Menjadi Bebek Diantara Para Angsa

0
0
Terkunci
Deskripsi

Kalian pernah denger gak sih sebuah cerita dongeng dimana ada seekor bebek yang hidup dalam lingkungan yang dikelilingi oleh angsa di sekitarnya? Papa mamanya angsa, adek kakaknya angsa, temen-temennya angsa, pokoknya semuanya berwarna putih, bersih, cantik, sedangkan dia kuning jelek kumal sendirian?

Begitulah situasi kehidupan yang gue jalankan.


 

Hai. Gue Khalda Fadhilah. Dan gue merupakan bebek diantara para angsa.

Tulisan ini bukan dibuat sebagai tulisan motivasi from zero to hero. Gak ada...

627 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
250
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Jejak Digital
Selanjutnya Privillage dan Sepeda Lipat
0
0
 Kemaren setelah gue pulang magang dengan perjalanan panjang sambil berdiri di bus transjakarta, gue langsung nyalain AC kossan, bersih-bersih, nyalain lampu tidur, kemudian bengong sejenak. Selain mikirin skripsi, gue melakukan pernafasan secara sadar dengan sedikit meditasi ringan. Gue melakukan meditasi di malam hari sebelum tidur karena gue lebih suka sama suasana malam yang lebih tenang dan mudah bikin gue relax untuk mikir beberapa hal. Di semester akhir ini, karena rasanya ada di penghujung jurang, gue jadi sering banget liat ke belakang. Mikirin selama sepanjang gue kuliah apakah gue sudah melakukannya dengan baik atau belum. Apakah gue sudah melakukan semaksimal gue atau belum. Gue jadi lebih menghargai hal-hal kecil yang sepele, dan berhati-hati sama kebiasaan karena gue sadar bahwa kebiasaan merupakan takdir kedua yang bisa jadi cerminan diri gue di masa depan. Dengan laptop menyala dan suara musik yang mengalun, gue mulai membuka pandangan gue yang selama ini beranggapan bahwa gue merupakan orang biasa yang nggak bisa apa-apa, dengan mengubah pandangan gue ke pandangan yang lain yang gak biasa gue pikirkan. Gue ada di titik ini, bukan karena gue cuma orang biasa. Bukan karena gue superhero juga.Tapi karena banyak keistimewaan atau privillage yang gue miliki sehingga gue ada di tahap sekarang. Gue punya banyak temen SMA yang nggak lanjut kuliah karena perlu kerja. Gue juga punya sahabat yang selalu ngasih tau gue kalo dia iri sama gue yang bisa lanjut sekolah. Gue mengingat kembali kedua orangtua gue yang hanya lulusan SMA, tapi punya semangat yang cukup tinggi untuk dorong anak-anaknya biar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari mereka. Ternyata gue hidup dengan privillage yang selama ini selalu gue sangkal karena kebiasaan gue yang terlalu mendongak ke atas sama pola pikir gue yang terlalu dangkal dan selalu mikir bahwa “Dengan kondisi kayak gini, gue gak bakalan bisa dapet apa-apa.”Buat yang belum tau privillage itu apa, singkatnya kayak gini : Sumber : https://gaya.tempo.co/read/1466606/cara-gunakan-privilege-atau-hak-istimewa-dengan-benarOke, mari kita bahas dengan bahasa yang lebih mudah. Singkatnya, privillage adalah kemudahan yang seseorang punya, yang gak dimiliki oleh oranglain. Dan bentuk dari privillage ini sangat dinamis sehingga bisa diaplikasikan dalam berbagai konteks. Hal ini menjadikan privillage memiliki berbagai jenis. Privillage secara ekonomi, ras, gender, skill, akses informasi, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Sederhananya begini. Gue mau ke alun-alun dengan menggunakan sepeda. Temen-temen gue juga pada make sepeda. Tapi jenis sepedanya beda. Ada yang sepedanya rantainya cepet copot, sepedanya udah karatan karena udah tua, ada yang bahkan sepedanya harus didorong karena ban-nya kempes, bahkan ada yang pake sepeda lipat. Nah orang yang pake sepeda lipat itu, jelas merupakan orang yang paling mudah untuk menuju alun-alun dong. Kenapa? Karena  dia nggak perlu dorong sepedanya lagi kayak temen-temennya soalnya kualitas ban yang dia punya udah bagus. Dia juga gak perlu khawatir soal rantainya copot karena dia udah pake rantai yang kualitasnya premium. Dan banyak hal yang gak perlu dihadapi oleh si pemakai sepeda lipat ini karena dia udah punya kualitas sepeda yang cukup baik daripada teman-temannya yang lain. Yang perlu dia lakukan cuma perlu fokus ke tujuannya yaitu alun-alun, dan mengayuhkan sepedanya menuju ke arah sana. Privillage itu memang hak istimewa. Tapi hak seistimewa apapun, gak akan berguna kalo yang memiliki hak tersebut gak ngapa-ngapain atas privillage yang dia punya. Orang yang memiliki privillage cenderung lebih sering menyangkal karena masyarakat sering menganggap orang yang hidupnya dikelilingi privillage itu sebagai orang yang gak ada usaha sama kerja kerasnya. Menurut gue, hal ini gak sepenuhnya benar. Karena sepeda lipat tadi cuma akan menjadi sepeda biasa yang gak ada artinya kalo gak ada orang yang naik dan memanfaatkan kegunaan sepeda lipat itu sebaik-baiknya. Yang membuat sepeda lipat itu berharga dan bernilai adalah orang yang menaikinya dan membawa sepeda lipat dan dirinya itu menuju suatu tujuan tertentu.Gue baru menyadari bahwa selama ini gue sering menyangkal kalo gue memiliki sepeda yang cukup bagus untuk gue naiki dan membawa diri gue menuju tujuan yang gue mau tuju. Gue terlalu malu mengakui bahwa sepeda gue bagus, meskipun gak se-elit sepeda lipat itu. Gue lebih sering bersedih karena kondisi sepeda yang temen-temen gue punya tidak sebagus gue sehingga daripada gue naik sepeda yang gue punya kemudian gue pergi sendiri, gue lebih memilih untuk turun dari sepeda yang gue punya, kemudian jalan kaki sambil dorong sepeda gue sendiri biar gue nggak merasa bersalah karena sepeda punya gue lebih bagus daripada sepeda yang temen-temen gue miliki.Padahal gue bisa aja naik sepeda, fokus dengan tujuan gue, kemudian setelah sampai di tujuan gue balik lagi sambil bawa tukang bengkel buat bantuin temen-temen gue yang lain menuju tujuan yang sama dengan gue. Gue terlalu sering mengasihani diri gue sendiri dan berpikir bahwa gue jauh lebih jelek daripada kenyataannya. Gue gak cantik, gue gak mungkin pinter, gue mustahil bisa ini dan itu. Karena entah kenapa, gue selalu merasa bersalah setiapkali gue lebih baik daripada yang lain. Gue merasa gue tidak seharusnya menjadi seperti ini dan bukan takdir gue untuk menjadi sosok yang “hebat” itu karena gue sadar bahwa lebih banyak orang yang kemampuan mengayuh sepedanya jauh lebih hebat dan kuat daripada gue, tapi mereka nggak bisa memaksimalkan itu karena terkendala sepeda yang mereka punya tidak bisa membawa mereka ke tujuan yang mereka mau, sekeras apapun mereka berusaha mencoba melatih otot dan diri mereka untuk bisa mengayuh jauh lebih baik daripada oranglain, termasuk gue. Mungkin ini saat yang tepat bagi gue untuk lahir kembali menjadi sosok yang lebih sadar bahwa gue memiliki sepeda yang layak yang selama ini selalu gue abaikan dan sia-siakan karena gue yang terkekang oleh rasa bersalah yang tidak perlu tapi gue ciptakan sendiri. Ini saatnya bagi gue untuk meyakinkan diri gue bahwa untuk menolong orang, gue tidak perlu turun dan melupakan privillage yang gue punya. Justru akan lebih berguna kalo gue menggunakan privillage gue dengan maksimal. Sehingga gue bisa membantu temen-temen gue dan orang lebih banyak daripada sebelumnya.   
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan