
Pada pasangan sah saja Raja sanggup untuk berbohong. Maka, bukan hal sulit untuk melakukan hal itu lagi pada hal yang lainnya.
Membacakan dongeng sebelum tidur untuk Bilqis adalah tugas rutin Raja hampir setiap malam. Setelah seharian penuh bekerja dan meninggalkan Bilqis di rumah. Hanya kegiatan ini yang bisa Raja lakukan untuk menebusnya pada sang putri.
Raja duduk bersandar di kepala Ranjang. Sedangkan Bilqis menyandarkan tubuh kecilnya pada sang ayah sambil menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulut tersebut. Sesekali ia mendongak ke atas saat sang ayah mencoba mempraktekkan adegan yang di dalam dongeng. Seperti suara harimau, kambing dan binatang lainnya yang tersebut di dalam naskah dongeng.
Gadis kecil pun tertawa. Sudah sepuluh menit Raja mendongeng. Sang putri tak juga terlihat merasakan kantuk. Malah sepasang mata bulat itu semakin terbuka lebar dan terang. Perlahan Bilqis menegakkan posisi duduknya. Kemudian pantat kecilnya memilih tempat duduk yang baru di atas paha ayahnya. Bergerak mencari posisi ternyaman di atas tubuh sang ayah.
Tak lama setelah itu ponsel Raja berdering. Di layar yang menyala itu tertulis nama Ratu. Sebuah panggilan video,membuat kurva senyum Raja terkembang ketika menerima panggilan dari sang pujaan hati. Ia tidak ingin mengabaikan panggilan itu terlalu lama. Sesegera mungkin Raja mengangkat panggilan tersebut, disambut senyum hangat Ratu.
"Pakai bajumu dulu. Mas masih sama Bilqis."
Ratu menganggukkan kepala tanpa bersuara. Dari panggilan seberang Raja melihat dengan jelas ketika sang kekasih memakai gaun tidurnya kembali.
"Cantik kamu,dek," puji Raja tak pernah absen. Kata keramat itu selalu terucap saat pria itu berhadapan dengan Ratu.
"Mas, kasihin handphone mu sama Bilqis. Aku pengen ngobrol sama ponakanku," pintanya disetujui Raja.
"Dek, aunty nih… telpon," katanya mengarahkan layar ponselnya di depan wajah Bilqis.
"Onti… hawo onti. Hawooo…" Tangan Bilqis terangkat dan melambai ke kiri dan ke kanan pada Ratu. Ia terlihat senang saat menerima panggilan dari tantenya itu. Teman bermainnya saat weekend jika tante cantiknya menginap di rumah.
"Lho, adek belum bobo ya,nak?" Ratu bertanya. Terus tersenyum melihat wajah mungil berpipi tembam Bilqis dengan poni yang menutupi keningnya.
"Beyum. Onti tidak main-main cama Iqis agi? Onti kapan main cama iqis?"
Ratu terkekeh gemas mendengar ocehan sang keponakannya. Sudah hampir dua minggu tak bertemu. Rasanya rindu dengan balita itu.
"Hari sabtu onti datang ya, dek. Nanti kita main lagi."
"Janji ya onti?" Gadis dua tahun setengah itu mengangkat jari kelingkingnya dan mengarahkan pada Ratu yang juga melakukan hal yang sama.
"Bunda mana,dek?" Ratu bertanya.
"Di kamal."
"Bilqis sedang apa,tuh? Sepertinya seru sekali."
“Dongen cama yayah.”
“Dongeng.” Raja membetulkan ucapan Bilqis.
“Waah… baca dongeng apa sayang?”
"Dongen kancin.”
"Pasti lucu sekali ya,dek."
"Iya onti.”
Melihat interaksi Ratu dan Bilqis, membuat Raja senang bukan main. Ia merasa senang saat melihat kedekatan sang kekasih dengan putri satu-satunya itu. Dadanya membuncah merasakan euphoria kedekatan Bilqis dan Ratu Jasmine. Keduanya sama-sama kesayangan Raja untuk saat ini.
Lalu Karina?
Raja juga menyayangi wanita itu. Tidak mungkin tidak menyayangi istrinya sendiri. Tapi saat ini Raja lebih menyayangi putrinya dan sang kekasih. Mereka semua memiliki tempat terpisah-pisah di dalam hatinya.
"Sudah jam sepuluh kamu belum telfon aku juga mas."
“Maaf dek. Bilqis agak lama tidurnya hari ini.”
“Kupikir kamu lupa.”
“Mas mana bisa lupa sama kamu,dek.”
Sedang asyiknya Raja dan Ratu bercakap melalui video call. Tiba-tiba saja pintu kamar Bilqis terbuka. Dengan sigap Raja mematikan panggilannya bersama Ratu. Karina datang dengan piyama tidur satinnya yang berwarna merah menyala, kontras dengan kulit putih susunya. Langkah kaki berjalan ke arah Raja dan Bilqis. Naik ke atas kasur itu dan bergabung bersama sang suami.
“Bilqis belum tidur mas?”
"Belum. Tumben banget bobonya lama gini." Raja mengadu pada Karina.
"Dek, bobo yuk."
Gadis kecil yang berada di pangkuan sang ayah seketika beranjak dari sana. Berpindah ke pangkuan sang bunda, memeluk tubuh itu lalu memasukkan satu jempolnya ke dalam mulut. Jika ia sudah melakukan hal seperti itu, biasanya tak lama lagi si kecil akan tertidur.
Waktu lima menit Karina habiskan untuk menidurkan Bilqis. Ditemani Raja yang sedang membereskan mainan sang anak yang berserakan di atas lantai kamarnya.
"Ya ampun, Bilqis beneran langsung tidur dipeluk kamu, dek."
“Jangankan Bilqis, ayahnya pun juga sama kalo udah di peluk bunda.”
Raja terkekeh sambil memasukkan potongan lego ke dalam box mainan Bilqis. Memang benar, pelukan Karina seperti obat tidur. Didekap sebentar saja mereka sudah bisa dibuat tertidur oleh Karina. Saking begitu hangatnya dekapan Karina. Mudah saja membuat Bilqis dan Raja tertidur.
Usai menidurkan Bilqis, pasangan suami dan istri pun kembali ke kamar mereka. Raja sedang di dalam kamar mandi. Sedangkan Karina sudah berada di atas kasur, bersiap untuk tidur. Piyamanya sudah ia lepaskan. Di balik selimut hanya ada tubuh Karina terbalut sehelai celana dalam yang menutup segitiga privasinya. Dia bersandar di kepala ranjang menunggu Raja yang masih berada di dalam kamar mandi.
Beberapa detik berlalu, pintu kamar mandi terbuka. Raja melangkahkan kaki kanannya masuk ke dalam kamar. Aroma mint menyeruak menyerbu indera penciuman Karina saat pria itu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar mandi itu kembali.
Di atas kasur Raja melihat Karina tersenyum hangat padanya. Sudah hampir dua puluh hari dia tidak pernah menyentuh Karina. Terhitung semenjak sang istri datang bulan. Sedangkan bersama Ratu, rutin setiap dua hari sekali Raja menggauli adik iparnya itu. Tak ada liburnya walaupun Ratu sedang datang bulan. Minimal mulut Ratu yang bekerja lebih keras memuaskan Raja saat ia sedang datang bulan.
"Mas," panggil Karina dengan suara lembutnya. Raja pun mendatangi sang istri dan naik ke atas kasur. "Kamu capek nggak hari ini?" tanyanya ketika Raja sudah berada di sampingnya.
"Seharian ini aku dua kali menghadiri meeting, sayang. Agak sakit aja kepala mas," kadunya.
Karina mengangguk dengan senyum tipis. Jemari lentik Karina bergerak menyusuri dada bidang Raja yang masih tertutup dengan kaos putih oblong.
"Dua hari yang lalu ibu dan bapak kamu menelpon ku,mas."
“Iyakah? Mereka bicara apa sama kamu,dek?”
"Kami mengobrol banyak. Bilqis juga senang menelpon eyangnya. Ibu dan bapak menyarankan kita untuk program anak kedua mas. Mereka pengen cucu laki-laki." Karina tersipu malu saat menceritakan keinginan sang mertua pada suaminya.
“Tidak kecepatan kalo kita program anak kedua,dek? Bilqis masih 2 tahun lebih umurnya.”
"Kata ibumu itu usia yang pas buat dikasih adek,mas. Aku sih cuma dengerin saran ibu. Semua keputusan tetap ditangan kamu."
Raja diam sambil menatap Karina dalam. Saat ini ia hanya mengingat wajah Ratu di dalam kepalanya. Melihat wajah Karina yang bermanja padanya, Raja terus membayangkan wajah sang adik ipar yang melakukan hal yang sama padanya. Naluri tangannya bergerak membelai sisi wajah Karina. Wajah cantik Karina yang dulu ia puja sebelum kecantikan Ratu menginvasi isi dalam kepalanya.
Seketika Raja melupakan janjinya pada Ratu beberapa hari yang lalu. Saat wanita itu mengatakan untuk berhenti menyentuh Karina seperti yang Raja lakukan pada Ratu. Nyatanya malam ini Raja malah menggauli sang istri berulang kali sampai ia lupa jika Ratu tengah menunggu panggilannya.
"Pelan-pelan,mas," lirih Karina saat Raja Dareen mendorong pinggulnya terlalu keras. Bergerak acak di dalam selimut yang menutup tubuh telanjang mereka berdua.
Tangan Karina memeluk leher Raja dengan erat. Wajahnya memerah, nafasnya terengah-engah dan puas. Dia tersenyum melihat tanda merah yang ia ukir di leher Raja. Sama sekali tak menyangka jika ia mampu meninggalkan jejak cinta mereka di atas tubuh sang suami.
Raja mengeram hebat saat cincin vagina Karina mengetat menggenggam miliknya yang keras dan semakin membesar di dalam sana. Tanda-tanda mereka akan mencapai klimaks. Karina semakin mengeratkan pelukannya di leher sang suami ketika pria itu mengaduk di dalam dirinya dengan brutal menimbulkan decit kasur bergesekan dengan dinding kamar. Dering ponsel Raja pun sampai tak terdengar karena saking nikmatnya dia menggauli sang istri yang meracau seperti murai di bawahnya. Berantakan dan berkeringat. Nyawa karina seakan melayang saat ujung kekerasan Raja menyentuh titiknya yang paling nikmat. Sampai pada hitungan kelima, akhirnya Raja kembali menggeram buas menyemburkan benihnya ke dalam Karina yang bergetar dan mendesah panjang.
"Haah—haah—"
Tubuh Raja ambruk di samping Karina. Nafas mereka sama-sama tersenggal serta peluh membasahi wajah dan tubuh mereka yang mengkilat di atas kasur itu.
"Makasih ya mas. Semoga keinginan bapak dan ibu terwujud."
Raja tidak menjawab. Pria itu hanya memejamkan matanya sambil menormalkan detak jantung dan nafas pasca orgasme hebat mereka.
Ada rasa menyesal ketika dia meniduri Karina malam ini, padahal wanita itu adalah pasangannya yang sah. Lagi-lagi ia membayangkan wajah Ratu. Kemudian ia merutuki diri karena lupa dengan janjinya malam ini pada Ratu.
Pukul dua dini hari Raja baru dapat menyentuh ponselnya, setelah Karina tertidur pulas sebab kelelahan dengan kegiatan panas mereka beberapa menit yang lalu.
Raja mencoba menghubungi Ratu kembali setelah melihat sepuluh panggilan tak terjawab dari wanita itu. Walau sebenarnya ia tahu bahwa Ratu tidak akan menjawab panggilannya karena mengira sang kekasih sudah pulas di kos nya.
Mas Raja Dareendra
Maaf Ratu, mas ketiduran saat menidurkan Bilqis. Besok pagi mas akan datang menemuimu sebelum ke kantor. Jangan marah sama mas ya, sayang. I love you.
Begitu isi pesan Raja yang Ratu baca dari bar notifikasinya.
"Siapa, sayang?" Tanya Cakra dengan suara seksinya di belakang telinga Ratu. Membelai punggung wanita itu, lalu memberikan kecupan lembut di atas kulit sehalus porselen itu.
Wanita yang ditanya hanya menggeleng singkat, menoleh ke samping menyambar bibir Cakra dan mereka berciuman panas. Ujung kepala penis pria itu bergerak membelai lipatan labia Ratu yang menungging, bertumpu dengan lutut dan kedua tangannya di atas kasur hotel yang berantakan.
Bagaimana mereka bisa bersama?
Bukan disengaja. Ratu dan Cakra bertemu di salah satu warung ayam penyet saat Ratu merasa lapar di jam sepuluh malam. Ketika akan kembali pulang Cakra malah membawanya ke salah satu hotel dan berakhir mereka melakukannya di sana.
Cakra Sanjaya, pria yang Ratu suka saat dirinya pertama kali tiba di Jakarta untuk merantau menyusul sang kakak. Bertemu di dalam pesawat ketika Ratu tak sengaja tertidur di bahu Cakra saat itu. Mereka berkenalan, menjalin hubungan baik, namun tidak berpacaran. Saat itu Ratu baru akan masuk perguruan tinggi. Sedangkan Cakra sudah bekerja di salah satu perusahaan kontraktor milik keluarga Raja. Cakra sering bertemu dengan Ratu dan Karina. Sekedar makan malam bersama atau jalan-jalan di hari minggu menghilangkan suntuk.
Setelah satu tahun Ratu mengenal Cakra. Gadis itu memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada pria itu. Namun sayang, ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Saat itu Cakra mengaku jatuh cinta pada Karina dan bukan Ratu. Harapan cinta pertamanya akan bersemi indah. Nyatanya cinta pertama Ratu gagal dihari dia mengaku suka pada Cakra. Sejak saat itu Ratu menutup diri dari pria manapun yang mencoba mendekati. Sampai akhirnya dia bertemu Raja untuk pertama kalinya saat di pernikahan sang kakak. Dari situ Ratu mulai tertarik, walaupun tidak memiliki rasa apapun. Cakra yang patah hati ditinggal Karina pun mencoba untuk kembali mendekatinya. Tapi ditolak oleh Ratu lantaran ditolak saat itu oleh Cakra lebih dulu.
“Aku masukin ya?”
Ratu menganggukkan kepala pasrah. Liangnya terisi penuh oleh milik Cakra yang besar dan keras. Dimasuki dari sisi belakang sukses membuat Ratu hampir gila. Suara desahannya lepas saat pinggul pria itu mulai bergerak dengan tempo sedang. Semakin lama semakin kencang menggauli Ratu tanpa ampun. Hingga pukul tiga pagi mereka masih asyik bergumul mesra di ranjang hotel tersebut. Satu kotak kondom pun habis digunakan Cakra dalam satu malam. Tubuh dan servis Ratu memang membuatnya candu lebih dari seorang pelacur. Pantas saja Raja sampai ketagihan dan sulit melepaskan wanita itu sampai hari ini. Cakra berharap dia dapat mengulang malam ini lagi dengan Ratu dikemudian hari.
“Ra, boleh bertemu lagi setelah malam ini?”
Cakra menarik beberapa lembar tisu dan diberikan pada Ratu untuk membersihkan area selangkangannya. Bangun dari posisi berbaring dan duduk di pinggiran ranjang. Lalu Cakra melepaskan kondom bekas pakainya dan ia lemparkan ke dalam tong sampah di samping nakas.
"Nggak. Cukup malam ini. Lupain semuanya. Anggap malam ini nggak pernah terjadi, Cakra."
“Mau sampai kapan kamu jadi simpanan kakak iparmu?”
"Bukan urusanmu!"
“Kamu beneran cinta sama Raja?”
“Kalo aku nggak cinta, mana mungkin aku mau digauli nya hampir setiap hari.”
"Itu bukan cinta, tapi nafsu."
"Coba kasih tau aku apa bedanya antara cinta dan nafsu? Ujung-ujungnya bakal ngentot juga kan?"
“Pertama aku kenal, kamu nggak kayak gini,Ra. Kamu gadis kecil yang lugu. Tapi sekarang, lihat?”
"Aku tambah seksi kan? Bisa muasin kamu?" Sela wanita itu memungut pakaiannya dan memakainya.
Mendengar ucapan Ratu. Cakra ingin menjawab tidak, tapi apa yang dikatakan Ratu fakta. Alhasil, Cakra hanya menganggukkan kepala singkat menyetujui.
"Jangan terlena,Ra. Kamu bisa saja sakit hati kalo ternyata suatu saat Raja bakal balik sepenuhnya sama Karina."
Ratu terdiam menatap lurus ke depan.
“Anter aku balik ke kos.”
“Kenapa kita nggak tidur di sini aja sampai pagi? Takut pacarmu tahu kita tidur malam ini? Menurutmu dia bakal semarah apa sama aku, Ra?”
Cakra begitu bawel, membuat Ratu muak. Tubuhnya lelah dan moodnya buruk mala mini. Ia hanya ingin segera kembali ke kos.
“Nggak usah banyak bacot!” Hardiknya menatap tajam Cakra.
Namun Cakra hanya tertawa santai, sembari ia memasang kembali baju dan menyalakan api rokoknya.
“Kamu kalo galak-galak gini malah makin cantik dan seksi. Pengen di gauli lagi rasanya. Tapi sayang udah punya Raja.”
[To be continue…]
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
