkuh di dalam mobil Lexus yang dibelikan Nathan untuknya!Brengsek, brengsek, brengsek!Nathan meminta Neta untuk menunda semua rapatnya hari itu. Neta mengingatkannya, untuk tidak gegabah dan memprioritaskan pekerjaan, tapi Nathan tidak peduli.Dia harus pulang. Dia harus menemui istrinya. Dia ingin melabrak, jika ternyata istrinya juga berselingkuh di rumah mereka yang mewah!Nggak bisa, Nathan, kata Neta tegas. Begitu keduanya masuk ke ruang kerja Nathan, dia menutup pintu. Kamu ada meeting dengan investor. Investor besar!Investor yang dimaksud ini adalah kakak iparku! Dia yang akan menggelontorkan uang untuk perusahaan kita, desis Nathan kesal. Dan aku tidak sudi menerima uang satu sen pun dari keluarga Alinda andai dia betul mengkhianati aku!Nathan! Kamu biasanya tidak seperti ini. Kamu selalu mementingkan bisnis daripada rumah tanggamu. Sekali pun istrimu selingkuh, kamu tidak bisa menolak mentah orang yang mau mengeluarkan uang sebanyak kakak iparmu itu...Neta! bentak Nathan marah. Aku tahu kamu khawatir padaku. Aku juga yakin kamu masih mencintai aku, mengingat hubungan kita di masa lalu, tapi kamu harus sadar posisimu sekarang. Kamu adalah bawahanku, dan aku bosmu, aku yang punya keputusan di sini!Ditegur kasar seperti itu berhasil membuat Neta terdiam. Dia menunduk dan terlihat pundung. Nathan menarik napasnya dengan menyesal.I'm so sorry, Net, kata Nathan berjalan mendekati Neta, tapi perempuan itu mundur menjauhinya. Kalau kamu ada di posisiku, kamu pasti mengerti. Aku sangat mencintai Alinda. Dan aku tidak mungkin baik-baik saja dengan berita yang tersebar ini!Kamu terlalu dibutakan oleh cinta, Nathan, pendapat Neta. Alinda tidak mencintaimu. Selama kalian menikah, aku melihat tak ada sekali pun dia berusaha untuk membahagiakanmu. Yang dikerjakannya hanya minum, tidur, dan pergi shooting film. Dia tak pernah menganggapmu sebagai suami.Nathan menyadari apa yang dikatakan Neta benar adanya. Dia mengangguk setuju. Tolong, Neta, atur semua jadwalku, tunda semuanya. Aku harus bertemu Alinda sekarang. Aku takkan bisa berkonsentrasi bekerja jika aku membayangkannya bersama pria lain!*Nathan mencintai Alinda dengan sepenuh hati pria itu. Alinda bisa diam saja di hadapannya, tidak melakukan apa-apa, dan dia akan tetap mencintai Alinda.Bukan hanya kecantikan istrinya yang memikat hatinya, tapi cara Alinda menatapnya, bicara padanya, melayaninya di tempat tidur, dan masih banyak hal yang membuat Nathan tak bisa lepas dari Alinda.Begitu turun dari mobilnya, Nathan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Dia memanggil-manggil Alinda dengan suaranya yang tinggi. Tak lama kemudian, muncul istrinya yang dibalut lingerie tipis dengan rambut hitamya yang acak-acakan.Alinda! Kamu mabuk, hah? bentak Nathan menghampiri istrinya berjalan terhuyung-huyung ke arahnya.Di tangan wanita itu terdapat satu botol anggur yang terisi setengah. Kamu tumben sudah pulang. Sekarang sore atau pagi ya? Tiba-tiba Alinda tertawa. How the f*ck do I know!Nathan menangkap tubuh istrinya yang lunglai. Alinda! Apakah kamu berakting? Bagaimana bisa kamu mabuk di saat seperti ini?Seperti apa maksudmu, Nathan? gumam Alinda.Kesal, Nathan membantu istrinya duduk di atas sofa, kemudian dia duduk di sampingnya. Jawab pertanyaanku, Alinda. Apakah betul kamu bertemu mantan kekasihmu yang bernama.. siapa namanya itu....Leon.Ya, dia! Kamu menemuinya, hah?Well, you aint that dumb, right..., sahut Alinda tenang.Jadi benar, kamu berciuman dengannya? tanya Nathan tajam.Berciuman? Hah! Alinda tergelak. Walau mabuk, matanya masih bisa memandang dengan sorotan mencemooh ke arah suaminya. Tentu tidak. Aku dan dia tidak hanya berciuman...Tangan Nathan terjulur ke leher wanita itu. Dicekiknya Alinda. Apa yang telah kamu lakukan?Jadi ini caramu? Membunuhku, begitu? tanya Alinda tanpa telrihat takut sama sekali.Jawab aku! Cengkraman Nathan semakin kuat. Apakah kamu dan dia berzina?Apa kamu ingin aku berbohong, Nathan? Alinda menggenggam pergelangan tangan Nathan yang mencekiknya. Dia mulai kesulitan bernapas, namun tetap dicobanya untuk bicara walau tersengal-sengal, Bu-bunuh aku, Nathan. Aku... Aku sudah tidak tahan.... hidup di dunia ini.... Semuanya terasa... berat....Berat?Nathan menarik tangannya dari leher Alinda. Dia tak tega untuk membunuh istrinya, atau membunuh siapa pun. Sebenarnya, dia hanya ingin penjelasan dan permintamaafan dari istrinya.Tuhan pun tahu betapa bodohnya Nathan dalam hal mencintai istrinya. Sekali pun istrinya berzina dengan ratusan lelaki pun, Nathan akan tetap menerimanya.Alinda terbatuk-batuk. Menjadi anak mendiang orangtuaku, menjadi istrimu, menjadi aktris besar... Membuatku sesak napas setiap harinya, Nathan.Kamu tak punya alasan untuk sesak napas, Alinda, jawab Nathan sinis. Kamu punya segalanya. Kamu bahkan tidak pernah hidup susah. Bagaimana bisa kamu sesak napas?Apakah menurutmu aku tidak takut aku tidak bisa membahagiakanmu? Apakah menurutmu aku tidak tertekan tumbuh di keluarga terhormat sehingga bagi orangtuaku dan kakakku, aku adalah momok karena tak sepintar dan sehebat mereka? Apakah menurutmu aku tidak tertekan jika film yang kumainkan tidak laris di pasaran? Alinda memandang jengkel suaminya. Kamu tidak pernah mengerti. Hanya Leon, yang mengerti kekhawatiran yang ada di dalam hati aku...Leon, ulang Nathan jengkel. Beraninya kamu sebut nama selingkuhan kamu di depan aku! Apa kamu memang tidak punya harga diri, Alinda?Pentingkah harga diri itu, Nathan? sahut Alinda miris. Yang kita butuhkan adalah kesukesan dan kekayaan. Harga diri? Kamu tahu, berapa banyak orang yang dihormati karena uang mereka, bukan harga diri mereka?Bodoh banget aku, gumam Nathan lebih kepada dirinya sendiri. Bagaimana bisa aku menjadikan kamu seorang istri. Bagaimana bisa aku mencintaimu sebesar ini. Baru kusadari, kita sama sekali tidak cocok. Lebih tepatnya, kamu yang tidak cocok untuk aku! Aku kerja keras, banting tulang untuk memantaskan diri sebagai suamimu, tapi kamu malah menghina suamimu dengan berselingkuh...Lalu kamu mau apa? tanya Alinda waswas.Mulai saat ini, kamu pergi dari rumahku. Kamu tunggu saja undangan dari Pengadilan. Nathan memberi keputusan. Dia beringsut dari duduknya. Aku menyesal telah menikahimu. Kamu sama sekali tidak bisa menjaga martabatmu sebagai istri, apalagi sebagai wanita!Kamu... Kamu mau meninggalkan aku? Alinda ketakutan. Dia meraih tangan Nathan, namun ditepiskan oleh pria itu. Kamu... Kamu janji untuk tinggal sama aku. Kamu janji akan terima aku dengan segala kekurangan aku. Kamu tahu aku tidak bisa hidup tanpa kamu, Nathan!Tidak, Alinda, sahut Nathan lirih. Kini kemarahannya berganti menjadi rasa iba. Dia iba melihat wanita yang punya segalanya itu tampak menyedihkan. Kupikir, aku sanggup meladeni perempuan yang punya tabiat buruk sepertimu.Nathan berjalan semakin jauh dari Alinda. Didengarnya suara benda yang dijatuhkan. Prangg! Dia menoleh, melihat Alinda yang meraih serpihan botol anggurnya.Aku... mau mati saja, kata Alinda dengan senyum di wajahnya.“Alinda, jangan!”Nathan menghampiri istrinya, menahan tangannya yang hendak mengiris nadinya dengan beling. Dipeluknya istrinya erat. Istrinya yang dari tadi antara mabuk dan tidak, pingsan di dalam dekapannya.Sudah biasa baginya menghadapi istrinya yang tepar setelah minum-minum. Kebiasaan minum istrinya sendiri sudah diketahuinya sebelum mereka menikah. Saat Nathan bertanya mengapa Alinda suka sekali minum, Alinda bilang hanya dengan minum dia bertahan. Tentu Alinda memberi janji sesumbar pada Nathan dia akan berhenti, namun setelah tiga tahun lebih menikah, Alinda malah semakin ketagihan untuk minum.Kali itu Nathan tidak membawa istrinya ke kamar mereka. Dia menelentangkan istrinya di atas sofa, lalu dia beranjak ke kamarnya yang ada di lantai dua. Dia mendekati lemari, sebab dia punya kecurigaan selingkuhan istrinya bersembunyi di sana, dan dihelanya napas lega ketika tak ada siapa-siapa setelah dia membuka pintu lemari.Dia meraih beberapa dress dan pakaian dalam milik Alinda dan memasukkannya ke sebuah tas, lalu dibawanya ke bawah. Dipakaikannya salah satu dress ke tubuh Alinda selama perempuan itu tak sadarkan diri.Dia kemudian membawa istrinya ke mobil. Hari itu, dia membawa Alinda ke rumah kakak perempuan itu, Brian. Saat dia ke sana, hanya ada istri Brian, Mbak Bunga.Dengan dahi berkerut, Mbak Bunga meminta Nathan untuk membawa Alinda ke kamar tamu. Setelah Alinda telentang di atas ranjang, Mbak Bunga melarang Nathan untuk pergi sampai Brian datang.Nathan menunggu di ruang tamu rumah kakak iparnya sampai pukul tujuh malam. Begitu mendengar Nathan mengantar adiknya, Brian memandang Nathan tajam.Kamu tahu akibatnya kan, Nathan? I have to tell you, there's no way back. Once you bring her here, you'll never get to see her again.Sebelum menikah, Brian memperingatkan Nathan soal keperibadian Alinda yang terlalu bebas. Kakak Alinda juga memberitahu jika Nathan sudah tak sanggup lagi menjadi suami Alinda, pulangkan Alinda baik-baik pada orangtua Alinda, dan karena orangtua Alinda sudah meninggal, maka kepada Brian-lah, Alinda dikembalikan.Saya sudah tidak bisa melanjutkan pernikahan saya dengannya, kata Nathan tegas. Saya berubah pikiran.Sekarang kamu mau rumah tangga yang seperti apa? tanya Brian sabar.Saya ingin punya istri yang menghargai saya. Yang mau berumah tangga serius dengan saya, bukan istri yang sibuk di luar, bermain gila... Kalimat Nathan terhenti. Dia menggeleng. Maaf.Kamu tahu kan kenapa Alinda seperti ini? Dia selalu menjadi nomor dua. Orangtua kami memandang keputusannya sebagai artis adalah kesalahan besar. Dia tak pernah berhenti sampai dia mendapat penghargaan di Cannes, bahkan mungkin Oscars.Apapun latar belakang Alinda, dia tak punya alasan yang kuat untuk tidak menghargai saya dan mengkhianati saya, Mas.Brian diam sejenak. Kamu serius dengan langkahmu ini? Ini artinya kamu menceraikannya, kan? Dilihatnya Nathan mengangguk. Baiklah. Tapi jangan sampai ada penyesalan, ya? Termasuk jika aku tidak jadi inves di perusahaan konstruksimu.Berat hati Nathan menjawab lirih, Ya.Sekarang pergilah. Kamu tak usah khawatir pada Alinda. Aku dan istriku akan menjaganya, atau mungkin tidak, mengingat Alinda lebih senang sendirian di luar daripada di rumah, sahut Brian datar.Maafkan saya, Mas, sekali lagi. Semua kesalahan ada pada saya karena sebagai suami seharusnya saya yang bisa membimbing Alinda hingga tak ada perceraian.Begitu Nathan meninggalkan rumahnya, Brian dan dua anak buahnya yang berbadan kekar, masuk ke kamar tamu. Brian meraih gelas berisi air dari meja samping tempat tidur. Disiramnya wajah Alinda dengan air tersebut.Brian menoleh ke salah satu anak buahnya. Anak buahnya itu mengguncang-guncang tubuh Alinda sampai Alinda bangun.Bikin malu kamu, Alinda! bentak Brian ketika Alinda menegakkan punggungnya dan duduk di atas tempat tidur. Berita perselingkuhanmu sudah cukup membuat nama keluarga kita tercoreng. Sekarang Nathan pun akan menceraikanmu. Apa lagi yang bisa kamu lakukan untuk merusak reputasi keluarga kita, Alinda? Apa?!Aku di mana... Kok ada Mas Brian.., gumam Alinda bingung, kemudian setelah matanya menelusuri sekitar, dia mengerti situasi sekelilingnya.Dia tersadar.Nathan. Dia menatap kakaknya kaget. Mas bilang apa? Nathan akan menceraikan aku? No, no, no.... Hal itu tidak bisa terjadi! Aku mencintainya!Apa peduliku, heh? Lagipula jika kamu mencintainya, kenapa kamu berselingkuh?Bukan urusan Mas. Alinda turun dari tempat tidur. Dia hendak meninggalkan kamar, namun dua anak buah Brian mendorongnya ke atas tempat tidur. Mas! Aku harus pulang. Aku harus meyakinkan Nathan bahwa aku mencintainya, aku tidak mau diceraikan..Kamu sudah tidak bisa diubah, Alinda, kata Brian dingin. Dia dan dua anak buahnya meninggalkan kamar.Alinda menghampiri kakaknya namun dihempaskannya dia sampai terjatuh ke lantai.Brian memerintahkan kedua anak buahnya, Kunci dia di sini. Jangan turuti kemauannya, terutama jika dia meminta minum. Kalian mengerti?Mas, Mas nggak bisa mengurungku! Alinda mendekati pintu yang tertutup keras di hadapannya. Dia menaik-turunkan gagang pintu agar pintu itu terbuka. Percuma.Pintu itu sudah dikunci.Alinda memukul-mukul pintu tapi tak seorang pun yang datang. Dia lalu berlari ke jendela. Sia-sia, karena ada teralis tebal yang menghalanginya untuk kabur.
**
Satu hari, dua hari, sampai lima hari, Alinda menggila di kamar itu. Dia meraung, mengamuk bahkan sampai melempar semua barang di kamar itu. Dia tak ingin makan. Dia juga tak mau pergi. Dia hanya ingin dibawakan sebotol anggur. Vodka juga tidak apa-apa. Tapi tak ada seorang pun yang mau melakukannya!Dia tak nyaman berada di kamar itu. Selama ini dia bahkan tak pernah berada di kamarnya untuk waktu yang lama. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi syuting dan ke kafe bertemu dengan teman-teman sosialitanya.Dari dulu dia tak pernah betah di ruangan yang sama untuk waktu yang lama. Hal itu pula yang membuatnya mual. Dia muntah-muntah setiap harinya.Saat dia membuang isi lambungnya ke kloset kamar mandi, dia teringat pada kenangan masa lalu, di mana ayahnya mengurungnya di gudang rumah mereka yang dulu.Kilas balikAnak bodoh! Kenapa kamu tidak bisa mendapat nilai seratus seperti kakakmu? Paling besar nilaimu itu delapan puluh lima. Mana bisa menjadi juara kelas jika begini terus! bentak ayahnya yang menarik bajunya hingga tubuhnya terseret masuk ke gudang. Renungkan kesalahanmu. Tidur dan buang air di sini!Alinda yang saat itu berusia sepuluh tahun menangis kencang. Dia memeluk kaki ayahnya. Papa jangan tinggalkan Alinda sendiri. Alinda takut, Papa!Ah, tak usah kamu sebut aku Papa jika kamu sendiri tak bisa membuat papamu bangga, Alinda! Kasar, ayahnya menendangnya dadanya sampai dia terpental jauh. Ayahnya tidak tergugah melihat anaknya kesakitan. Kamu hanya bikin malu keluarga Syarif! Mau jadi apa kamu nanti jika kamu tidak suka belajar? Menurutmu hobimu yang suka bernyanyi dan berakting itu dapat membawamu sukses?Ayahnya tidak mau mendengar penjelasan Alinda. Dia menutup pintu gudang itu dari luar, meninggalkan Alinda menangis dalam kegelapan.Setiap hari pengambilan rapot, Alinda harus siap ditinggalkan di sana. Buang air kecil dan besar di dalam plastik, membersihkan dirinya dengan tisu kering, dan hanya diberikan makan pada siang hari.Hal itu terjadi sampai dia kelas tiga SMA, sebab ketika kuliah, dia sudah cukup besar untuk melawan dan kabur dari rumah saat orangtuanya hendak bertanya soal GPA-nya.Tak ada satu pun orang yang menolong aku saat aku disiksa, pikir Alinda sambil membersihkan mulutnya dengan air dari westafel. Tidak ibuku, tidak juga kakakku. Mereka seakan buta dan tuli saat aku dikurung di sana. Saat ini juga tak ada yang bisa mengerti aku, termasuk suamiku. Nathan tega-teganya menyerahkan aku pada kakakku padahal aku sudah memberitahunya hubunganku dengan kakakku tidak terlalu baik.Alinda lelah mengerung lagi. Dia diam saja setiap pembantu mengantar makan ke dalam kamar. Kali itu, dia meminta pembantu kakaknya untuk membawakan obat tolak angin. Baik, Bu, cepat sembuh ya, kata Bibi Yem memandang prihatin ke arah Alinda.Hati Alinda tersentuh melihat kepedulian orang kepadanya. Dia mengangguk, mengucap terima kasih. Dia ditinggal lagi sendiri di kamar itu.Pikirannya terpaku pada Nathan. Di mana pria itu sekarang? Mengapa Nathan tak merindukannya? Ya, Alinda tahu Nathan masih berhubungan dengan mantan kekasih pria itu yang kini menjadi bawahannya, Neta. Alinda tak pernah memusingkan hubungan mereka, karena Nathan selalu menunjukkan cintanya pada Alinda, dan Neta tak secantik Alinda, jadi apa yang harus dikhawatirkan oleh Alinda?Kecantikan, pikir Alinda. Nathan dulu mengagumi kecantikanku. Dia selalu memujiku karena tampilan luarku. Namun pada percakapan kami yang terakhir, aku tidak terlalu ingat sih apa yang dikatakannya, tapi aku tak pernah melihatnya menatapku sedatar itu, seakan wajahku tak lagi memikat hatinya.Apakah itu artinya Nathan sudah berubah? Dia tidak menghendaki kecantikan aku lagi? Dia butuh yang seperti Neta yang biasa-biasa saja tapi selalu ada untuknya?Pintu kamar terbuka. Alinda menoleh pada kakak iparnya, Mbak Bunga yang masuk dan duduk di samping Alinda, di atas lantai. Alinda, maafkan Mbak yang baru menemuimu. Mas Brian yang melarang Mbak, agar kamu merenung.Merenung? Mas Brian tahu hal ini tak akan berguna. Aku sudah biasa dikurung, dan aku tidak berubah tuh, jawab Alinda menggerutu.Mbak Bunga mengangguk. Kata Bibi, kamu masuk angin. Betul?Iya, aku merasa perutku sakit, dan aku muntah-muntah terus, jelas Alinda.Hm, kamu menduga hal lain?Maksudnya?Mbak Bunga menyodorkannya beberapa kotak berisi test packs. Bisa saja kamu hamil, kan?Hamil? Mana mungkin. Aku tiap hari mabuk-mabukan, kok, jawab Alinda meremehkan.Coba saja, Alinda, tak ada salahnya.Alinda menatap sejenak kakak iparnya, kemudian mengangguk. Jika dia betul hamil, dia bisa punya kesempatan untuk kembali pada Nathan dan dia tak harus diceraikan.
**
Kenapa kamu tampak murung begitu, Nathan? tegur Neta prihatin. Entah hari keberapa Nathan berada di kantor, tak pulang ke rumahnya.Kamu sudah melakukan apa yang aku minta? tanya Nathan datar. Matanya fokus ke proposal yang ditawarkan vendor padanya.Kamu betul ingin membayar Pers agar menghapus semua berita jelek tentang istrimu?Neta, Neta, Neta, kata Nathan kesal. Dia mendongakkan kepalanya, menatap Neta tajam. Kenapa sejak ada berita istriku selingkuh, kamu bersikap tidak profesional seperti ini? Lakukan saja apa yang kuminta.Tapi, Nathan, istrimu telah menyakitimu seperti ini. Aku tidak tega kamu berkorban lagi, dengan membersihkan namanya..., kata Neta sedih.Aku tidak berkorban, Neta. Aku melakukan ini untukku sendiri. Orang akan menganggapku pria lemah. Menjaga istri saja tidak becus!Benarkah?Nathan mengangguk. Lakukan apa yang aku minta, oke? Dia diam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya, Oh ya minta lawyer dari firma hukum langganan kita, untuk mengurus perceraianku.Kamu... kamu serius, Nathan? tanya Neta kaget.Ya, dan satu lagi, aku tidak masalah dengan harta gono-gini yang kemungkinan akan digugat Alinda. Aku tidak peduli dengan hal itu, yang penting aku bisa lepas saja dari Alinda.Kamu bukan seperti dirimu, Nathan.Memang aku bukan diriku lagi, pikir Nathan pahit. Aku lelah menjadi Nathan yang penyabar. Aku lelah menjadi Nathan yang menantikan cinta dari wanita yang tak punya harga diri seperti Alinda. Lagipula, Alinda tidak bahagia bersamaku. Jika dia bahagia, dia tidak mungkin kan semakin addicted minum? Tidak mungkin pula dia mengkhianati aku. Perceraian adalah jalan satu-satunya untuk kita berdua bahagia.Perceraian.Nathan teringat pada ucapan Romo beberapa hari sebelum dia menikahi Alinda. Saat itu dia duduk di Gereja dengan doa-doa yang dipanjatkan dalam hatinya.Bukankah seharusnya calon mempelai pria sibuk mengurus untuk acara nikahnya nanti? tanya Romo Bernadus yang tahu-tahu duduk di sampingnya.Nathan tersenyum masam. Perannya tidak terlalu penting untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan upacara pernikahannya, sebab Alinda dan keluarganya yang melakukannya.Saya ragu, Romo.Kenapa ragu?Apakah saya cukup pantas untuk calon istri saya? Kami punya sifat dan sikap yang berbeda. Saya takut, saya tidak bisa menjaganya, tidak bisa... Kalimat Nathan terhenti sejenak. Dia menatap Romo kalut. Romo tahu siapa calon istri saya, bukan. Dia artis besar, dengan gaya hidup yang bebas. Bagaimana jika saya tidak bisa membuatnya bertobat? Nathan menarik napas panjang. Ya, setelah kanonik pun saya masih ragu, Romo.Pernikahan adalah jalan yang panjang. Tugas suami bukan hanya memberi kecukupan secara finansial. Kamu wajib untuk mengasihi istrimu serta memberikan pengetahuan untuknya. Kalau kamu ragu, ambillah waktu sampai hatimu yakin. Romo diam, lalu melanjutkan lagi ucapannya, Selain itu, perkawinan Katolik tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun, selain oleh kematian.Tapi bagaimana jika aku tidak tahan lagi, pikir Nathan. Aku tidak bisa menjalankan kewajibanku sebagai suami yang memberi kasih apalagi pengetahuan pada istriku. Kami sudah berjalan di dua arah yang berbeda.Semoga saja perceraianku dapat diampuni.**Hasil test packs yang menunjukkan dua garis tidak cukup kuat untuk meyakinkan Alinda bahwa dia tengah hamil. Karena kakaknya dan kakak iparnya khawatir padanya jika dia keluar rumah, mengingat dia mudah ngamuk jika tidak diberi minuman keras, Mbak Bunga berinisiatif meminta pihak rumah sakit ke rumahnya untuk mengambil urin dan darah Alinda.Pada hari yang sama mereka mendapat hasil dari tes urin, yang menyatakan Alinda betul sedang hamil, sementara dari tes darah mengambil waktu lebih lama. Berita kehamilan itu membuat Brian dan istrinya mau tak mau ikut berbahagia, namun Alinda tidak. Dia mengutuk kehamilannya.Kenapa? Karena kamu tidak tahu siapa ayah dari bayimu, Alinda? tanya Brian sinis. Dia dan istrinya sendiri sudah menunggu lebih dari lima tahun namun belum kunjung dikaruniai anak. Melihat Alinda yang terlihat tak bersyukur membuat Brian gemas.Saat itu Alinda sedang duduk di lantai sambil dengan kedua tangan memeluk lututnya. Dia mengangkat kepalanya, memandang kakaknya yang berdiri di dekatnya. Aku dan Nathan akan bercerai. Untuk apa aku peduli siapa ayah dari anak yang kukandung.Lalu kenapa kamu tampak kesal? tanya Brian penasaran.Aku tidak mau hamil, sahut Alinda gamblang. Kalau aku hamil, aku tidak bisa minum. Aku akan gemuk. Aku tidak akan lolos casting karena biasanya aku memerankan karakter wanita sempurna.Kamu sudah tidak waras, Alinda, desis Brian murka. Kamu tahu berapa banyak wanita ingin hamil? Berapa banyak wanita yang ingin berada di posisimu sekarang? Dan sekarang kamu malah memikirkan kamu tidak bisa minum, tidak bisa kerja! Wajar saja Nathan membawamu ke sini! Nathan. Brian menarik napas panjang. Apakah dia akan tetap menceraikanmu ketika dia tahu kamu hamil? Kurasa dia justru akan merendahkanmu lagi, Alinda, dengan meminta tes DNA.Alinda menggeleng cepat. Dia berdiri, memegang kedua tangan kakaknya. No! Don't tell him anything, pintanya tegas. Aku akan hargai dia untuk lepas dariku.Dahi Brian mengernyit. Bukankah kemarin kamu merengek tidak ingin bercerai darinya?..Lebih tepatnya, kamu yang tidak cocok untuk aku! Aku kerja keras, banting tulang untuk memantaskan diri sebagai suamimu, tapi kamu malah menghina suamimu dengan berselingkuh...Sekelebat bayangan Nathan yang menatapnya dengan jijik masuk ke benak Alinda. Saat itu dia pasti sedang mabuk, sebab dia tak yakin apakah betul Nathan bicara demikian atau tidak padanya. Tapi dengan dirinya yang berada di rumah kakaknya... Nathan telah memulangkannya pada kakak Alinda.. Ya, Nathan sudah muak dengannya. Nathan sudah selesai menjadi suaminya.Alinda, jawab pertanyaan Mas. Apa betul kamu mengkhianati Nathan? Kamu berzina?Leon tidak pernah meminta Alinda selain menjadi dirinya sendiri. Leon selalu mendengarnya. Leon mengerti kekhawatirannya. Berbeda dengan Nathan, setiap Alinda mengeluh tentang pekerjaan Alinda, Nathan memberikan solusi yang tidak diinginkan Alinda: berhenti syuting dan menjadi istri di rumah.Alinda suka berakting. Alinda suka mengekspresikan dirinya melalui seni. Dan hanya Leon... Leon yang selama ini terlibat dengannya dalam beberapa proyek film, memberi kehangatan yang tak diperoleh Alinda dari Nathan.Memang Alinda kelewatan. Dia jadi lupa statusnya sebagai istri Nathan. Setiap pulang syuting, dia meminta Leon menemaninya di mobilnya. Mereka tidak melakukan apa-apa. Alinda hanya meminta Leon mendengarkan ceritanya, memeluknya erat di saat Alinda ketakutan. Ya, Alinda sering merasa takut. Dia takut bila dia tidak bisa mengecewakan penggemarnya. Dia takut bila filmnya tidak laku. Dia takut jika dia pulang ke rumah dan menemukan Nathan yang menatap datar karena sifatnya yang tak kunjung berubah.Kepedulian Leon dan kehangatan minuman keras mampu menghilangkan ketakutan itu. Tak ada... tak ada satu orang pun yang mengerti apa yang dirasakannya selain Leon. Bagi orang lain, termasuk keluarga Alinda bahkan Nathan, dia tak punya alasan untuk resah.Dulu Alinda berpikir perbedaan bukanlah hal yang penting, namun perbedaan latar belakang dirinya dan Nathan-lah yang justru menjadi jarak keduanya. Nathan tak bisa mengerti dirinya, boro-boro sebaliknya.Aku lebih nyaman dengan Leon, itu saja yang bisa Mas tahu, kata Alinda lirih.Kamu tidak tahu malu, kamu tahu, Alinda? sahut kakaknya sinis. Berita perselingkuhanmu masih hangat dibicarakan orang-orang, dan setelah ini perceraianmu. Entah apa lagi yang bisa kamu lakukan untuk mencemar nama Papa di namamu.Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi. Setelah ini, aku akan menghilang dari peredaran. Selama sidang perceraian, aku akan minta pengacara saja. Tak ada yang aku minta dari Nathan. Alinda mengangguk lesu. Ya, Mas tak usah lagi takut aku menjelekkan nama keluarga.Kamu akan menghilang ke mana?Somewhere that Nathan doesn't know.*Pihak manajemen tempat Alinda bernaung meminta Alinda untuk menyembunyikan kehamilannya di luar negeri. Mereka menemui Alinda yang berada di rumah Brian.Saat itu untuk pertama kalinya, Alinda keluar dari kamar tamu. Kakaknya juga sudah putus asa untuk mengurungnya. Alinda punya pekerjaan, dan tak mungkin dikunci terus dari luar. Karena itu, Brian menghubungi bos Alinda. Sejauh yang Brian tahu hanya bos Alinda itu yang Alinda dengar ucapannya.You are lucky that you are pretty and talented, kata Pak Rayyan Kamal pemilik Kamal Artis Manajemen. Tahun depan kamu punya dua proyek besar, dua film yang bekerjasama dengan production house luar. Kita tidak bisa menutup mata atas pengaruhmu di dunia showbiz.Alinda menatap pria separuh baya dengan gaya necis itu dengan raut penyesalan di wajahnya. Bapak tidak marah atas berita-berita yang beredar sekarang?Kamu bukan yang terparah. To me, as long as you're not involved with drvgs, I'm good, jawab Pak Rayyan santai. Reputasimu memang lagi jelek, tapi kamu tak usah khawatir, saya sudah mengerahkan banyak pihak untuk mengalihkan isu ini. Kamu dan Leon harus bisa punya imej yang baik lagi. Dan itu artinya, kamu harus berpisah sementara dari dia.Saya tidak akan bertemu Leon lagi? tanya Alinda tak percaya.Leon sudah aku beri job di Malaysia, kontraknya sembilan bulan.Apa proyeknya?Drama keluarga.Baguslah, pikir Alinda. Karirnya tak hancur karena berita yang tengah tersiar. Aku tak perlu merasa bersalah padanya. Ah, sebenarnya jika rasa bersalah itu pernah ada, aku tak pernah meninggalkannya untuk menjadi istri Nathan.Kilas BalikHanya karena dia kaya, Alinda? Kamu serius? Leon menangis di hadapannya. Kita punya hubungan ini bukan sehari-dua hari, tapi sejak kita SMA.Aku dan dia dijodohkan. Orangtuaku lebih setuju aku dengannya, Leon, sahut Alinda. Lagipula, untuk apa kita menikah? Kita tidak pernah melakukan hal lebih dari ciuman. Dan sekali pun aku jadi istri orang, kita masih bisa saling mendukung, kan?Oh, Alinda.. benarkah? Keadaan akan sangat berbeda begitu kamu jadi istri orang!Keadaan tidak jadi berbeda, pikir Alinda getir. Aku tetaplah Alinda, yang terbuka dan bebas, yang tidak diterima oleh Nathan. Aku tidak menyalahkan Nathan. Sebagai suami dia berhak memintaku berubah, tapi... Ah, sudahlah, aku tidak bisa memikirkan Nathan lagi. Fokusku saat ini adalah mengendalikan diriku dari minum-minum agar anak Nathan tidak mengalami dampak buruk dari tabiatku yang itu.Pak Rayyan kemudian menaruh sebuah ponsel di atas meja. Ini, gunakanlah. Kamu tidak bisa sebebas dulu lagi. Tidak bisa mudah percaya pada orang, oke? Kamu gunakan ponsel ini untuk menghubungi orang-orang terdekat saja. Dan tentang perceraianmu nanti, biar manajemen yang atur. Kamu hanya perlu menetap sejauh mungkin, dan nanti ketika orang-orang sudah lupa dengan berita perselingkuhan dan perceraianmu, kamu come back stronger, oke?Satu lagi, Pak. Jangan sampai siapa pun tahu saya hamil. Saya tidak mau anak saya kelak disangkut-pautkan dalam hal ini.Well, orang jaman sekarang pintar-pintar, dua-tiga tahun lagi anakmu pasti kena imbasnya dari skandalmu hari ini, kata Pak Rayyan, mengangkat bahu. Ini sudah menjadi risikomu dikenal banyak orang. Hal yang bisa kamu lakukan setelah ini adalah berkarya sebaik mungkin agar orang respect padamu. Kamu harus ubah reputasimu yang sekarang disebut nakal, menjadi single parent yang kuat. Oke?Alinda mengangguk. Dia merasa sedikit percaya diri setelah Pak Rayyan datang.Come back stronger. Alinda ingin tertawa dalam hatinya. Bagaimana dia bisa kembali lebih kuat jika dia masih berat melawan adiksinya? Hari itu, meskipun dia tak dipaksa di dalam kamar lagi, dia memelas meminta siapa pun untuk memberikannya sebotol minum. Bahkan, setetes vodka pun tak apa, daripada lidahnya pahit.Istri Mas Brian yang lemah-lembut pun sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, dan membentaknya, Kamu sadar nggak sih? Kamu itu hamil, Alinda! Stop mengutamakan ketergantunganmu daripada anak yang kamu kandung!Aku tidak menghendaki anak ini. Kenapa justru aku harus menahan diri? gerutu Alinda marah.Anak ini tidak minta dilahirkan olehmu, sela Brian gemas. Dia merangkul istrinya. Malah mungkin dia tidak mau juga punya ibu sepertimu, maka dari itu kamu tidak boleh egois. Kalau tidak mau punya anak, kenapa berani melakukan seks, huh?Aku hamil bukan karena kemauanku tapi karena Nathan yang suka lupa memakai k**dom, keluh Alinda berlalu ke kamar. Atau mungkin dia sengaja! Biar aku berubah. Sebab dipikirnya jika aku punya anak, aku akan menjadi wanita yang diinginkannya!Oh, Nathan. Kenapa kamu harus senaif itu sih?Alinda tersiksa karena dia ingin sekali minum. Tenggorokannya terasa kering jika belum dibasahi vodka atau anggur. Dia ingin, sedikiiiiit saja minuman itu masuk ke mulutnya. Dan setiap dia tidak bisa melakukannya, dia ingin melukai dirinya sendiri. Dengan membenturkan kepalanya ke tembok. Atau menggaruk-garuk lengannya yang tidak gatal. Dia melakukannya sampai tubuhnya berdarah.Untung saja, Mbak Bunga hadir di dekatnya. Kakak iparnya mengajaknya ngobrol. Menonton TV. Mendiskusikan apapun asal Alinda tidak melakukan hal-hal yang membahayakan hanya karena tak dapat minum. ** Nathan terbatuk-batuk. Selama proses perceraiannya sedang berlangsung, dia memaksakan dirinya untuk bekerja lebih keras daripada biasanya. Neta menegurnya, mengingatkannya untuk pulang, tapi Nathan bersikeras untuk bermalam di kantor, bahkan sampai menginap di ruang kerjanya.Kamu gila, Nathan! tegur Neta marah. Kamu bisa sakit jika seperti ini.Aku hanya bisa bekerja untuk melupakan sakit hatiku, Net, sahut Nathan acuh tak acuh. Semua yang aku punya, terutama rumah tempatku tinggal, mengingatkan aku pada Alinda. Perempuan murahan.. Nathan tak melanjutkan ucapannya. Hanya dengan begini aku tidak merasa sakit.Itu pikiran yang salah. Jika kamu sakit, kamu dirawat, kamu akan punya waktu lebih untuk memikirkan Alinda. Nathan. Neta menarik kedua tangan Nathan dari keyboard komputer pria itu. Aku mohon. Hentikan semua ini!Nathan tak pernah memproyeksikan kemarahannya yang menggebu, namun kali itu di depan Neta, dia membanting apa saja yang ada di atas meja kerjanya. Bayangan Alinda yang meraup kenikmatan dari pria lain tak bisa pergi dari pikirannya. Wajah Alinda yang tampak tenang saat mediasi pun membuat darah Nathan mendidih. Bagaimana bisa Alinda tidak marah diceraikan? Bagaimana bisa Alinda pasrah saja dipisahkan darinya?Apa memang Alinda sesenang itu bisa bercerai?Nathan tak pernah merasa seterhina dari hidupnya. Selama ini dia pikir, hidupnya baik-baik saja. Dia tidak macam-macam, tak pernah melakukan perbuatan terlarang. Dia menjadi anak yang bisa dibanggakan orangtuanya. Dia suami yang setia dan mampu menafkahi istrinya. Tapi kenapa Alinda setega ini merendahkannya?Setelah puas merusak barang-barangnya, Nathan duduk di sofa ruang kerjanya. Neta duduk di sampingnya. Saat itu sudah malam, dan hanya ada mereka di lantai tempat Nathan bekerja. Hanya di depan Neta-lah, Nathan bisa menunjukkan emosinya, bahkan di depan Alinda dia tidak sampai hati seberang itu.Neta memeluknya, membelai-belai punggung pria itu. Sudah, Nathan, sudah, bisiknya menenangkan. Kamu harus ikhlas menerima kenyataan bahwa bukan Alinda yang terbaik untukmu. Kamu harus bisa melepaskan dia, Nathan...Neta. Nathan menjauhi dirinya agar pelukan itu terlepas. Sempat dilihatnya wajah Neta yang kecewa. Kemudian, Nathan menarik kedua tangan Neta, menggengamnya kuat. Kamu mau kan bersamaku? Maksudku, selama aku berusaha untuk melupakan Alinda, kamu mendampingiku?Oh, Nathan, tentu saja. Neta mengangguk yakin. Aku tak pernah meninggalkanmu. Aku selalu ada untukmu, Nathan.Terima kasih, Neta. Jika ada yang kamu inginkan, beritahu aku saja, aku akan mencoba mendapatkannya untukmu..Nathan. Keinginanku adalah kamu. Tak pernah berubah.Neta mendekatkan wajahnya ke wajah Nathan, hendak mencium bibir pria itu, namun Nathan menggeleng.Aku masih jadi suami orang, Neta. Berikan aku waktu.Nathan asal mengucap saja. Dia saat itu tak berpikir jernih. Waktu. Dia pun tak tahu berapa lama yang dia butuhkan untuk mengusir Alinda dari pikirannya. Setiap hari, setiap waktu, dia selalu membayangkan Alinda.*Seharusnya Alinda tidak punya alasan untuk khawatir. Semua keperluannya dipersiapkan oleh pihak manajemennya, terutama keamanannya. Dia hanya boleh pergi keluar villa sebulan sekali, mengingat dia punya banyak penggemar di Singapura, akan lebih baik jika dia tidak menunjukkan batang hidungnya.Selama tinggal di Singapura, hiburan yang bisa didapatkannya adalah dengan menonton televisi dan menikmati pemandangan pantai yang bisa dilihatnya dari teras belakang villanya. Dia tidak menggunakan ponselnya untuk melihat sosial medianya. Terakhir dia cek, masih banyak orang yang menanyakan kabarnya yang tiba-tiba menghilang di saat perceraiannya sedang diproses. Di website miliknya pun, banyak komentar dari penggemarnya yang memberikan semangat padanya. Alinda tidak bisa membalas komentar itu satu per satu. Dia juga tidak bisa memberitahu penggemarnya terkait keberadaannya.Dia yakin, penggemarnya akan lebih kecewa lagi ketika tahu dia hamil. Saat belum hamil saja, Alinda sering baca pendapat mereka yang khawatir bahwa jika Alinda hamil, Alinda akan sibuk dengan urusan keluarganya dan tak mau berakting lagi. Ya, seharusnya sebagai orang yang digemari, Alinda bisa mengedukasi penggemarnya untuk bisa membedakan dirinya sebagai aktris dan istri. Tapi apa yang dilakukan Alinda? Dia menikmati setiap pujian yang dilontarkan penggemarnya terkait karya-karyanya. Dia merasa pernikahannya justru menjadi bumerang bagi karirnya.Sekali pun waktu bisa diubah, Alinda tetap tidak akan fokus pada rumah tangganya. Dia lebih bahagia menjalankan perannya sebagai Alinda si aktris ini dan itu, bukan istri Nathan. Kalau diingat lagi, dia dan Nathan hanya dekat di rumah saja, itu pun jarang. Selama ini Nathan selalu menyalahkan Alinda yang sibuk di luaran. Pria itu tidak sadar diri yang juga tak kalah sibuknya dari istrinya.Pernikahan memang tidak soal ego. Seharusnya keduanya bisa menemukan jalan untuk bertemu. Sebelum menikah, Alinda sudah menegaskan dia takkan meninggalkan karirnya sebagai aktris. Dia tak mau dipaksa berhenti sekali pun Nathan orang terkaya sekali pun. Alinda pun terbuka mengenai alasannya yang sangat suka berakting.Kilas balikMemangnya kenapa sih? tanya Nathan penasaran. Saat itu mereka belum daftar untuk penyelidikan Kanonik. Kan, jadi pemain film itu capek. Tidak ada jam kerja yang pasti. Jika filmnya tidak laris, kamu pasti tidak akan dipercaya untuk main film lagi, kan?Alinda tertawa, menggeleng. Kamu betul, Nathan. Itulah kenapa aku tidak mau berhenti. Kamu tahu kenapa? Karena sejauh ini tidak ada film yang kumainkan tidak laku. Minimal satu juta penonton di bioskop lah. Dan selama aku masih bisa menunjukkan kemampuanku, aku tidak mau berhenti.Ya tapi kenapa? Kenapa akting sepenting itu bagimu? Dahi Nathan berkerut.Aku sudah bilang padamu tentang keluargaku, kan. Mereka tidak menghargai aku sebab di mata mereka tidak ada yang bisa dihargai dari hidupku. Tapi dengan berakting... Senyum Alinda melebar. Aku bisa bahagia. Karena jika aktingmu bagus, film yang kamu mainkan punya pengaruh baik di masyarakat, kamu akan dihargai. Dengan menang penghargaan, misalnya. Feedback dari penggemar pun sudah termasuk penghargaan untuk aku.Saat itu kamu berlagak seakan kamu betul memahami aku, keluh Alinda. Kenyataannya apa? Kamu terus menyuruhku untuk pergi. Kamu tidak memintaku beristirahat, tapi pertengkaran kita selalu dipicu olehmu yang tidak suka dengan karirku.Kilas balik, setelah menikahYa, aku tidak suka. Aku tidak suka kamu hidup di luar lebih lama daripada aku. Aku ini laki-laki! Harusnya aku yang memastikan kesejahteraan kamu, tapi ambisi kamu itu justru petaka buat aku. Kamu pikir aku nggak tahu? Banyak penggemarmu yang nanya apakah kamu menyesal menikah dengan aku. Mereka berpikir kamu tidak bahagia dengan aku karena itu kamu tidak betah di rumah. Mereka bahkan menyumpahi kita bercerai!Alinda menggeleng. Dia menatap sinis ke arah suaminya. Ini adalah risikomu dari menikah dengan publik figur seperti aku. Kamu tak akan luput dari dugaan orang lain.Aku tidak peduli. Berhenti atau kamu bisa cari pria lain yang sabar menghadapimu!Nathan, Sayang, kok kamu ancam aku?Kalau sudah digertak begitu, biasanya Alinda memasang wajah sedih. Dia merengut dan dipeluknya suaminya, lalu dikecupnya bibir suaminya dan mereka berakhir melakukan seks.Siklus pernikahan mereka ya seperti itu. Mereka berpisah, kembali bersama untuk melakukan hubungan intim, lalu berpisah lagi karena pekerjaan keduanya. Begitu bertahun-tahun sampai Nathan datang padanya menanyakan apakah dia selingkuh dengan Leon...*Leon. Terakhir Alinda melihat dramanya di salah satu saluran tv. Akting pria itu tidak mengecewakan seperti biasa. Ingin sekali Alinda mengajaknya bicara, walau di telepon, tapi dia ingat janjinya pada bosnya. Dia yakin Leon pun tahu terkait peraturan baru dari Pak Rayyan. Karena itu Leon tak berusaha menghubunginya.Alinda? Kamu memikirkan Nathan? tegur Mbak Bunga padanya yang tengah melamun di teras.Alinda menggeleng. Entahlah apa yang aku pikirkan.Kamu masih menggigil?Sejak tinggal di sana Bunga memperhatikan Alinda yang membalut dirinya dengan selimut. Saat Bunga bertanya, Alinda menjawab dia merasa kedinginan. Kata Alinda bukan dia kedinginan, tapi tubuhnya gemetar setiap dia ingin minum namun tak bisa dilakukannya.Bunga meyakinkan udara di villa sudah cukup baik bagi Alinda. Itu perasaan Alinda saja, yang mendorong Alinda untuk penasaran mencicipi minum. Setiap hari, Alinda menangis di depan Bunga, minta dibawakan minum yang dia tahu Bunga takkan memberikannya.Alinda menggeleng. Wajahnya pucat. Dia memang tak ada gairah untuk bersemangat sejak dijauhkan dari botol minum kesukaannya. Hatinya juga murung mengingat dia ditinggal suami yang ngakunya cinta padanya.Tadi aku dapat telepon dari Brian. Dia sudah menerima akta ceraimu, kata Bunga prihatin. Aku minta maaf, Alinda. Kamu pasti sedih.Jadi aku sudah resmi jadi janda, pikir Alinda sedu. Aku bukan lagi istrinya. Aku dan Nathan tak memiliki ikatan apapun. Bagaimana tanggapan dia? Apakah dia senang akhirnya terbebas dari tanggung jawabnya sebagai suami pecandu seperti aku? Hm.. dia pasti lega. Aku ingat bagaimana caranya menatap Neta. Aku juga yakin Neta masih suka padanya.Bulan demi bulan berganti sampai beberapa hari sebelum Alinda melahirkan anak pertamanya. Dia sudah mulai kesulitan berjalan karena kakinya yang bengkak dan bobot tubuhnya yang naik tiga puluh kilo. Di saat seperti itu dia ingin sekali minum, karena selama ini minum bisa membuatnya lebih baik.Dia tidak berkonsentrasi dengan keinginannya saat dia mendengar suara Bunga memarahi seseorang.Kamu tidak bisa ke sini! Pak Rayyan sendiri yang ingin Alinda sendiri!Bicara dengan siapa Mbak Bunga, pikir Alinda. Apakah Nathan? Dia datang? Apakah dia tahu aku hamil besar?Alinda tidak bisa bergerak. Dia telentang di kasurnya dengan tubuhnya yang kaku. Matanya menoleh ke pintu yang dibuka.Leon? desisnya kaget.Alinda, kamu hamil, kata Leon tertegun. Dia menghampiri Alinda dan duduk di sisi tempat tidur. Kenapa kamu tidak mengabari aku? Kenapa kamu justru sendirian menghadapi ini?Alinda tidak sendiri, potong Bunga tegas. Dia berdiri di dekat pintu. Leon, enak saja kamu masuk ke kamar Alinda. Kamu tanggung jawab dulu pada dua pengawal yang kamu hajar di luar!Mereka tidak seharusnya melarangku menemui Alinda, kata Leon kesal. Dia menoleh pada Alinda. Aku pikir kamu kembali tetap bersama Nathan karena itu aku tidak melihat sosmed dan baca berita sama sekali. Aku sibuk syuting sampai dramaku bungkus. Dan ketika aku tiba di Jakarta, aku mendengar dari Pak Rayyan kamu mengasingkan diri. Ya ke mana lagi selain ke villamu ini.Jadi kamu sudah dengar aku yang bercerai?Leon mengangguk. Alinda, jika ini karena ciuman yang tak sengaja kita lakukan itu, harusnya kamu beritahu aku agar aku bersaksi di sidang perceraianmu. Agar kamu tak usah hamil tanpa pendampingan dari Nathan!Tidak, Leon, memang rumah tanggaku sudah retak, jawab Alinda sendu. Aku juga tak ingin lagi menjadi istrinya. Aku dan Nathan dua orang yang berbeda, dan jika kita bersama, kita hanya akan bertengkar.Apa Nathan tahu kamu hamil? Apa dia tetap melepasmu sekali pun dia tahu kamu hamil? Rahang Leon mengeras. Pria kurang ajar. Bagaimana bisa...Alinda menggeleng tegas. Dia tidak tahu sama sekali. Karena itu aku juga ingin kamu tidak memberitahu siapa-siapa.Alinda bersyukur dengan kehadiran Leon. Pria itu bersamanya, seakan menggantikan posisi Nathan. Pada hari persalinan pun, Leon yang berada di dekatnya.Pria itu menawarkan pada Alinda untuk memberitahu Nathan. Selain karena Nathan ayah dari anak yang akan dilahirkan Alinda, hal buruk lain bisa saja terjadi. Mereka diberitahu dokter bahwa Alinda yang harus melahirkan secara caesar akan mengalami koma. Hal itu terang memberi kewaspadaan pada Leon dan Bunga.Tidak, jawab Alinda tegas. Aku tidak mau merepotkannya sekali pun aku mati setelah ini. ** Kamu serius? tanya Bunga dan Leon berbarengan. Dua orang itu menjadi teman Alinda selama Alinda memulai perjalanan barunya sebagai seorang ibu.Alinda memberitahu mereka dia sudah dapat tawaran dari Pak Rayyan sebuah proyek film laga. Jika dia menandatangani kontrak bulan itu, bulan depan dia akan mengikuti pelatihan fisik.Saat itu bayi Alinda, Noah, sudah berusia lima belas minggu. Alinda juga sudah sehat dan bobotnya sudah turun lima belas kilo. Dia tidak berolahraga berat. Memberikan anaknya ASI secara penuh rupanya dapat menurunkan berat badannya.Bukan soal proyek barunya yang mengejutkan Bunga dan Leon, melainkan keinginan Alinda yang akan menginformasikan Nathan tentang anak mereka.Aku akan sibuk bekerja, dan Nathan tetaplah ayah kandung Noah, kata Alinda memandang Noah yang tidur pulas dalam gendongannya. Dialah yang seharusnya mengurus anak ini saat aku tidak bisa melakukannya.Alinda, tapi apa kamu yakin dia akan menerima anak ini begitu saja? tanya Bunga khawatir. Apa kamu sudah membicarakan ini pada Mas Brian?Ah, sejak kapan aku bertanya pada Mas Brian? sahut Alinda acuh tak acuh. Aku sudah mantap dengan keputusan aku. Sekali pun Nathan tak percaya anak ini anaknya, dan dia tak mau mengurusnya, ya sudah. Yang penting aku jujur padanya.Kamu tahu dia akan tetap marah karena seharusnya kamu beritahu dia sejak awal, kan? sahut Leon masam.Aku tahu, tapi aku butuh waktu untuk siap. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan hati aku. Walaupun aku tak pernah menunjukkan pada Nathan betapa aku sedih karena perceraian kami, sebenarnya aku sangat sedih, Leon, Mbak Bunga.Ah, kenapa aku sulit percaya padamu kamu hanya ingin terbuka padanya? Leon menggelengkan kepalanya. Aku kenal kamu, Alinda. Aku tahu kenapa kamu ingin Nathan yang mengurus anak ini.Memangnya kenapa? tanya Bunga penasaran.Ya apa lagi? Alinda sangat bergantung pada minum, dari dulu, sahut Leon. Kamu mau menyerahkan anakmu pada Nathan agar kamu sibuk minum, kan?Apa yang dikatakan Leon benar, Alinda? sahut Bunga.Alinda menarik napas. Jawabannya ya dan tidak. Sejak hamil Noah, aku mengubah pola makanku, setelah melahirkan pun aku konsisten. Mbak Bunga lihat sendiri, kan. Tapi satu yang aku takuti. Aku tidak tahu caranya berhenti saat aku ingin sekali minum, dan jika tidak minum, aku akan... Meracau, mengamuk dan menyakiti diri. Alinda memilih untuk mengangkat bahu. Aku ingin, setelah syuting film yang akan aku mainkan ini, aku berobat untuk mengatasi ketergantunganku.Alinda, kalau sampai Nathan tidak mau mengurus bayi ganteng ini, kamu bisa menitipkan anakmu padaku dan Mas Brian, ya? kata Bunga.Tentu saja, timpal Alinda disertai tawa. Kalian jangan tenang begitu saja. Pasti akan aku repotkan. Karena aku sekarang single, ya urusanku mau tak mau kalian ikut urus juga!Bunga dan Leon memang melihat tawa Alinda yang renyah, tapi mereka tahu sebenarnya Alinda masih dilanda pilu namun tak bisa disampaikan perempuan itu. Alinda memang bebas dan ceria, kecuali saat mencari-cari minum.*Keluar dari ruang rapat, Nathan masih menginstruksi Neta yang saat itu sudah 'lebih dekat' dengannya. Suruh anak-anak untuk siapkan dokumen tender untuk tiga proyek yang kita bicarakan tadi, ya. Aku minta besok pagi sudah siap semua untuk dikirim ke semua klien, kata Nathan. Perlahan dia mengulum senyum. Malam ini jadi, kan?Katanya tidak mau dinner di tempatku karena rumahku sempit?Tempo hari aku hanya bergurau, kok. Tentu aku nyaman denganmu. Tak penting besar-kecilnya tempat tinggalmu, yang penting kita nikmati masakanmu!Kenapa malam ini tidak kamu saja yang masak? Selama ini sepertinya aku terus yang menyiapkan makan malammu, kata Neta pura-pura menggerutu.Senyum mengembang di wajah mereka, sampai keduanya masuk ke dalam ruang kerja Nathan, dan tak lama sekretaris Nathan memberitahu ada yang ingin bertemu. Sekretarisnya juga menambahkan sebelum Nathan bertanya, Bu Alinda Syarif.Untuk sesaat Nathan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia mematung dengan keterkejutan di hatinya. Alinda? Alinda yang tak ada kabarnya hampir setahun ini, ada di kantornya?Setelah bercerai, Nathan memerlukan waktu lima bulan untuk bangkit dari Alinda. Dia beruntung karena dia ditemani Neta. Sejak saat itu pula hubungannya dengan Neta semakin dekat. Walau dia belum bisa bilang dia mencintai Neta, dia senang berdekatan dengan mantan kekasihnya itu.Neta mendengar segala keluh-kesahnya. Neta bersabar menghadapinya yang masih belum bisa menyentuh Neta. Dan Neta juga tak pernah menunjukkan sikap yang merendahkan Nathan. Hal-hal itulah yang membuat Nathan mempertimbangkan Neta sebagai.. entahlah, teman cerita, mungkin?Kamu ingin aku keluar, Nathan? tawar Neta.Tak usah, biarkan dia tahu bagaimana hubungan kita, sahut Nathan datar.Kenapa? Kamu ingin membuatnya cemburu? tanya Neta sinis.Ya, jawab Nathan gamblang. Orang yang menyebalkan seperti dia harus tahu dia tidak sebagus itu untuk dicintai sampai aku merana.Hanya Tuhan yang tahu betapa cengengnya dirimu ditinggal olehnya, sahut Neta, mengangkat bahu saat Nathan melotot padanya.Pintu ruang kerja Nathan terbuka. Masuklah Alinda dengan bayi dalam gendongannya. Wanita itu tidak terlalu memperhatikan sekitar, termasuk Neta yang berdiri di samping Nathan.Ah, dari dulu pun Alinda tidak terintimidasi dengan kehadiran Neta. Bahkan Nathan tak ingat jika Alinda pernah cemburu padanya. Perempuan itu tahu betapa cantiknya dia hingga tak mungkin baginya dikhianati oleh Nathan.Well, Alinda tidak salah, sih.Oh, kalian masih sibuk bekerja? tegur Alinda santai. Dia duduk dengan napas tersengal-sengal. Kenapa sih jadi bos itu kerja di lantai seatas ini? Apa tidak capek berdiri di lift?Untuk apa kamu ke sini, Alinda? tanya Nathan datar, dari luar. Isi hatinya sendiri bergejolak melihat Alinda. Jantungnya pun berdegup tak karuan.*Dia merindukan wanita ini. Wanita yang memiliki kecantikan yang tak ada duanya. Rambutnya yang hitam panjang, kulitnya yang kuning langsat, dan senyumnya yang penuh percaya diri itu tak pernah gagal memikat hati Nathan.Suara Alinda berubah serius. Ada yang ingin kukatakan denganmu saja, Nathan. Jadi aku mohon Neta untuk pergi.Kamu tidak bisa mengusir Neta.Alinda terdiam mendengar ketegasan dalam suara Nathan. Dia melanjutkan ucapannya, Ini diskusi pribadi. Tentang anak ini.Terpaksa, Nathan meminta Neta untuk meninggalkan ruang kerjanya. Begitu Neta keluar, dia duduk di sofa lain. Ditanyainya Alinda perihal bayi yang ada di dalam dekapan wanita itu.Anak siapa ini?Sebelumnya, aku ingin memberitahu aku melahirkan anak ini. Kamu pasti bangga, karena aku selama hamil aku tidak minum sama sekali, bahkan sampai sekarang aku belum minum.Nathan menatap sinis padanya. Alinda tahu pasti pria itu berpikir anak yang dibawanya bukan anak Nathan, tapi Alinda tidak peduli, dia terus bercerita, Aku lihat bagaimana kamu dekat dengan Neta. Nathan, aku tahu ini bukan hakku lagi untuk tanya, tapi apakah dia... keibuan? Apakah dia lembut memperlakukan orang lain?Ya, dia tidak sepertimu yang bicara terang-terangan pada orang lain, dan dia bisa menghargai lawan bicaranya dengan bertutur kata baik dan sopan, sahut Nathan sengaja untuk menyakiti Alinda.Namun reaksi Alinda di luar perkiraannya. Wanita itu mengangguk dengan senyuman di wajahnya. Itu artinya dia baik, kan? Apa dia menerima kamu apa adanya, Nathan?Aku pernah mengecewakan dia dengan menikahi perempuan yang tak ada harganya sepertimu, dan dia masih berada di sampingku. What do you think?Ah, apakah kamu perlu menghinaku seperti ini, Nathan? tegur Alinda tak nyaman. Bagaimana pun kita sudah berpisah. Bukankah kita lebih baik saling memaafkan saja?Siapa ayah anak ini, Alinda? tanya Nathan langsung ke sasaran.Ke sinilah lebih dekat agar kamu bisa melihatnya.Nathan menarik napas kesal. Dia berdiri, dan menghampiri Alinda untuk memandang anak itu.Dia pun terkesiap.Anak ini... katanya gugup.Ya, dia anakmu, jawab Alinda lugas. Anak kita. Aku tidak keberatan jika kamu mau tes DNA. Aku mengerti.Nathan tertegun saat matanya menatap bayi yang memiliki mata belo dan bibir yang mirip dengannya. Dia tak perlu melakukan tes apapun untuk tahu anak ini adalah anaknya.Tapi bagaimana...Mengapa kamu tidak beritahu aku, Alinda?Kamu tahu aku pemabuk, bukan? Kamu tahu aku tidak bisa berpikir waras. Jadi jangan salahkan aku kenapa aku baru memberitahumu sekarang, kata Alinda masa bodoh amat.Alinda! bentak Nathan marah. Kamu tidak bisa menjadikan ketergantungan kamu itu sebagai alasan! Aku tetaplah ayah dari anak ini. Aku berhak tahu saat kamu mengandung anakku! Dia duduk di samping Alinda, menatap wanita itu tajam.Aku tahu aku hamil setelah kamu tinggalkan aku di rumah Mas Brian, jawab Alinda kemudian. Aku tidak mau membebani kamu...Membebani aku? potong Nathan, tertawa tak percaya. Omong kosong. Mana pernah kamu mikirin kamu membebani aku atau tidak! Oh, aku tahu kenapa tidak memberitahuku. Saat itu kamu pasti tidak yakin kan siapa ayah dari anak ini? Aku atau selingkuhanmu? Atau pria lain yang mungkin pernah menanam benih dalam tubuhmu?Inilah kenapa aku nggak mau kasih tahu kamu, kata Alinda jengkel.Apa maksud kamu?Alinda memandang Nathan lekat-lekat. Tak ada kasih sayang di mata pria itu. Pria itu menatapnya dengan kebencian, sama seperti saat pria itu bilang mau menceraikannya.Rasanya percuma aku ada di sini, gumam Alinda, beringsut. Aku ke sini hanya untuk memberitahu kamu punya anak, itu saja. Aku tidak ada kewajiban untuk menjelaskan apapun ke kamu.Kamu tidak bisa bawa anak ini. Nathan ikut berdiri. Anak ini anakku. Aku berhak atas anak ini. Kamu tahu kenapa aku harus tahu? Agar Hakim bisa memutuskan dengan siapa anak ini tinggal begitu dia tak butuh ASI ibunya.~Author's note:Terima kasih yang sudah baca. Untuk baca secara lengkap silakan unlock dan download PDF nya dari link google drive. PDF cerita Kali Kedua Bersama Alinda terdiri dari 150 halaman, lengkap dari awal sampai EPILOG.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan