[PDF] Jangan Lukai Hatiku Lagi #Completed

3
0
Terkunci
Deskripsi

"Kamu pikir saya menikahimu karena saya mencintaimu?"

Ernaldi ingin tertawa sekencang yang ia bisa. Perempuan bodoh macam apa yang menjadi istrinya selama empat tahun ini? Ernaldi menjual kebebasannya dengan menikahi perempuan yang tidak dikenalnya. Bukan tanpa alasan ia melakukannya. Awalnya ia mengira pernikahan ini akan berjalan dengan mulus saja. Begitu ia mendapatkan apa yang diinginkannya, ia dapat begitu saja menceraikan Savarina. Namun empat tahun bersama dalam pernikahan yang menyedihkan...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
400
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya [PDF] Dicambuk Amarah dan Cinta #Completed
2
0
Talyda bertemu lagi dengan Adam, pria yang dulu memerko*anya saat Talyda berusia 17 tahun. Masalah terjadi setelah Adam tahu dia memiliki anak dari Talyda.Aku akan menuntut tes DNA. Atau mungkin tidak perlu, karena wajah Dama sangat mirip denganku, bukan begitu?Talyda tercekat. Ini benar-benar jalan buntu untuknya! Begitu keluar dari rumah pria ini, ia harus memutar otaknya untuk menyelesaikan masalah ini tanpa menikah dengan pria itu. Ia sudah berhasil melarikan dirinya dari pernikahan yang tak diinginkannya bersama pria itu, dan ia tidak ingin hal itu terjadi pada masa kini.-Status cerita: Full/Completed -Jumlah Halaman PDF: 428 -Link WP: https://www.wattpad.com/story/159871291? ~Yang Talyda tahu pria di sebelahnya ada dua. Meski dalam keadaan duduk, ia merasa kehilangan keseimbangan. Ia menyangga pada bahu pria itu dan bagaimana ceritanya ia sudah membanjiri kemeja pria itu dengan air matanya.Kau terlalu muda untuk mencicipi semua minuman ini, kid, kata pria itu. Berapa umurmu?Talyda tidak terlalu fokus hingga tidak menyadari pria itu memakai bahasa Indonesia. Ia menjawab, Tujuh belas.Good. Tahun depan mau lulus dan ini yang kamu siapkan?Geez, ini Papa, ya? gumam Talyda, menjauhkan diri dari pria itu. Ia mengulapkan wajahnya di meja dan pria itu mengangkat mukanya.Dan Talyda bersumpah, pemandangan di hadapannya begitu indah.Mata pria itu cokelat bening, menatapnya dengan prihatin dan nanar. Biasanya Talyda marah jika ada orang yang kasihan padanya. Tapi baru kali ini ia merasakan ketulusan dari seseorang. Orang asing pula.Apa? Orang asing yang bahkan tidak mengenalnya melemparkan tatapan kasihan seperti itu? Kurang ajar.Apakah semua laki-laki itu brengsek? tanya Talyda geram.Maaf?Tidak ada satu pun dari kalian bisa menghargai wanita, gumam Talyda. Kalian merasa benar tanpa tahu apa yang semua wanita rasakan!Well, bicara siapa yang lebih menyakitkan, kalau kamu sudah dewasa kamu akan mengerti menjadi wanita yang pemilih, pria itu hanya tertawa. Saya tidak bermaksud menyinggung hatimu. Tapi saya punya adik yang seumuran denganmu. Dia jauh tinggal di Indonesia dan saya khawatir padanya.Kalau saya sudah dewasa, saya tidak akan menjadi wanita pemilih, jawab Talyda ketus. Ia tidak peduli apakah pria itu punya adik yang seumuran dengannya atau tidak. Peduli setan. Anda bisa meninggalkan saya.Saya butuh teman bicara.Talyda menatap pria yang duduk di sebelahnya. Masih dengan tatapan sinis dan penuh selidik, Talyda bertanya, Anda kesepian? Saya bukan wanita murahan!Saya tahu. Tapi kita berasal dari negara yang sama. Adam memanggil pelayan dan meminta sebotol wine untuk dibungkus. Saya tidak memintamu untuk tidur bersama saya. Hanya saja.... Saya bosan sendiri. Wanita yang saya cintai baru saja meninggalkan saya demi pria yang lebih kaya.Saya turut berduka. Talyda menundukkan kepalanya lagi. Kini kepalanya terasa berat. Bagaimana tidak. Sepuluh gelas wine ia tenggak dalam waktu setengah jam! Maaf, saya pusing sekali....Dan Talyda tidak sadarkan diri. Dahinya terjatuh ke meja bar.**Yang Talyda ingat ia berada di bar. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa sampai... Di mana ia sekarang? Ia membuka kedua matanya perlahan. Dirinya di tengah kamar seorang pria. Ya, ini kamar seorang pria dengan parfum Gatsby di atas nakas dan bau rokok yang menyengat. Talyda tidak tahan dengan bau rokok dan... Aw! Kepalanya sakit sekali. Ia merebahkan kepalanya lagi di atas bantal yang bau itu.Entah sudah berapa jam ia tertidur. Mimpinya tidak jelas. Ia berjalan mengitari sepanjang pantai, pantai yang pernah dikunjunginya di Long Island. Suara deburan ombak menyemat di telinganya dan samar-samar diikuti dengan bisikan seseorang dengan kata-kata yang tidak jelas. Kemudian ia mendekati mulut pantai, merasakan air yang menyentuh kedua kakinya, dan entah bagaimana air itu merambat pahanya. Sesuatu dalam dirinya bergetar hebat ketika dirasakannya air itu sampai di pahanya.Astaga.Ia tahu ini bukan mimpi namun ia tidak berani untuk membuka matanya.Sesuatu di bawah sana meraba-bukan-menjilati pahanya.Sesuatu itu naik ke atas. Ia dapat merasakan deru nafas lelaki itu.... Sontak Talyda membuka matanya dan jantungnya nyaris loncat. Lelaki itu membalas tatapannya dengan rasa bersalah.Lelaki itu, lelaki yang ditemuinya di bar, berada di atas tubuhnya!Ya Tuhan! desis Talyda kaget. Ya Tuhan! Ia berusaha melarikan diri dengan mendorong pria itu. No! Please no! Ia meronta sekeras yang ia bisa lakukan, namun pria itu lebih degil lagi.Pria itu menekan kedua bahunya ke tempat tidur. Matanya tak berhenti menatap mata Talyda. Bibir pria itu turun ke dahinya, dan bertahan lama di sana. Pria itu mengendus harum kepalanya hingga Talyda sulit bernapas karena pria itu menekan tubuhnya ke tubuhnya sangat erat.Jangan persulit keadaan ini, Sayang, bisik pria itu. Aku hanya ingin memilikimu. Malam ini saja.Oh, tidak... desis Talyda, berusaha untuk melarikan diri namun tidak kuasa. Pria itu keburu mengecup bibirnya. Mengecup bibirnya dengan lembut, kemudian semakin buas ketika lidah pria itu memasuki mulutnya, mencari lidahnya. Jangan...., katanya di sela-sela ciuman itu. Ia tidak bisa menikmati ciuman ini.... Mulut pria itu mengeluarkan aroma wine (atau itu bau Talyda? Talyda tidak yakin karena ia juga minum), dan Talyda tidak bisa melakukannya.Kenapa? tanya pria itu.Saya tidak mengenalmu..., sahut Talyda polos. Kita tidak bisa melakukan ini!Pria itu menjauhkan diri darinya dan duduk di tepi ranjang tanpa melepaskan tatapannya terhadap Talyda. Well, saya Adam Koesnadi. Usia saya dua puluh delapan dan saya bekerja di Citibank.Oh, gumam Talyda bingung. Pria ini kenapa menjadi lunak? Baru beberapa menit lalu pria bernama Adam Koesnadi ini menindihnya seakan ingin memperkosanya. Saya Talyda. Tidak menjelaskan mengenai dirinya lebih lanjut. Bagaimana kita tidak pernah bertemu jika kita sama-sama warga Indonesia?New York itu besar, dan saya tidak punya waktu ke acara gathering kecuali saat pemilu. Adam mengangkat bahu.Anda bekerja di Citibank... Apakah Anda... kekasih Rubinia Adiwangsa? Selama ini Talyda dan Stella mengagumi Rubinia dan menjadikannya sebagai role model untuk mereka dewasa kelak. Saking kagumnya, mereka suka mengorek info dari Facebook, Friendster, dan berbagai sosial media lainnya tentang Ruby. Dan dari salah satu cerita di blog Ruby yang menyatakan bahwa kekasihnya bekerja di bank ternama itu.Dilihatnya rahang pria itu mengeras. Well, she was my girlfriend. We broke up, jawab Adam masam. Tentu saja kita tidak bertemu. Saya tidak pernah datang ke acara-acara Ruby. Kalau kamu perhatikan tempat tinggal saya, saya tidak bisa bertahan dengan kalian, iya kan?Saya tidak tahu ada yang sesinis itu pada kaum sosialita, kata Talyda heran. Tapi saya bukan bagian dari mereka, asal tahu saja. Ayah saya bisa menggantung saya jika saya berboros-boros ria dengan membeli Louis Vuitton. Ia kemudian menghela napas singkat, menyadari bahwa ia tidak perlu menceritakan mengenai dirinya. Itu tidak penting. Bisa saya pulang sekarang?Saya sudah mengambil keuntungan darimu. Sebagai imbalannya, kamu bisa mencurahkan perasaanmu padaku, jawab Adam tenang.Keuntungan? Maksudmu... ngg, kamu...Adam menggeleng, menahan senyum kecut. Ia hampir ketawa melihat ekspresi Talyda yang ketakutan. Kau manis.Mengernyit dahi Talyda mendengar penuturan yang polos itu. Manis? Dalam hati ia tertawa sumir. Yang menyebutnya manis hanya Mama dan Papa saja. Atau apakah orang yang jauh lebih tua suka memuji anak seusianya? Atau fisik bukan standar bagi orang yang sudah tua? Tua. Berapa usia Adam Koesnadi ini? Dua puluh tujuh, mungkin?Well, mengatakan dirinya manis tidak membuat Talyda ingin bertahan lebih lama di kamar pria itu. Ia harus pulang ke mansion di mana Tante Vivi, adik dari ibunya yang punya mulut besar dan kekhawatiran tingkat dewa itu tengah menunggunya.Keuntungan apa? desak Talyda.Kau tidak sadar bahwa kamu gadis yang cantik, Adam menyimpulkan. Kecantikan kamu yang saya syukuri. Sudah banyak perempuan cantik yang saya temui, tapi tidak ada yang memiliki mata sepolos dan semurni dirimu.Oh? tanggap Talyda tersipu.Adam mengangguk, membelai pipinya. Saya tidak akan melarangmu pergi kalau itu maumu. Semua barangmu masih lengkap. Pria itu melirik tas Talyda yang tergeletak di meja studi pria itu. Bergegas Talyda turun dari tempat tidur, merapikan pakaiannya yang kusut dan meraih tas sekolahnya.Ia sudah siap meninggalkan kamar pria itu ketika ia mendengar lenguhan keras Adam. Pria itu bersandar di atas tempat tidurnya dengan helaan napas panjang. Saya memang tidak melarangmu, saya hanya tidak bisa membiarkanmu pergi.Terdiam Talyda, mencoba meyakinkan dirinya apakah pria ini sungguh-sungguh atau hanya bohong belaka.Saya tidak pernah senyaman ini dengan lawan jenis, aku Adam. Bersama kamu, saya merasa tidak perlu merasa risih dan tertutup. Seakan saya tahu kamu bisa nyaman juga bersama saya, seakan saya tahu kamu takkan melemparkan aib saya kepada orang lain.Anda hanya merasa bosan terintimidasi dengan orang-orang kaya, gumam Talyda. Saya juga berpikiran hal yang sama. Hidup saya hanya untuk belajar, belajar, dan belajar.... Saya... Talyda menggeleng. Ia tidak ingin menceritakan hidupnya kepada orang ini. Walaupun Adam tampaknya bisa dijadikan teman bicara yang asyik, ia tidak ingin membebani hidup pria itu dengan curahan hatinya sebagai anak sekolah yang belum punya pengalaman apa-apa.Kau tidak perlu takut pada saya. Atau kamu takut terhadap perasaanmu sendiri?Dari mana Talyda harus memulai? Dari di mana ia melihat kakeknya melepas gesper, dan mencambuknya setiap nilai pelajarannya di bawah delapan? Dari di mana ia melihat abangnya yang kecanduan narkoba, karena itu Papa dan Mama sangat berharap padanya untuk sekolah yang benar?Sebaiknya saya pulang. Ia menggigit bibir.Jangan.Sontak Adam berdiri dan menahan lengannya. Mata pria itu menyusuri matanya, entah apa yang dicarinya. Semakin dalam Adam menatap, semakin lemas Talyda. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Pria ini... berbeda. Seharusnya Talyda takut dipandang seperti itu. Namun ia juga ikut penasaran kenapa pria itu betah menatapnya.Sepasang mata bening kecoklatan pria itu tidak akan pernah dilupakan Talyda.Tidak akan pernah.Mata itu indah. Mengingatkan Talyda ketika abangnya memberikannya sorotan nanar sebelum masuk ke pusat rehabilitasi. Mata Adam menatapnya dengan keletihan di dalamnya, seakan pria itu dirundung keputusasaan dan meminta pertolongannya untuk menemukan jalan keluar.Dan tanpa diundang, pria itu mendekatkan bibirnya ke bibir Talyda. Pria itu mengulum bibirnya dengan lembut, seakan pria itu memperlakukannya seperti barang pecah belah. Pria itu menciumnya lagi, lagi, dan lagi sampai akhirnya pria itu memagutnya dengan napsu yang menggebu.Rasa takut terhadap pria ini menghilang seketika. Seolah ada sesuatu yang membuatnya percaya, pria ini tidak sebejat itu. Tidak sedingin itu. Pria itu meraihnya, merekatkan tubuhnya pada pria itu hingga tidak menyisakan ruang di antara mereka. Bibir pria itu enggan lepas darinya dan terus berlanjut.Kau bilang kamu tidak ingin tidur dengan saya, bisik Talyda setengah hati. Napasnya terengah-engah. Matanya terus menelesuri mata letih pria itu.Anggaplah saya tidak konsisten, jawab Adam.Dan pria itu membawanya ke tempat tidur dan melakukan apa yang ingin dilakukannya sejak ia melihat Talyda untuk pertama kali.** Unlock untuk membaca cerita ini secara lengkap di PDF, thank you. :)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan