
Sukses, Kaya, Cantik dan Mandiri. Semua itu dimiliki seorang wanita bernama Arisu Dewi Sanjaya. Sukses diusia muda dalam mengelola perusahaan turun temurun keluarganya tentu saja menjadi incaran banyak pria. Hanya saja Arisu tak ingin terikat dalam komitmen yang tak berujung. Dia lebih memilih sendiri menikmati kebebasannya. Hingga dia bertemu dengan Kai. Pemuda muda penuh semangat yang bisa memuaskannya tanpa ada rasa diantara mereka.
🔞Mature Content🔞
Harap bijaksana dalam membaca. Banyak adegan dewasa dan kata-kata tak senonoh. Khusus pembaca 18+
Aku dan Arisu sampai disebuah restoran dekat dengan kampusku. Restoran ini tidak terlalu ramai karena tidak banyak orang yang tau jika makanan disini enak. Bagian luar restoran ini memang tak menarik tapi jika sudah masuk ke dalamnya, suasananya sangat berbeda.
Aku melihat Arisu yang sedang menilai tempat ini. Sepertinya dia belum pernah pergi ke restoran seperti ini sebelumnya. Aku tersenyum melihat ekspresinya yang menyukai tempat ini.
"Disini enak. Aku kira tempatnya akan menakutkan karena bagian luarnya seperti tak menjanjikan" ucapnya.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Aku tau kamu mau mengajakku ke restoran mewah tapi aku ingin sesekali kamu makan ditempat seperti ini. Tenang saja, aku tak akan membawamu ke tempat yang membuatmu tak nyaman"
Dia mengangguk menyetujui.
"Kamu tau tempat ini darimana?"
Arisu menatapku. Dia sangat cantik walaupun dengan style kantorannya. Apa ada wanita lain yang semenarik ini?
"Aku dan teman-teman kadang makan disini. Kevin temanku yang menemukan tempat ini dan merekomendasikannya"
"Aku tak menyangka teman kayamu itu bisa menemukan tempat seperti ini"
Aku tersenyum geli.
"Kamu tak pernah ke tempat sederhana begini, Soo?"
Arisu tersenyum simpul dan menggeleng. Aku tau setiap kali aku memanggilnya, pandangan matanya terlihat berbeda. Dia akan selalu memandangku dengan tatapan penuh hasrat jika aku memanggil nama panggilannya. Dia menyukai bagaimana aku menyebutkan namanya. Jadi sesekali aku akan memanggilnya dan tentu saja dengan nada sensual pada namanya.
"Apa aku harus memanggilmu kakak sekarang? Kamu jelas 'jauh' lebih tua dariku"
Arisu melunturkan senyumannya. Wajahnya memberengut tak suka dengan ideku.
"Kamu tak perlu memanggilku dengan embel-embel didepan namaku. Cukup 'Soo' atau 'baby' maybe?"
Aku terkekeh geli.
"Baby? You want me to call you baby? But you're not my baby"
Seketika wajahnya berubah jadi datar. Oh...apa ini? Apa aku salah bicara?
"Just call me 'Soo' then" ucapnya dingin.
Apa dia sedang marah? Lucu sekali.
Aku meraih tangannya yang berada dimeja dan menciumnya punggung tangannya. Wajahnya masih sama tak berubah sedikit pun. Ternyata membujuk wanita dewasa lebih sulit dibandingkan membujuk wanita seusiaku atau dibawahku. Mereka tak akan terpengaruh dengan hal kecil seperti mencium tangan mereka. Mungkin wanita dewasa lebih menyukai pembuktian dibandingkan kata-kata manis.
"Baby..."
Aku memanggilnya lembut. Dia hanya melirik. Respon yang bagus.
"Bukankah seharusnya kamu yang memanggilku 'baby'? Aku jauh lebih muda darimu, Soo. Tidak kah kamu ingin memanggilku baby?"
Arisu masih menatapku sebal tapi tangannya masih setia digenggamanku.
"Panggilan baby tak terbatas pada umur" balasnya jutek.
Ternyata dia masih belum puas.
"Alih-alih aku panggil baby, bagaimana aku memanggilmu dengan sebutan lain? Like 'sweetheart' or 'sayang'?"
Dia tersenyum kecil.
"Menggelikan jika kamu memanggilku sayang"
Mood-nya sudah kembali sekarang. Dia jauh lebih cantik saat tersenyum seperti ini.
"So...sweetheart?"
"Aku lebih suka saat kamu memanggilku 'Soo'"
Aku tersenyum manis. Apa benar dia lebih tua dariku? Kenapa rasanya dia sangat manja? Bukannya aku tak menyukainya hanya saja terlihat manis dan lucu saat dia merajuk seperti tadi.
Kami kembali makan makanan kami yang sempat dianggurkan. Arisu tak banyak berbicara. Dia makan dengan tenang. Apa semua wanita dewasa yang kaya jika makan akan diam dan bersikap anggun seperti dia? Mungkinkah didikannya seperti itu dirumahnya?
"By the way, aku belum tau nama lengkapmu, Kai"
Aku menatapnya dan tersenyum simpul. Aku meletakkan sendokku.
"Kaiden Mahesa"
"Tanpa nama keluarga?"
Aku sedikit tersentak saat Arisu menanyakan nama keluargaku. Aku hanya tersenyum masam. Aku sudah lama tak punya keluarga dan juga aku kini sendiri.
"Itulah namaku. Kamu perlu bukti? Aku akan tunjukan kartu identitasku"
Aku mencari dompetku tapi langsung ditahan oleh Arisu.
"Tak perlu. Aku hanya bertanya"
"Darimana asalmu?" tanyanya lagi.
Sejujurnya aku kurang nyaman jika ditanya mengenai asalku atau keluargaku. Bisakah semua orang tak perlu menanyakan masalah keluarga atau asal usulmu? Tapi ini Indonesia, mereka akan selalu ingin tau darimana kamu berasal dan seperti apa keluargamu. Dari sana lah orang-orang mulai menilai dirimu. Aku membencinya. Kenapa setiap orang harus mengurusi masalah keluarga orang lain? Tak bisakah untuk ikut campur?
"Jika itu membuatmu tak nyaman, kamu tak perlu menjawabnya"
"Maaf. Itu topik sensitif yang tak ingin aku bahas"
Arisu mengangguk mengerti. Setidaknya dia tak memaksaku untuk berbicara lagi masalah keluarga.
"Oh iya, aku juga belum memperkenalkan diri. Namaku Arisu Dewi Sanjaya. Putri satu-satunya Barata Sanjaya pemilik dari Sanjaya Group"
Arisu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku. Aku membalas uluran tangannya dan menjabatnya. Bukankah kami konyol? Kami bahkan sudah melakukan sex dua kali dan baru ini berkenalan secara resmi.
"Senang bertemu denganmu, Soo"
"Senang bertemu denganmu, Kai"
Kami terkekeh menyadari kekonyolan kami.
"Apa lusa kamu ada waktu?"
Aku berpikir sejenak. Sepertinya aku tak ada jadwal kuliah apapun karena baru saja menyelesaikan ujian.
"Tidak"
Arisu tersenyum senang.
"Aku ingin kamu ikut denganku ke Bali"
"Bali? Kamu ada acara disana?"
"Tidak. Aku ingin berlibur. Tapi kemungkinan temanku juga ikut. Selain itu aku ada private party disana. Kamu bisa ikut denganku kan?"
"Apa tak masalah mengajakku ke party temanmu? Kamu tak ingin menyembunyikanku?"
Aku bertanya penuh keraguan. Biasanya seorang boy toy sangat dijaga kerahasiaannya dari publik. Jarang sekali diajak ke tempat ramai apalagi ke acara party. Aku tak yakin jika Arisu ingin mengenalkanku ke teman-temannya.
"Kenapa kamu harus disembunyikan? Kamu itu seharusnya dipamerkan didepan publik"
"Apa aku sebuah boneka yang perlu dipamerkan?" candaku.
"Secara harfiah, kamu itu mainanku. Tapi diluar itu kamu lebih dari itu"
Arisu memberikanku kedipannya. Haruskah aku tersinggung dengan perkataannya? Tapi kenapa aku merasa tak tersinggung sama sekali? Aku memang setuju menjadi boy toy-nya dan itu tak mengubah fakta apa-apa. Hubungan diantara kami hanya sebatas itu tanpa ada perasaan lebih.
"Aku akan ikut kemanapun kamu pergi"
"That's great!"
***
Pagi tadi, Arisu meneleponku dan memintaku untuk datang ke daerah Gandaria. Sebenarnya aku masih mengantuk. Tapi Arisu memintaku untuk segera datang. Aku berangkat ke daerah Gandaria menggunakan ojek online biar cepat. Kawasan elit Jakarta salah satunya berada di sini. Aku turun dekat sebuah apartemen mewah daerah Gandaria. Aku menelepon Arisu mengabari jika aku sudah sampai.
Aku terkejut saat bunyi klakson mobil berada didekatku. Kaca mobil diturunkan dan aku melihat Arisu melambai kearahku. Aku masuk kedalam mobil dan langsung disambut dengan kecupan basah dari Arisu. Aku menahan Arisu agar tak semakin berani memperdalam ciumannya. Kami masih berada dipinggir jalan dan bisa-bisa kena grebek warga jika terlalu lama disini. Apalagi ini masih sangat terang dan kami bisa ketahuan.
"Chill, Soo. Kita lanjutkan nanti"
Arisu menjalankan mobilnya dan memasuki kawasan apartemen mewah. Aku merasa bingung kenapa Arisu membawaku kesini. Seingatku hari ini kita akan pergi ke Bali. Dia sudah memberitahuku kemarin.
Arisu menggandeng tanganku menuju lift. Selama perjalanan menuju kamar apartemen aku hanya diam dengan penuh kebingungan. Arisu terlihat lebih ceria dari biasanya. Aku yang tak tau apa-apa hanya mengikuti kemanapun Arisu pergi.
Sesampainya di salah satu pintu, Arisu membuka pintu dan menggeretku masuk. Aku tertegun melihat betapa mewahnya apartemen ini. Arisu membiarkan aku berjalan mengelilingi kamar apartemen ini. Semua furnitur lengkap dan masih baru. Bahkan aku melihat ada beberapa furnitur yang masih dibungkus plastik dari pabrikan. Semua furnitur begitu modern dan lengkap. Semua sangat simpel dan tak terlalu banyak barang yang tak berguna.
"Ini apartemenmu, Soo?"
Aku bertanya dan menoleh kearahnya. Arisu duduk di sofa menungguku sambil mengamati setiap gerak gerikku.
"Ini apartemen milikmu"
"Apa?!"
Aku melotot kaget. Apa aku tak salah dengar? Kenapa dia bilang ini apartemen milikku?
"Oh...aku ralat. Ini apartemen milikku tapi aku ingin kamu menempatinya"
Aku bernafas lega. Setidaknya apartemen ini bukan milikku atau atas namaku. Aku merinding hanya membayangkan mempunyai apartemen mewah seperti ini. Aku tak akan sanggup membayar biayanya. Pasti mahal sekali.
"Tapi kenapa? Aku punya tempat tinggal sendiri"
"Kamu tak memberiku kesempatan untuk membelikanmu baju atau mobil. Kamu terus menolak saat aku memintamu membawa mobilku ke kosmu. Jadi daripada bingung, aku memberikan tempat ini. Kamu bisa menggunakan sesukamu. Ada mobil juga yang terparkir di tempat parkir gedung"
Aku mengurut pangkal hidungku. Tiba-tiba aku merasa pusing. Semua ini terasa mendadak. Aku tau untuk seorang boy toy pasti akan diberikan banyak fasilitas. Tapi aku tak menginginkan ini. Aku tak perlu semua barang mewah.
"Kamu marah?"
Aku mendengar ada nada khawatir dari suara Arisu. Aku menatapnya dan mendekatinya. Aku duduk di sampingnya dan membelai rambutnya.
"Bisakah kamu membicarakannya denganku dulu sebelum memberiku sesuatu?"
"Kamu pasti menolaknya"
Tentu saja aku menolak. Arisu memberiku terlalu banyak.
"Secukupnya saja, Soo" bujukku.
"Tapi menurutku ini termasuk belum cukup"
Aku lupa jika standarku dan standar Arisu itu berbeda. Cukupnya kami berbeda. Kalau dengan memberi apartemen seperti ini menurut Arisu cukup tapi untukku sudah termasuk berlebihan. Aku tau dia kaya tapi apa perlu menghamburkan uang seperti ini?
"Soo...ini berlebihan buatku. Aku tau maksud baikmu tapi ini terlalu banyak untukku"
"Kamu harus terbiasa dengan ini mulai sekarang. Aku tak akan mengubahnya. Kamu adalah boy toy-ku dan aku akan memperlakukanmu dengan baik"
Lebih baik aku mengalah saja. Lelaki tak akan bisa menang berdebat dengan wanita. Entah itu muda ataupun tua. Wanita ya wanita.
"Okay, aku akan menerima ini tapi aku tak akan menggunakannya. Aku masih ada tempat tinggal"
Arisu tersenyum kurang puas. Biar saja sementara seperti ini. Toh aku butuh tempat untuk menaruh barang-barang yang akan dibelikan Arisu nantinya.
"Jadi kenapa kamu memintaku bertemu sepagi ini. Bukannya penerbangan kita masih nanti sore?" tanyaku.
Arisu tersenyum lebar dan mulai mendekatiku. Dia mendorongku hingga aku terbaring di sofa. Aku sudah sangat jelas tau apa yang akan kami lakukan kedepannya. Sex sebelum kami pergi berlibur. Aku juga sudah rindu sentuhan Arisu. Padahal baru beberapa hari aku tak bertemu dengannya tapi aku sudah sangat rindu semua yang ada pada tubuhnya terutama lubang ketatnya.
Pagi itu kami melakukannya hingga siang hari. Kami menandai setiap sudut apartemen ini dengan aktivitas kami. Aku tak pernah cukup melakukan dengan Arisu hanya satu kali. Tubuhnya sangat sayang untuk dilewatkan. Entah berapa kali dia orgasme kali ini. Aku sudah tak fokus lagi menghitung saat aku orgasme ketiga kalinya.
Arisu begitu menggairahkan. Wanita seumurannya pasti sudah kelelahan dengan aktivitas sex yang panjang dan tanpa jeda. Tapi Arisu bisa mengimbangi tenaga mudaku dan terus memberikan sex yang luar biasa.
Setelah kami membersihkan diri dan berganti pakaian. Kami bersiap untuk pergi. Bahkan di apartemen itu sudah banyak pakaian pria seukuranku di wardrobe-nya. Aku sudah banyak terkejut hari ini. Arisu juga sudah mengepak rapi pakaianku dalam koper. Jadi aku hanya perlu membawa diriku saja.
Kali ini kami diantar oleh salah satu sopir Arisu ke bandara. Keberangkatan kami masih nanti jam 4 sore dan sekarang masih menunjukkan pukul 1 siang. Artinya masih ada waktu 3 jam sebelum kami take off. Arisu memaksa untuk menunggu di bandara agar bisa makan di lounge.
Sesampainya disana, kami langsung diarahkan ke jalur VIP dan menunggu di Lounge VIP yang disediakan maskapai. Ini pertama kalinya aku berada di Lounge VIP. Dulu sewaktu travelling bersama Kevin, kami tak masuk kesini karena Kevin memaksa ingin berada di ruang tunggu biasa. Kevin walaupun termasuk anak orang kaya, dia masih ada jiwa miskin di hatinya. Setiap kali travelling pasti dia akan mengajakku untuk nge-trip bersama ala-ala backpacker. Walaupun aku tau Kevin tak akan bisa nge-trip dengan akomodasi ala backpacker.
Aku dan Arisu memilih ruang private yang ada di dalam lounge itu. Tentu saja karena Arisu ingin duduk dipangkuanku dan dibumbui dengan kecupan-kecupan nakal. Kami sudah mengambil beberapa jenis makanan dan minuman agar tak perlu mondar mandir lagi.
Sebuah ide gila sebelum berangkat diungkapkan Arisu. Dia memasukkan vibrator ke lubangnya dan menyuruhku untuk memegang remotnya. Sebagai pria tentu saja aku tertarik. Untung saja saat pemeriksaan tadi kami tak tertangkap oleh petugas keamaan. Aku sempat cemas saat diperiksa dan kami ketahuan melakukan hal senonoh.
Arisu yang sedang duduk manis dan memakan makanannya langsung meringis tertahan. Tangannya sudah mencengkeram pinggir meja. Ia melihatku dengan pandangan sayunya dan mati-matian menahan desahannya. Aku sengaja menekan tombol vibratornya dan meyetelnya ke tingkatan yang cukup tinggi. Pasti dia merasakan getaran hebat dilubangnya. Aku menyunggingkan senyuman licikku. Dia ingin bermain-main dan aku akan memberikannya.
Aku makan dalam diam dan sesekali melirik kearah Arisu yang tampak sudah tak berdaya. Berkali-kali dia menutup mulutnya menahan desahannya. Aku mendekat kearahnya dan berbisik di telinganya.
"Sudah berapa kali kamu keluar, Soo?"
"D-Dua" jawabnya kesusahan.
Aku masih menyalakan vibrator itu. Aku sedikit melirik kearah jam tanganku. Kita masih punya waktu sedikit lagi sebelum dipanggil untuk masuk ke pesawat. Aku menyuruh Arisu untuk bersandar di sofa dengan kaki yang dibuka lebar. Hari ini Arisu sengaja memakai dress selutut agar mudah untuknya dan tentunya untukku. Aku berjongkong dan segera menyingkap dress Arisu dan menurunkan celana dalamnya yang sudah sangat basah.
Aku mematikan vibratornya. Arisu sudah terengah tertahan dengan mulut yang masih ditutup dengan tangannya. Aku memasukkan jariku ke bagian intim Arisu dan mendapat reaksi terkesiap. Aku bisa melihat dia menahan nafasnya saat jariku mulai masuk. Aku menarik keluar vibrator yang ada didalamnya dan sengaja sambil menyenggol titik sensitifnya didalam. Tubuh Arisu bergetar saat aku terus-terusan menekannya. Tak lama, Arisu langsung orgasme untuk ketiga kalinya dengan tanganku.
Aku mengeluarkan vibrator itu dan mengambil tisu untuk membersihkan cairan Arisu yang keluar. Setelah membantunya merapikan diri dan kekacauan yang kami lakukan, kami langsung keluar dari ruang itu dan bersiap masuk ke dalam pesawat. Arisu memeluk lengan kananku. Wajahnya masih memerah pasca orgasmenya. Dia terlihat sangat puas sekali.
"Aku tak menyangka melakukannya sembunyi-sembunyi ditempat umum sangat mendebarkan" bisiknya.
Aku tersenyum kecil.
"Kamu puas?"
"Tentu saja" pekiknya tertahan.
Kami masuk kedalam pesawat dan duduk di bagian business class milik salah satu maskapai yang terkenal di Indonesia dengan cat warna pesawat yang di dominasi warna biru dan putih. Perjalanan berlangsung cepat karena selama di pesawat baik aku maupun Arisu tertidur. Kami tentu saja lelah. Setelah dari pagi melakukan kegiatan panas yang entah berapa jam ditambah dengan hal gila yang kami lakukan di bilik lounge VIP.
Kami sudah sampai di bandara I Gusti Ngurah Rai dan langsung pergi ke villa yang sudah disewa oleh Arisu. Katanya kami akan menginap di The Seminyak Beach Resort & Spa yang merupakan hotel bintang 5 di Bali. Acara temannya itu dilaksanakan disana dan untuk mempermudah Arisu memilih menginap disana. Arisu memesan kamar 'One-bedroom Ocean View Villa' di resort itu. Saat aku tanya kenapa tak memesan kamar hotel biasa dia hanya menjawab dia butuh tempat lebih private bersamaku. Jawabannya tentu saja membuatku setuju. Pasti kami akan melakukan banyak 'hal panas' dan Arisu termasuk moan louder.
Tak sampai satu jam, kami sudah sampai di tempat inap kami. Tempatnya sungguh sangat luas. Arisu menggandengku saat kami memasuki lobi. Suasana ditempat ini begitu indah. Aku bisa merasakan angin pantai dari dalam sini. Sudah lama sekali aku tak ke pantai. Kapan terakhir kali aku ke pantai? Sepertinya sudah lama.
"Kamu ingin istirahat dulu?" tanyaku saat kami sudah berada didalam kamar.
Arisu mengangguk. Matanya sudah sayu dan sedari tadi dia sudah menguap lebar.
"Mandi dulu lalu tidur"
Arisu menurutinya dan langsung pergi ke kamar mandi. Aku melihat kearah laut yang berada di hadapanku. Sudah lama tak merasakan suasana setenang ini. Matahari sudah terbenam dan menyisakan semburat merah dilangit yang gelap.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
