
Clarinna dan Saka adalah dua orang yang sangat bertolak belakang.
Bagi Clarinna, Saka itu menyebalkan, cerewet, suka ikut campur urusan orang, dan suka nyinyir. Sedang menurut Saka, Clarinna adalah seorang nenek sihir. Nenek sihir yang sok cantik dan suka tebar pesona.
Meskipun tidak akur, Clarinna dan Saka terpaksa bertingkah mesra sebagai pasangan suami istri di depan orang-orang. Bagaimana bisa dua orang yang saling sebal ini justru berakhir dalam ikatan sakral?
|DE-SANA KA-NASA PROLOG-PART 6|
……
Prolog
Ada dua laki-laki menyebalkan yang selalu membuat Clarinna mengeluh. Dua orang itu adalah tetangganya, dan sepupu tetangganya. Kedua orang yang selalu membuat emosi Clarinna berada diubun-ubun dan kerap kali naik darah jika bertemu. Apalagi jika mereka membuat tingkah. Hal yang lebih menyebalkan, jika keduanya sudah bersama. Tidak ada yang salah melihat saudara sepupu yang akur dan sering menghabiskan waktu berdua. Sayangnya, hal itu menganggu Clarinna. Lebih sayangnya lagi, si tetangga itu adalah saudara iparnya—Daniel—dan sepupu tetangga itu adalah suaminya—Saka—yang saat ini sedang bermain play station di rumah sebelah, rumah Daniel.
From : My Twin Sasa
Na, minta tolong liat Aska di rumah dong. Ini jam tidur siangnya. Kadang-kadang ayahnya suka nggak mudeng. Askanya ditidurin di rumah kamu aja.
Dasar ayah gemblung!
Lihat, Daniel setidak becus itu menjadi seorang ayah dan suami hingga istrinya sendiri tidak percaya meninggalkan anak mereka hanya berdua dengan sang ayah. Ralat, bertiga bersama Saka, omnya Alaska, sepupunya Daniel, sekaligus suami Clarinna. Lengkap sudah! Kasihan sekali anak manis itu harus terperangkap dengan dua orang dewasa yang suka tidak ingat umur.
Karena tidak tega dengan sang ponakan yang akan melewatkan tidur siangnya jika Clarinna tidak datang kesana, akhirnya Clarinna menekan egonya yang sedang tidak ingin berTanap muka dengan sang suami untuk membawa si anak manis kedalam pelukannya.
Clarinna tidak terkejut saat mendapati dua orang dewasa yang sedang asik bermain play station dengan mengabaikan balita yang sudah tampak mengantuk di tengah-tengah mereka. Bahkan mata anak manis itu sudah merem melek menahan kantuk.
"Baby, ikut Mami, yuk. Bobo sama Mami." Tanpa menatap dua orang dewasa yang tidak menyadari kehadirannya, Clarinna langsung mengangkat si anak manis kedalam gendongannya. Alaska menurut dan malah menyandarkan kepalanya pada pundak tantenya. Terlihat sekali balita itu yang sedang mengantuk berat.
"Eh, ipar. Iya tuh, Aska ngantuk. Minta tolong ya." Daniel bersuara. Menatap sebentar pada Clarinna kemudian asik kembali menatap layar di depannya.
Awalnya Clarinna hendak abai dengan dua laki-laki itu. Bahkan dia sudah tidak peduli jika suaminya tidak pulang ke rumah selamanya. Sayangnya, Daniel menunjukkan kesenangannya dan malah merasa senang dan leluasa dengan Clarinna yang datang dan membawa putranya. Akhirnya Clarinna berubah pikiran.
"Saka! Pulang!" perintah Clarinna tegas.
Saka yang sejak tadi sedang mencoba tidak menghiraukan sang istri dengan fokus pada layar dan stick PS di tangannya, mau tidak mau menatap sang istri yang sedang menatap garang padanya. Bodoh sekali laki-laki di sampingnya yang segala berbasa basi dengan wanita jutek itu. Akhirnya Saka tidak memiliki pilihan untuk meletakan stick PS-nya dan ikut pulang bersama sang istri sebelum dia tidak bisa pulang selamanya. Clarinna memang sekejam itu.
|>>>>|
One
Present
Rysaka Anugerah Aditama mengekor di belakang istri yang baru empat bulan dinikahinya dengan wajah menekuk. Meskipun mengekor, jarak Saka dan Clarinna tidak begitu dekat. Hal itu sebab Saka sengaja menjaga jarak dari wanita yang tengah menggendong ponakannya itu takut-takut Clarinna balik badan dan Saka kena semprot lagi karena jarak mereka yang terlalu dekat. Saka melakukan kesalahan, jadi laki-laki itu menyadarinya dan berupaya untuk tidak menyalut amarah istrinya semakin dalam.
"Saka," panggil Clarinna membalikan badan.
Saka berdiri dengan tegap seperti tentara yang sedang berhadapan dengan sang atasan. Laki-laki itu menghilangkan wajah cemberutnya dan menatap istrinya dengan tegang, takut-takut kepalanya dilempar sepatu, yang mana sebenarnya itu tidak mungkin karena Alaska berada dalam gendongan istrinya itu.
"Buka pintunya," perintah Clarinna. Ah, Saka paham. Istrinya itu berhenti karena pintu rumah mereka tertutup dan dia kesulitan membukanya. Dengan sigap Saka beranjak untuk membuka pintu rumah mereka dengan lebar.
"Silahkan masuk." Saka tersenyum lebar sembari memperagakan gerakan silahkan masuk pada nyonya rumah saat pintu sudah terbuka.
Clarinna masuk tanpa menghiraukan senyum itu. Wanita itu tahu Saka sedang berusaha membujuknya agar Clarinna tidak lagi marah. Tapi jangan khawatir, Clarinna tidak semudah itu dibujuk.
"Buka pintu kamar," perintah Clarinna lagi. Saka yang paham kemudian beranjak dengan tergesa lalu membuka pintu kamar mereka dan melakukan hal yang sama seperti saat membuka pintu utama tadi.
Sikap Clarinna masih secuek sebelumnya. Wanita itu memasuki kamar bak bangsawan sombong dengan dagu terangkat yang melewati pelayan rendahan. Istri Saka itu kemudian meletakan sang keponakan di atas ranjang lalu berdiri tegak menatap suaminya yang sudah memasang ancang-ancang ingin berbicara. Clarinna mengangkat jari telunjuknya seakan memberi larangan pada suaminya agar tidak mengeluarkan satu kata pun.
"Aku mau mandi. Jangan kemana-mana sebelum aku keluar dari kamar mandi." Clarinna menatap Saka penuh penekanan. Biasanya jika tidak begitu laki-laki itu akan kabur kembali ke rumah tetangga sebelah dan bermalam di sana. Berlagak seperti suami nelangsa yang ditelantarkan istrinya.
"Paham?!" tanya Clarinna penuh penekanan.
"Yes, Ma'am." Saka menjawab dengan sikap hormat seorang tentara, kemudian memasang senyum manis bak anak kecil yang lucu.
Setelah Clarinna memasuki kamar mandi dan hilang dari pandangannya, senyum manis Saka luntur. Berganti menjadi wajah kesal dan dongkol. Bahkan tangannya berlagak memukul wanita itu dari jauh. Saka hanya berani melakukan itu saat Clarinna tidak melihatnya. Sebab jika Clarinna mengetahui tingkahnya, Saka yakin uang jajannya akan dipotong. Yang lebih parah, Saka takut dia tidak akan diberi uang jajan sama sekali.
"Susah punya istri yang gak ada bedanya sama macan," gerutu laki-laki itu.
Laki-laki 32 tahun itu kemudian menghembuskan napas mencoba meredakan kekesalannya lalu ikut bergabung di atas ranjang bersama sang anak manis, keponakannya. Menatap wajah manis dan lucu Alaska, setidaknya bisa meringankan bebannya sedikit. Beban memiliki istri menyebalkan seperti Clarinna. Terkadang Saka bahkan mempertanyakan kembali pada dirinya sendiri yang gegabah mengajak Clarinna menikah.
Astagfirullah..
Istigfar kamu Saka! Syukur-syukur Clarinna mau sama kamu!
Saka sungguh beristigfar dalam hatinya memohon ampunan karena sudah menyesali apa yang barusan disesalkan. Tidak menyesali sebenarnya. Hanya sedikit heran. Karena setelah dipikir-pikir, kenapa juga Saka memutuskan melamar Clarinna padahal mereka tidak pernah akur sebelumnya?
Sungguh, jodoh itu adalah misteri yang sulit dipecahkan. Saat ini bisa jadi kamu membenci sesuatu. Tapi tidak tahu saat nanti ternyata sesuatu itu yang kamu butuhkan.
Ya, seperti Saka ini.
_***_
Clarinna Ayu Putri Prasetya keluar dari kamar mandi dengan jubah putihnya lalu berjalan dengan dagu terangkat menuju lemari. Netranya melirik sekilas pada ranjang kemudian senyumnya terulas saat mendapati suaminya berada di sana bersama dengan sang ponakan yang sedang terlelap.
Sebelumnya, Clarinna bahkan sudah memiliki rencana jika ternyata Saka kabur ke rumah tetangga sebelah dan tidak mengindahkan kata-katanya. Namun ternyata Saka cukup menurut dan tidak membuat ulah. Setelah mengenakan daster rumahannya, Clarinna melangkah menuju ranjang dan tersenyum geli menatap wajah pulas suaminya. Bahkan bibirnya sedikit terbuka.
Menggemaskan!
Clarinna bahkan tidak dapat menahan tangannya untuk membelai surai hitam milik sang suami dengan lembut. Saka itu terkadang menggemaskan. Tapi sangat jarang. Bahkan sepertinya laki-laki itu hanya terlihat menggemaskan saat tertidur saja. Karena jika tidak, tingkahnya seperti anak-anak yang selalu membuat Clarinna beristigfar takut-takut kebabalasan. Bahkan masih diingat dengan jelas bagaimana laki-laki itu yang selalu membuat ulah, seperti tadi pagi.
Mengingatnya, Clarinna tidak lagi membelai rambut suaminya itu, melainkan menjambaknya cukup keras. Clarinna masih gemas. Namun kali ini dalam konteks yang berbeda. Jika tadi Clarinna gemas karena wajah polos dan menggemaskan milik suaminya, sekarang Clarinna gemas karena tingkah Saka yang sulit diberitahu dan seperti anak-anak.
Tadi pagi, mereka berdua bertengkar karena Saka tidak menurut untuk disuruh beristirahat dan memaksa bermain playstation dengan Daniel padahal laki-laki itu baru pulang pukul 4 subuh karena ada operasi darurat malamnya. Clarinna cukup tahu semelelahkan bagaimana begadang di ruang operasi. Yang Clarinna inginkan, Saka memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat seharian agar besok saat bekerja tidak kelelahan dan tidak jatuh sakit. Tapi Saka tidak menurut dan memaksa untuk bermain playstation dengan Daniel karena istrinya Daniel-Clarissa-sedang tidak ada di rumah.
Clarinna dan Clarissa adalah saudara kembar, dengan sikap dan sifat yang jauh berbeda. Namun ada satu kesamaan yang dimiliki dua wanita itu. Keduanya sama-sama sensitif jika melihat para suaminya sedang duduk di depan layar dan memegang stik ps.
"Aw! Sakittt..." Saka merengek sembari memegangi kepalanya yang masih terdapat tangan sang istri di atas situ.
"Sstt.. maaf maaf. Tidur lagi, tidur lagi." Clarinna tersadar saat suaminya itu mengaduh sakit. Dengan pelan, dia melepaskan tangannya yang sebelumnya dengan kejam menjambak rambut suaminya sendiri kemudian meletakannya pada dahi Saka dan mengusap di sana.
"Tidur ya.. sstt.." Lulaby Clarinna cukup ampuh. Saka kembali berkelana di dalam mimpinya.
Clarinna tesenyum geli. Saka benar-benar mirip seperti anak-anak. Dia gampang tertawa, namun gampang juga cemberut. Terkadang lucu, namun terkadang membuat kesal. Baru empat bulan bersama Saka, Clarinna sudah seperti merasakan empat bulan mengurus anak-anak. Saka terkadang manja, namun terkadang juga sok mandiri. Tidak berbedalah sikapnya seperti Alaska. Hanya saja, Alaska lebih mending daripada suaminya. Alaska lebih menggemaskan, lebih lucu dan paling penting, tidak semenyebalkan Saka.
Istri Saka itu melirik jam di dinding. Baru pukul 2 siang dan Clarinna baru mandi pagi. Jangan bilang Clarinna wanita yang jorok. Tadi pagi setelah marah-marah, Clarinna memustuskan bergabung dengan timnya distudio yang terletak di belakang rumahnya untuk masuk ke ruang kerjanya mengecek tulisannya yang akan dikirim ke editornya hingga melupakan acara mandi paginya. Kemudian baru berhenti saat pesan dari Clarissa masuk ke ponselnya. Saudara kembarnya itu meminta bantuan untuk merawat Alaska sementara wanita itu ada keperluan untuk acara seminar kepenulisan novel di sebuah komunitas penulis.
Clarinna adalah seorang beauty enthuasiast dengan beberapa lini pekerjaan. Dia menulis artikel mengenai produk kosmetik di majalah, dia juga menjadi model beberapa iklan produk kecantikan yang kini tidak begitu banyak lagi job foto setelah dirinya menikah sebab Saka selalu bawel kalau Clarinna kebanyakan bekerja di luar, dan Clarinna juga pernah menjadi host sebuah acara kesehatan dan kecantikan di sebuah televisi. Selain itu, goalsnya dalam waktu dekat ini adalah Clarinna ingin membuat klinik kecantikannya sendiri.
Ah, satu informasi lagi, Clarinna adalah seorang dokter. Dia lulusan dari salah satu universitas kedokteran negeri. Kemudian memutuskan untuk tidak meneruskan karier kedokterannya setelah menyelesaikan internsipnya lima tahun yang lalu.
Puas mengganggu tidur suaminya, Clarinna akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya. Namun sebelumnya, wanita itu mencium kening Alaska sekilas lalu mencubit pipi Saka dengan gemas dan beranjak dari sana.
Sepanjang perjalanan, Clarinna mengingat-ingat bagaimana dirinya dan Saka bisa sampai ada di titik ini. Jika mengingatkan kembali Clarinna benar-benar tidak mengerti. Mengapa dari sekian banyak laki-laki, Saka yang hadir di hadapannya saat Clarinna sedang membutuhkan seseorang untuk berada di sisinya. Padahal jika diingat-ingat banyak sekali laki-laki di sekitarnya yang cukup potensial untuk menjadi pendamping hidup.
Lagi-lagi, ya, itulah jodoh. Misteri yang sulit terpecahkan. Terkadang kita yakin jika dia orangnya, namun ternyata bukan. Terkadang yang tidak terpikirkan, ternyata malah dia orangnya.
Ya, seperti Clarinna ini.
|>>>>>|
Two
Past
Clarinna memasuki ruang rawat itu dengan mencoba sekuat mungkin menahan tangisnya. Memasang senyum ceria andalannya, Clarinna membuka pintu dengan perlahan. Senyumnya masih tertahan saat mendapati Kejora-temannya-menatapnya dengan senyum cantik wanita itu. Saat mendapati Kejora sendirian di dalam sana, Clarinna melangkah mendekat. Lima tahun tidak bertemu, Kejora tidak banyak berubah. Wajahnya masih se-ayu saat terkahir kali Clarinna menemuinya.
"Hai," sapanya kikuk. Sepanjang tiga tahun pertemanan dengan Kejora, ini kali pertama Clarinna tidak bisa seceria biasanya. "Bagaimana keadaan kamu?" tanyanya.
"Sudah membaik. Kamu sama siapa kesini?" tanya wanita itu.
"Sendiri aja," jawab Clarinna, kemudian hening.
Hampir sejam berlalu dan Clarinna kelu untuk berkata. Dirinya hanya bisa menunduk di bawah tatapan hangat milik Kejora. Meski Kejora dan keluarganya tidak memperlakukannya dengan buruk, Clarinna tetap merasa buruk dengan apa yang terjadi pada putra sulung keluarga itu. Clarinna bersalah.
"Bagaimana kabar kamu, Na? Lima tahun sepertinya cukup merubah kamu ya. Aku kangen Clarinna yang suka ngelucu kayak dulu."
Clarinna mengangkat kepalanya, menatap Kejora dengan sendu. Dirinya tidak tahan lagi. Clarinna menangis dengan tersedu memeluk Kejora yang terbaring di atas ranjang. Ingatan-ingatan menyakitkan itu kembali menghantamnya dengan keras.
"Maaf, Ra. Maaf.. maafin aku," gumam Clarinna terus menerus.
Kejora membiarkan temannya itu menangis sembari memeluknya. Yang bisa wanita itu lakukan untuk menenangkannya hanyalah mengusap punggung Clarinna dengan lembut. Hal itu terjadi cukup lama sampai Clarinna kemudian menarik diri dan mengusap wajahnya yang sudah berlinang air mata. Di genggamnya tangan gadis itu dengan lembut hingga wajah Clarinna berani menatapnya, meski dengan sendu.
"Sudah lima tahun, Na. Itu bukan salah kamu. Sudah jalannya seperti itu. Mas sudah bahagia di sana. Begitupun kamu, yang seharusnya bahagia di sini." Tatapan Kejora begitu lembut.
"An-andai malam itu aku gak minta Arjuna untuk jemput, semua ini gak akan terjadi. Kamu gak kehilangan kakakmu, ibumu gak kehilangan putranya dan aku gak akan kehilangan calon suamiku." Clarinna kembali menangis mengingat kejadian naas lima tahun silam. "Andai aku dokter yang kompeten. Aku pasti bisa menyelamatkan Arjuna."
"Bukan salah kamu, Na. Semua sudah jalannya seperti itu." Kejora tersenyum lembut, berusaha menahan tangisnya. Mengingat Arjuna, Kejora masih belum sepenuhnya siap tanpa kesedihan yang menyelimutinya.
"Maaf ..." Permintaan maaf sudah banyak keluar dari bibir gadis itu. Namun sebanyak apapun maaf yang Clarinna ucapkan, tidak akan membuat Arjuna kembali di sisinya.
"Aku dan Mama mungkin belum bisa melupakan sepenuhnya. Bahkan mungkin kami gak akan bisa melupakannya. Tapi jika mengingatnya hanya membuat sedih, aku belajar untuk ikhlas. Mas orang yang baik. Aku yakin Mas berada di tempat yang baik pula.
Sulit, Na. Sangat sulit. Mas adalah satu-satunya laki-laki di keluarga kami, tempat kami bergantung dan berlindung. Tapi selamanya berada dalam kepedihan dan ketidakikhlasan hanya bisa membuat Mas merasa kesulitan di sana. Sudah cukup aku dan Mama membuat Mas sulit di dunia. Aku gak mau membuat Mas sulit juga di sana.
Berlaku untuk kamu juga, Na. Aku tahu bagaimana kamu dan Mas saling mencintai. Aku tahu bagaimana sayang dan cintanya kamu pada kakakku. Aku berterima kasih. Wanita sehebat kamu mencintai kakakku sampai akhir hayatnya. Mas pasti bahagia pernah memiliki kamu sebagai kekasihnya di dunia ini. Aku yakin juga, Mas sangat ingin kamu bahagia meski dia sudah tidak bisa menjadi pusat bahagiamu. Ikhlasin Masku, Na. Cari laki-laki yang bisa membuat kamu bahagia. Untuk kamu, keluargamu, untuk aku dan untuk Mas Arjuna."
_De-Sana_
"Clarinna? Clarinna Prasetya yang jadi host di Health and Beauty itu? Serius lo ada di rumah sakit ini? Yang jadi bintang iklan lipstik itu?"
"Kayaknya iklan dia enggak cuman lipstik doang."
"Iya maksudnya tapi serius dia ada di sini?"
"Iya, gue liat sendiri waktu nunggu di depan lift. Kita satu litf pula. Sumpah, ya, cantiknya minta ampun ... kira-kira dia pakai susuk gak ya?"
"Serius secantik itu?"
"Serius! Udah gitu ya, ramahnya kebangetan. Setiap ada orang yang sapa dia bales sapa bahkan pake berhenti dulu sekedar buat salaman sama basa basi. Ada yang minta foto, diterima dengan senyum. Parah! Gak ngerti lagi gue. Pantes itu orang hampir gak ada hatersnya."
Saka meminum air mineralnya setelah kunyahan terakhir di mulutnya habis. Biasanya, Saka akan segera beranjak dari kursi setelah makan siangnya habis. Namun kali ini, laki-laki 32 tahun itu justru memasang telinga mendengarkan lanjutan gosip dari dua dokter koas yang sedang makan siang juga di meja belakangnya. Dirinya cukup tertarik dengan perbincangan terkait selebriti yang datang ke rumah sakit tempatnya bekerja itu. Karena sejak tadi, para dokter, perawat, bahkan pasien di rumah sakit ini asyik membicarakan selebriti itu.
Sebenarnya secantik apa wanita itu? Kenapa telinga Saka selalu dijejali kebaikan-kebaikan dari selebriti itu hingga Saka jadi kepo begini dan tidak ingin beranjak jika ada perbincangan tentang wanita cantik itu. Sebenarnya juga, kenapa Saka bisa tidak tahu ada selebriti cantik yang terkenal bahkan hampir semua orang di rumah sakit ini mengenalnya? Apa Saka terlalu kurang update atau memang sebenarnya wanita itu yang tidak cukup terkenal?
Namun sepertinya, memang Saka yang terlalu kurang update karena artis yang dikenalnya hanyalah Daniel Bagaskara-sepupunya sendiri. Itu pun Daniel sudah tidak jadi artis lagi. Maka dari itu, jangankan host dan bintang iklan, pemain saja Saka tidak tahu. Ya, sepertinya Saka memang sekudet itu.
"Wah serius lo? terus-terus, lo gak minta foto gitu?"
"Niatnya mau. Tapi di dalem lift dia dikerubungi orang-orang banyak yang minta foto, tanda tangan, ajak ngobrol. Semua diladenin sama dia sampe dia keluar lift. Dan lo tahu? Dia wangi bangeeeeet. Pakai parfum apa ya itu orang?"
"Ah, kok gue jadi suka sih! Nanti malam gue mau baca lagi tutorial make up dia yang di majalah itu, ah."
"Gue juga. Lo tahu? Make up yang gue pakai ini liat tutorial make up dia."
"Wah pantes lo hari ini lumayan cantik."
Saka mengambil ponselnya kemudian membrowsing di internet tentang siapa itu Clarinna Prasetya. Namanya tidak begitu asing ditelinganya. Saat melihat wajahnya di internet pun, Saka merasa tidak asing dengan gadis cantik itu. Kemudian matanya membulat saat membaca salah satu artikel di sana.
Clarinna Prasetya host dan bintang iklan cantik yang ternyata saudara ipar mantan pemain film Daniel Bagaskara.
Bukan hanya itu, ada satu artikel lagi yang seakan meyakinkan bayangan Saka tentang siapa itu Clarinna Prasetya.
Kembar indentik, Clarinna Prasetya dan Clarissa Bagaskara sudah tidak mirip lagi. Apakah operasi?
Karena judul artikel yang cukup kontroversi, Saka memutuskan untuk membacanya. Namun setelah membaca, wajah Saka kecut seketika. Judul artikel itu hanya klik bait saja! Isinya justru memuji-muji Clarinna di mana artikel itu menjelaskan ketidakmiripan itu terletak pada bentuk wajah Clarinna yang tidak se-chubby Clarissa dan hal itu didasarkan karena Clarissa memang lebih berisi setelah melahirkan. Dijelaskan juga bahwa Clarinna pandai berdandan dan memilih perawatan. Ah, pokoknya menyebalkan. Sia-sia Saka membacanya.
Tak disangka juga, Saka menghabiskan waktu cukup lama membaca artikel itu hingga dokter co-ass di belakangnya tidak lagi membahas tentang Clarinna Prasetya melainkan membahas artis tampan. Ah, dasar anak muda.
"Dokter Saka!" Suara mendayu penuh kelembutan membuat Saka menoleh ke samping. Keterkejutannya tidak bisa disembunyikan saat menatap Clarinna yang tadi ada di artikel, kini sudah duduk di sisinya dan menatapnya dengan sok akrab.
"Tolong saya," bisik gadis itu.
"Kamu siapa?" Saka bertanya pura-pura tidak tahu. Dirinya bingung, apalagi kini pandangan semua orang menatap pada mereka.
"Saya Clarinna saudara kembarnya Clarissa, istrinya Daniel. Saya tahu kamu dokter Saka sepupunya Daniel kan? Meski jauh, kita tetap saudara, jadi harus saling tolong menolong." Clarinna menatapnya serius kemudian melanjutkan, "kita juga pernah satu rumah sakit waktu saya co-ass. Jangan pura-pura lupa, saya masih ingat dengan jelas bagaimana juteknya dokter Saka sama saya."
Saka mendongkol dalam hati saat suara berbisik gadis itu tidak selembut saat Clarinna memanggilnya pertama kali.
|>>>>|
Three
Present
Yang Saka dapati saat membuka kedua matanya adalah kaki Alaska yang ada di wajahnya. Kaki itu pula yang membuat Saka terbangun dari tidurnya karena Alaska menendang wajahnya cukup keras. Menyingkirkan kaki anak manis yang tidak manis saat tidur itu, Saka kemudian bangkit dari ranjang dan matanya menjelajahi isi kamar mencari keberadaan wanita galak, menyebalkan, suka pencitraan yang sayangnya adalah istrinya.
"Rina!" Suara Saka menggelegar memenuhi isi kamar. Sahutan dari sang istri tidak juga didapatkan, Saka membuka pintu kamar mandi. Laki-laki itu kemudian berdecak kesal saat tidak mendapati sang istri berada di dalam sana.
Laki-laki 32 tahun itu kembali duduk di sisi ranjang kemudian mengambil ponsel di atas nakas. Kontak Clarinna adalah yang pertama dicari. Dering pertama, Saka juga mendapati suara ponsel yang tergeletang di atas meja rias. Laki-laki itu kembali berdecak kesal, kali ini disertakan memegang perutnya yang kelaparan.
Saka melirik pada sang ponakan yang masih lelap di atas ranjang, melirik ponselnya, melirik pintu kamar mandi, melirik pintu kamar, kemudian kembali berdecak kesal. Clarinna tidak dapat ditemukan dimanapun dan Saka kelaparan. Suami Clarinna itu kemudian memutuskan kembali berbaring di ranjang dan berbaring menghadap pada sang ponakan.
"Liat itu Mami kamu, suaminya ditelantarin gini. Gak tau kali ya dia suaminya kelaparan. Ditelepon juga gak diangkat." Saka mengadu pada Alaska yang kini membalikkan badan membelakanginya. "Gimana mau diangakat ya, hp aja dia tinggalin di kamar," lanjut laki-laki itu lagi kemudian ikut membalikkan badannya memunggungi Alaska.
Tidak kuat menahan rasa lapar di perutnya, Saka kembali bangkit dan duduk di atas ranjang dengan memegang perutnya dan menahan kesal. Saka ingin makan! Tapi kenapa Clarinna tidak didapati di mana pun?!
Baiklah, Saka akan memberanikan melangkah ke luar kamar. Kalau nanti Clarinna marah-marah karena Saka melanggar janjinya keluar dari kamar dan berjalan kemana-mana, Saka akan balas marah-marah! Siapa suruh tega meninggalkan suaminya sendirian yang kelaparan!
_De-Sana_
Clarinna baru saja melakukan teleconference dengan tim media cetak membahas tentang beberapa project artikel yang akan wanita itu kerjakan untuk beberapa waktu ke depan. Setelahnya, mereka mengobrol asyik bercengkrama di layar laptopnya dengan beberapa staff di sana yang juga merupakan penggemar Clarinna. Berbincang asyik seputar apa saja yang enak untuk diperbincangkan.
Pada dasarnya di luar sana, Clarinna itu memang orang yang cukup ramah. Itulah kenapa bahkan rekan-rekan kerjanya di media juga mengidolakannya. Selain itu juga, Clarinna adalah pendengar dan penasihat yang baik. Ketika tengah bertemu dengan beberapa penggemarnya, Clarinna tidak segan mendengarkan cerita bahkan keluhan mereka yang lebih banyak terkait masalah kecantikan dan tidak jarang memberikan saran.
Kini setelah menikah, orang-orang banyak yang ingin tahu tentang kehidupan pernikahan Clarinna dengan seorang dokter tampan. Dia masih ingat, pernikahannya menjadi bahasan di mana-mana, bahkan sampai diliput media televisi.
Di bidangnya, Clarinna memang seterkenal itu.
"Kak Nana dokter Saka ke mana? Enggak dicariin dari tadi ngobrol sama kita?" Ertha--Salah satu teman bicaranya di layar itu bertanya.
"Lagi tidur siang dia. Semalam habis begadang operasi," beritahu Clarinna.
"Wah pasti ganteng banget deh ya dokter Saka walaupun cuman lagi tidur. Jadi penasaran sama wajah bangun tidurnya," sambung Ertha lagi.
"Hei, suami orang itu!" sahut yang lainnya.
Clarinna tertawa. Dia tidak marah suaminya dipuji-puji seperti itu, kok. Justru Clarinna bangga. Di luar dari kelakuan Saka yang menyebalkan, tidak bisa dipungkiri kalau laki-laki itu juga tampan. Makanya kan, walaupun saat itu tidak cinta, Clarinna mau menerimanya.
"Suamiku saat bangun tidur itu wajahnya sembab, bibirnya cemberut. Apalagi kalau istrinya gak bisa ditemui, pasti dia marah-marah." Clarinna kembali tertawa, lalu menyengir dan melanjutkan, "Tapi ya, nggak bisa dipungkiri, masih tetap ganteng kok."
Clarinna tidak akan pernah melupakan bagaimana cerewetnya Saka saat bangun tidur. Entah kenapa, laki-laki itu suka sekali marah-marah saat baru bangun. Apalagi kalau tidur siang. Apalagi juga, dia tidak bisa menemui Clarinna di dalam kamar.
"Tuh kan! Gara-gara Kak Nana nikah, aku jadi kepingin nikah juga," kata Ertha lagi. "Tahu enggak sih, Kak Nana, tadinya tuh aku santai-santai waktu Kak Nana belum nikah padahal udah di akhir 20an. Kataku, ah, Kak Nana aja yang cantik belum nikah masih santai. Ya udah aku ikutan santai. Eh, sekarang Kak Nana udah nikah aja, aku masih jomblo."
Clarinna terkekeh lagi. "Santai aja, menikah enggak perlu terburu-buru. Menikah tuh bukan ajang perlombaan. Harus dipikirkan dengan matang-matang."
Pintar sekali kan Clarinna bicara? Padahal pernikahannya dengan Saka Clarinna tidak dipikirkan sematang itu juga.
"Iya sih, Kak Nana," jawab Ertha.
"Kak Nana sekali-kali ajak Dokter Saka wawancara di majalah kita, dong. Bawa ke sini biar ketemu langsung," ujar Yuni--staf yang lain.
Clarinna tampak berpikir. "Eum, mau sih. Tapi orangnya rada susah. Waktu aku masih ngehost di Health and Beauty juga dia enggak mau waktu aku mau undang jadi narasumber."
Clarinna tidak berbohong. Berkali-kali Clarinna mengajak Saka menjadi narasumber di acaranya, tapi Saka selalu menolak dengan alasan tidak suka diperhatikan banyak orang. Bahkan saat acara resepsi pernikahan mereka dan media datang untuk meliput, Saka terang-terangan mengomel pada Clarinna dan terjadilah perang dingin di malam pertama.
"Yah, sayang banget ya Kak Nana." Yuni tampak kecewa. "Oh ya, Kak Nana beneran udah off dari Health and Beauty? Enggak akan nge host di sana lagi? Waktu itu infonya Kak Nana cuman off sementara aja."
Clarinna menggeleng. "Belum tahu, nih. Suamiku rada susah kalau aku terlalu banyak kerjaan di luar."
"Ternyata suaminya posesif ya Kak Nana?"
Clarinna hanya terkekeh. Sebenarnya dia off dari acara tersebut saat itu alasannya adalah karena ingin menikah. Setelah menikah, Saka memang meminta Clarinna untuk mengurangi pekerjaan. Tapi bukan berarti melarang bekerja. Saka hanya mau saat weekend, Clarinna ada di rumah. Sedang Health and Beauty adalah siaran langsung yang tayang pada hari Minggu.
"Dia tuh bukan--"
"Rina!!"
Clarinna tidak jadi melanjutkan kalimatnya saat telingatnya menangkap suara Saka yang memanggil namanya. Wanita itu melirik pada pintu kemudian melirik lagi pada ponselnya.
"Kayaknya suamiku manggil ya?" tanyanya pada orang-orang yang ada di layar laptopnya.
"Rina!!" Suara Saka terdengar telinganya lagi.
"Masuk Babe! Sinii ...." Clarinna menyahuti.
Menunggu lama sembari memerhatikan pintu, namun Saka tidak juga didapatinya. Suaranya pun tidak lagi masuk ke dalam pendengarannya. Clarinna akhirnya memilih mengedikkan bahunya kemudian kembali asyik kembali dengan gosip onlinenya.
"Rina!"
Clarinna menoleh pada pintu. Kali ini keberadaan Saka didapatinya di sana. Wajah laki-laki itu cemberut dengan sempurna.
"Sini ..." Clarinna memanggil Saka dan menyeru dengan tangannya agar laki-laki itu mendekat. Saka menurut berjalan mendekat pada sang istri dengan wajah kecut cemberut.
Saat berada di hadapannya, Clarinna langsung menarik Saka untuk ikut duduk di sampingnya kemudian menangkup wajah laki-laki itu dengan satu tangannya dan memamerkannya pada layar ponsel.
"Nih, yang dari tadi mau liat wajah bangun tidurnya suamiku. Masih cemberut juga nih orangnya aku tinggalin di kamar," ujar Clarinna.
Saka memerhatikan layar laptop itu dengan wajah tidak mengertinya. Nyawanya belum kembali sepenuhnya. Laki-laki itu hanya pasrah Clarinna menarik wajahnya kemudian mengusap wajahnya sembari berbicara pada laptop. Setelah beberapa lama pasrah, Saka kemudian sadar apa yang sedang Clarinna lakukan. Laki-laki itu langsung membalikkan badan menjauhkan wajahnya dari layar kemudian menatap Clarinna dengan sengit.
Clarinna yang tahu bahwa Saka akan mengamuk, wanita itu kemudian memutuskan mengakhiri sambungannya dan berpamitan pada yang lain kemudian menutup layar laptopnya. Setelahnya, Clarinna ikut membalikkan badan menghadap pada Saka yang wajahnya sudah kesal sempurna sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Bisa-bisanya kamu nunjukkin wajah aku ke orang-orang asing di layar itu, ya!" kata laki-laki itu dengan kesal. Saka kemudian memandangi Clarinna dari atas sampai bawah lalu mendecih.
Dasar suka pencitraan!
Selain galak dan menyebalkan, Clarinna itu juga suka pencitraan. Wajahnya kini dipenuhi make up tipis dan rambut panjangnya yang di blow. Belum lagi, wanita itu memakai atasan blouse biru dongker yang cantik. Tapi pasti orang-orang tadi tidak tahu bahwa blouse cantik itu adalah pelapis daster rumahan yang Clarinna kenakan.
"Suaminya lagi kelaparan malah ditinggal asik-asikan di sini." Kali ini Saka tidak segan-segan menatap Clarinna dengan padangan mengejek saat wanita itu ikut berdiri di depannya.
"Kenapa liatinnya begitu?" tanya Clarinna tak suka.
"Ya aneh aja. Pencitraan sampai segitunya. Pakai make-up, baju bagus, tapi bawahnya daster," ejek Saka.
"Suka-suka aku dong. Terserahku lah mau ngapain. Kok kamu yang ribet," balas Clarinna menambah rasa tak sukanya.
"Selain sok cantik, pencitraan kamu juga nomor satu ya." Saka masih belum puas mengejek.
"Oh gitu? Jadi kamu beneran mau ngajak ribut nih? Oke, aku ladenin!" Clarinna menatap Saka dengan kesal kemudian berjalan keluar dengan kesal meninggalkan Saka yang mendadak kelabakan.
"Rina! Eh, aku bercanda. Rina!!" Saka belari keluar ruangan menyusul istrinya kemudian menghentikan Clarinna berjalan dengan memegang kedua bahunya dan mencoba tersenyum manis menatap sang istri.
"Aku bercanda, serius deh!" Saka mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke depan wajah. "Aku kelaparan, makanya kesal. Kamu aku cari-cari dari tadi gak ketemu-ketemu." Kali ini wajahnya berubah cemberut.
"Aku kan di ruang kerja. Udah aku jawab tadi waktu panggil," ujar Clarinna.
"Apa? Aku gak dengar kok."
"Aku bilang, Babe masuk."
"Bab beb bab beb, mana aku tahu! Lagian aku bukan babe, namaku Saka!"
"Kamu lupa perjanjiannya?!" Clarinna menatap laki-laki dengan sengit. Permasalahan panggilan sering kali membuat mereka bertengkar.
"Gak lupa. Cuman gak terbiasa aja. Lagian jangan panggil babe deh, aneh aku dengernya geli. Panggil Mas kek, Kak kek, kan bisa."
"Gak bisa! Aku yang geli. Udah cepat sana mandi sore biar aku buatin makanan." Clarinna menutup pembicaraan kemudain meninggalkan Saka yang kini sedang menggerutu di belakang seorang diri.
|>>>>|
Four
Past
Saka menatap tidak percaya pada perempuan galak yang sudah sangat lama tidak ditemuinya namun tiba-tiba muncul dan meminta bantuan. Yang lebih parah, gadis itu bukan memohon bantuan namun memaksa Saka agar membantunya. Yang paling konyol adalah, Saka hanya bisa terdiam di sampingnya dan memaksakan senyum sementara Clarinna sedang berbincang dengan orang-orang yang tak lama datang setelah Clarinna duduk di sisinya.
"Sebenarnya saya dan dokter Saka pernah berada di rumah sakit yang sama sewaktu saya co-ass dulu." Senyum Clarinna lebar sempurna menatap beberapa orang di depannya.
"Jadi Kak Nana kesini sengaja mau bertemu dokter Saka?" tanya seorang perempuan berambut keriting yang duduk di depan mereka.
"Ya, begitu lah. Sebenarnya saya mau ajak dokter yang bekerja di sini untuk menjadi narasumber di acara saya."
Saka menoleh ke samping menatap Clarinna dengan tidak suka. Rencana ini tidak ada disampaikan oleh Clarinna sebelumnya.
"Tapi belum sampai tahap diskusi mengenai hal itu karena rekan-rekan wartawan sudah datang lebih dulu." Clarinna melanjutkan sampai tersenyum manis.
Perempuan berambut keriting tadi tertawa meringis sembari menggaruk kepalanya salah tingkah. "Jadi kedatangan Kak Nana ke rumah sakit bukan untuk menjenguk mantan pacarnya?" tanyanya lagi.
Clarinna menggeleng kemudian melirik Saka dengan senyum yang manis, "saya memang mau bertemu dokter Saka di sini. Sudah lama sekali nggak ketemu. Bagaimanapun juga saya dan dokter Saka masih ada hubungan kekerabatan meski jauh. Dokter Saka ini sepupunya Daniel. Tahu Daniel kan? Daniel Bagaskara."
Orang-orang di depan Saka dan Clarinna menganggukkan kepalanya. Saka sudah ingin melarikan diri dari sana. Menyesal dia makan siang di kantin umum rumah sakit dan menolak ajakan rekannya untuk makan siang bersama. Balasannya menyebalkan sekali karena Saka harus bertemu dengan Clarinna.
Sepanjang perbincangan asyik Clarinna dengan beberapa wartawan surat kabar di depannya, yang Saka lakukan adalah melanjutkan memakan makan siangnya. Dia mencoba tidak peduli dengan apa yang dilakukan perempuan di sampingnya ini meski tak jarang, Clarinna menepuk lengannya pelan sembari terkikik, entah menertawakan apa.
"Dilihat-lihat, Kak Nana dan Pak dokternya cocok loh."
Saka mengangkat kepalanya menatap wartawan yang barusan mengatakan kalimat aneh itu. Cocok dia bilang? Dilihat dari mana kecocokan itu? Apa melalui sedotan dari puncak monas?
"Ah, masa sih? Jangan buat gosip baru ya, nanti pacarnya Pak Dokter marah." Clarinna menjawab kemudian kembali tertawa.
Ini apalagi? Pacar dia bilang? Pacar dari mana? Kalau Saka punya pacar, tidak akan mungkin Mamanya menerornya hampir setiap hari meminta menantu. Ini saja Saka sempat bingung kenapa siang ini Nyonya Lily Aditama belum juga menghubunginya. Namun kebingungan Saka tidak bertahan lama saat dirasanya, ponsel miliknya di dalam saku bergetar. Nama kontak 'Mama' yang tertera di layar kemudian membuat Saka memutuskan untuk membelakangi mereka guna mengangkat panggilannya.
"Ma, Saka lagi ada tamu Ma. Nanti aja telepon lagi ya." Kedatangan Clarinna yang tiba-tiba ini sebenarnya sedikit membawa keberuntungan. Sebab Saka punya alasan untuk tidak berbincang lama-lama dengan Mamanya yang sering berujung pertengkaran tentang permintaan menantu dari sang Mama.
"Tamu? Siapa?" tanya Lili Aditama di seberang sana.
"Kembarannya Sasa, istrinya Daniel. Nanti lagi ya Ma, dah Mama." Tanpa mendengar jawaban dari sang Mama, Saka langsung mematikan panggilan begitu saja.
_De-Sana_
"Jadi kehadiran saya di sini sebenarnya memang bukan untuk ketemu sama dokter Saka. Ada yang harus saya lakukan tapi saya tidak mau wartawan sampai tahu." Clarinna meletakan kaki kanannya di atas kaki kiri kemudian menatap Saka mencoba tersenyum ramah.
"Terus?" tanya Saka tidak tertarik.
"Terus, karena saya liat dokter Saka di kantin, jadi otak saya bekerja untuk meminta bantuan sama dokter Saka. Lagi pula, kita ini masih saudara kan?"
"Terus?" Saka masih terlihat tidak berminat.
"Terus, saya mau berterima kasih karena tadi dokter Saka sudah berbaik hati membantu saya. Ya, walaupun cuman bengong aja di depan wartawan."
"Sembarangan, kamu. Saya nggak bengong ya!" bantah Saka tidak terima. Enak saja orang lagi makan dibilang bengong.
"Ya ya ya. Pada intinya dokter Saka cuman diam aja." Clarinna menyedot jus jeruk yang dipesannya. "Saya juga butuh satu bantuan lagi, sebenarnya."
"Saya nggak mau!" Saka langsung menolaknya. Dia tidak akan mau membantu perempuan ini lagi.
"Dengerin dulu, dong. Kok langsung ditolak aja. Emang dokter Saka tahu saya mau minta bantuan apa?"
Saka akhirnya mengalah dan memilih mendengarkan terlebih dahulu dengan wajah tak berminatnya.
"Jadi gini," Clarinna memulai. "Saya punya acara di televisi namanya Health and Beauty. Dokter Saka tahu acara itu?"
Saka tidak menjawab. Dia tidak tahu dan sama sekali tidak mau tahu.
Clarinna pun melanjutkan, "Akan ada segmen baru di sana, namanya Dokter Bedah Cerita. Jadi nanti akan mengundang narasumber yang seorang dokter. Di sana nanti dokter akan cerita apa saja yang mau dia ceritakan. Entah itu tentang kesehatan, pengalaman merawat pasien, atau tentang perjalanan sampai menjadi seorang dokter. Ah, cerita tentang kisah cinta seorang dokter juga gak masalah."
"Udah?" tanya Saka menatap perempuan di sampingnya dengan tak berminat. Clarinna kemudian mengangguk sembari tersenyum manis yang terlihat palsu di mata Saka.
"Ya kurang lebih seperti itu penjelasan saya. Kalau Dokter Saka ada ridernya, boleh dikirimkan ke saya ridernya biar nanti saya tembuskan ke tim produksi. Ini sebenarnya kesempatan besar juga karena dokter Saka nanti akan menjadi narasumber pertama saya di segmen ini." Clarinna tersenyum percaya diri. "Ah, sebenarnya sebelumnya saya udah mengajak Dokter Raska. Dokter Saka kenal kan?"
Ah, Raska. Tentu saja Saka kenal. Siapa juga yang tidak kenal dengan laki-laki yang merebut cinta pertamanya? Bukan hanya itu, kenyataan bahwa Raska adalah teman dekat dari Arion yang merupakan adik iparnya dan abang sepupunya Clarinna juga terkadang membuat Saka kesal. Kenapa bisa dunia sesempit ini?
"Tapi sayangnya Dokter Raska menolak karena istrinya yang lagi hamil nggak kasih ijin dan nggak mau ditinggal jauh." Alasan Raska yang tinggal di Yogyakarta sedangkan studio acaranya berada di Jakarta juga menjadi alasan penolakan itu. Meski sebenarnya, Clarinna tahu bahwa ijin dari istri Raska yang manja dan menyebalkan itu lah yang menjadi alasan utama Raska menolak tawaran ini. Meski tidak diberi tahu alasannya, Clarinna tahu dengan jelas. Wanita yang sedang hamil anak ke-3nya itu cemburu padanya. Menyebalkan bukan?
"Jadi gimana? Kira-kira kapan dokter Saka ada waktu biar kita mencocokan jadwal," tanya Clarinna masih dengan senyum percaya dirinya.
"Maaf-maaf nih ya, dokter Clarinna. Tapi saya gak berminat tuh." Saka balas tersenyum manis.
"Loh kenapa? Ini kan bagus. Dengan masuk acara saya, dokter Saka bisa terkenal. Bisa membagi cerita dengan yang lain. Bisa menambah penggemar juga loh."
"Maaf-maaf nih ya, tapi saya itu dokter, tugasnya mengobati pasien, bukan muncul di acara televisi. Lagian saya juga nggak butuh penggemar kok." Saka memamerkan senyum manisnya.
Mendengar itu, mendadak Clarinna kesal. Saka secara tidak langsung menghinanya karena Clarinna yang notabenenya juga seorang dokter, tapi beralih profesi menjadi host TV. Menatap sinis pada Saka sekilas, Clarinna kemudian mengibaskan rambut panjangnya lalu mengubah wajahnya menjadi tersenyum lebar.
"Oke, nggak apa-apa. Saya permisi dulu, terima kasih bantuannya. Semoga tidak menyesal menolak tawaran ini ya." Clarinna melangkah dengan anggun meninggalkan laki-laki menyebalkan itu. Seharusnya Clarinna memang tidak perlu terlibat percakapan dengan laki-laki menyebalkan itu. Clarinna bersumpah tidak akan mau lagi berurusan dengan laki-laki seperti Saka!
Setelah Clarinna melangkah meninggalkannya, Saka menatap wanita itu dengan tersenyum meremehkan.
Cih, menyesal dia bilang? Sori-sori ya, biar dibayar 1 miliyar pun, Saka tidak akan mau!
|>>>>|
Five
Present
Present
Saka menatap tidak suka makanan di depannya. Bibirnya sudah cemberut sempurna. Bahkan tidak terpengaruh saat Clarinna mencubit pipinya cukup kencang. Saat ini Saka benar-benar-benar-benar kesal.
"Aku gak mau makan." Laki-laki itu mendorong sepiring nasi goreng di depannya kemudian dengan cemberut.
Clarinna menatap suaminya itu dengan santai sembari melahap nasi goreng di piringnya. Setelah satu suapan berhasil ditelannya. Wanita itu segera menyendok nasi goreng di piring Saka dan membawa sendoknya ke depan mulut laki-laki itu.
"Makan," perintahnya. Saka menggeleng masih dengan wajah cemberut penuh kesal.
Siapa yang tidak kesal jika pagi siang malam hanya diberi makan sepiring nasi goreng?! Clarinna ini sepertinya sengaja ingin membuat kolesterolnya naik.
"Makan Saka!" Kali ini suara wanita itu sedikit meninggi. Niatnya, Saka ingin tetap kukuh dengan pendiriannya menolak makanan di depannya. Hanya saja, wajah Clarinna sudah sangat tidak enak dipandang hingga membuatnya takut dan berakhir melahap makanan di depannya juga.
"Aku bosen makan nasi goreng, Na," ucapnya disela-sela kunyahan.
"Kamu sendiri yang bilang nasi goreng buatanku enak." Clarinna kembali melanjutkan menyantap makanannya.
"Enak bukan berarti aku mau makan itu setiap hari."
"Aku belum sempat belajar resep baru lagi. Udah nikmati aja. Kalau nggak mau, kamu masak sendiri."
Saka semakin cemberut. Sebelum menikah Clarinna sudah memberitahunya jika dia tidak bisa memasak. Namun karena Saka juga tidak bisa memasak, akhirnya mereka sepakat untuk belajar masak bersama. Namun kesepakatan itu melenceng sebab Saka sibuk di rumah sakit hingga hanya Clarinna yang belajar masak dengan Clarissa yang memang sangat jago menguasai dapur.
Seminggu yang lalu, Clarinna berhasil membuat menu baru. Nasi goreng rumput laut miliknya dipuji Saka sebagai makanan terenak yang pernah Clarinna masak. Saka tentu saja sepenuh hati memujinya. Hanya saja tidak tahu kalau pujian tulus darinya menjadi boomerang sendiri untuknya. Clarinna justru memasak nasi goreng rumput laut hampir setiap hari. Sungguh keterlaluan.
"Makan yang bagus Saka. Jangan cemberut di depan makanan. Banyak orang yang nggak bisa makan di luar sana." Petuah Clarinna. Bukannya tersenyum, Saka justru semakin cemberut. Lama-lama Clarinna ini benar-benar seperti nenek sihir yang selalu menyiksanya.
Memilih untuk fokus dengan makanan di depannya, Saka berjanji dalam hati bahwa ini adalah nasi goreng terakhir yang pernah dimakannya. Cukup sudah hampir seminggu ini Saka selalu disuguhi nasi goreng. Bahkan untuk makan siangnya pun, Clarinna terlalu rajin hingga membuat bekal nasi goreng untuk Saka bawa ke rumah sakit.
_De-Sana_
"Aska udah bangun Na?" tanya Clarissa sembari mendorong kereta dorong si kembar menaiki teras depan rumah saudara kembarnya.
"Udah, lagi mandi sama Saka," jawab Clarinna sembari buru-buru mendekati kereta dorong kemudian tersenyum lebar saat mendapati bayi kembar yang sedang tertidur lelap. "Duh, anak Mami seharian jalan-jalan sama Ibu ya." Tangannya tidak segan-segan menoel pipi Keanna, salah satu anak kembar Clarissa yang lahir tiga bulan lalu.
"Kak Daniel gak kesini?" tanya Clarissa lagi.
"Enggak. Kayaknya tidur dia. Tadi aku ketuk-ketuk pintunya gak ada yang bukain," jawab Clarinna masih fokus dengan si kembar.
"Duh, benar-benar Kak Daniel. Ditinggal istri malah enak-enakan tidur." Clarissa menggerutu kesal. "Ini soto yang kamu pesan." Kemudian tangannya terulur memberi kantong plastik berisi soto ayam pesanan kembarannya.
Clarinna menerima itu dengan tersenyum cerah. Wanita itu kemudian membuka sedikit kantong itu dan mengendus isinya lalu tersenyum semakin lebar. Jika boleh jujur, sejujurnya Clarinna juga sudah bosan makan nasi goreng selama seminggu ini.
"Aku pulang dulu deh. Nanti kalau Aska udah selesai mandi suruh pulang ke rumah. Udah kangen aku seharian gak ketemu."
Clarinna mengangguk kemudian kembali mendekat pada kereta lalu mencium si kembar. Setelahnya istri Saka itu melambai pada saudara kembar beserta dua keponakannya di dalam kereta dorong yang sedang didorong oleh baby sitternya.
Selepas kepergian Clarissa, Clarinna langsung masuk ke dalam rumahnya. Wanita itu kemudian tersenyum saat melihat Saka yang bertelanjang dada sedang memakaikan baju pada ponakan mereka. Kedua laki-laki beda generasi itu bahkan tidak segan-segan saling tertawa dan saling menggoda satu sama lain.
"Baby," intrupsi Clarinna mendekati keduanya. "Ibu udah pulang loh. Udah di rumah sama adik kembar."
"Ibu udah pulang? Aska mau ibuuu ..." Balita itu memekik antusias dan buru-buru meminta pada Saka untuk segera memakai pakaiannya.
"Udah ganteng anak Papi." Saka mengusap pipi ponakannya yang sudah wangi bedak. "Ayo, Papi antar pulang." Laki-laki itu kemudian menurunkan Alaska dari sofa dengan hati-hati. Setelahnya, Saka memakai piama atasnya lalu ikut menyusul Alaska yang sudah menyelonong ke luar rumah duluan.
"Saka," panggil Clarinna. Saka mengehentikan langkahnya dan menoleh pada istrinya itu. "Jangan lama-lama," peringatnya.
Saka mencebikkan bibir kesal membalas istrinya itu. Gagal sudah naitan ingin melanjutkan bermain PS dengan Daniel.
_Ka-Nasa_
"Kamu kok cuman pesan satu sih, Na. Aku kan juga mau," rengek Saka sembari menyuap soto ayam di piring Clarinna.
"Satu berdua emang nggak cukup? Kamu kan tadi udah makan." Clarinna mengambil sendoknya setelah Saka menyuap makanannya.
"Tadi makannya nggak ikhlas, jadinya masih lapar." Clarinna mendelik tajam medengarnya. Saka kemudian meringis memandang wajah galak istrinya itu.
"Mau makan, makan aja. Nggak usah banyak bicara."
Saka diam setelahnya. Laki-laki itu mengambil sendoknya sendiri di dapur lalu kembali lagi duduk di sisi istrinya di meja makan kemudian memakan soto ayam yang Clarinna titip pada Clarissa dengan tenang.
Disela suapannya, Clarinna melirik suaminya dengan menahan senyum. Sebenarnya dia ingin tertawa melihat bagaimana Saka yang melahap makanannya dengan semangat. Laki-laki itu seperti tidak makan bertahun-tahun padahal belum ada satu jam yang lalu, mereka baru saja makan nasi goreng.
"Saka," panggil Clarinna. Saka menoleh dengan wajah bertanya tanpa menjawab panggilan istrinya itu. "Lusa tanggal 15 loh," lanjut Clarinna.
"Terus?" tanya Saka.
"Ulang tahunku tanggal 15. Masa kamu lupa?"
Saka terdiam sebentar berusaha mengingatnya. Ah, benar. Lusa tanggal 15 dan artinya Clarinna ulang tahun. Artinya juga, Saka harus melakukan permintaan dari istrinya itu berdasarkan perjanjian pra-nikah yang mereka buat. Namun setelah diingat lagi, kalau tidak salah tanggal 15 Saka ada jadwal operasi sampai malam. Kemungkinan pulang ke rumah sepertinya sudah sangat malam.
"Yah, Na. Kayaknya lusa aku gak bisa. Aku ada jadwal operasi. Gimana dong?" Saka memasang wajah bersalahnya. Benar-benar bersalah karena tidak menepati janjinya.
"Kamu benar-benar lupa ya? Padahal kalau kamu ingat ulang tahunku, kamu bisa atur jadwal operasi biar gak bentrok kan?"
"Iya, maaf. Tapi aku benar-benar lupa."
"Yaudah, gapapa. Masih ada tahun depan." Clarinna melukis senyum kecilnya.
"Na, maaf. Gimana kalau besok atau sehari setelahnya?"
"It's okay. Lagian cuman sekedar birthday party kecil-kecilan sama fans-ku. Bukan suatu hal yang penting. Kamu fokus aja sama operasimu." Clarinna kembali tersenyum. Wanita itu kemudian meletakan sendoknya, menenggak air minumnya lalu bangkit dari kursi. "Aku ke kamar duluan, ya. Night Saka." Wanita itu lalu melangkah menuju kamar setelah mengecup singkat pipi suaminya. Senyum kecil yang tadi terpatri di bibirnya perlahan lenyap dimakan kecewa.
Its's Okay, Nana. Kamu sudah mau 30 tahun. Birthday party bukan hal yang patut digembor-gemborkan lagi. Saka sibuk, dan ulang tahunmu pasti jauh dari prioritasnya. It's okay. Kamu masih punya dirimu sendiri.
|>>>>|
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
