Bab 1. Komunikasi

0
0
Deskripsi

“ALAN!!”

Bukankah harusnya hari ini menjadi hari bahagia? mengapa malah aku harus berada di halaman rumah sakit ini. Aku terus menunggu dan senantiasa berdoa agar lelaki di dalam sana segera bangun dari komanya walau kemungkinannya hanya sekian persen. “Apa kamu tidak kangen aku?”

 

Perlahan angin menggoyangkan dedaunan di atas pohon dan memberikan sensasi sejuk ditengah teriknya matahari. Gadis cantik dengan cardigan broken white kesayangannya sedang berjalan menyeberangi padatnya jalan raya.

“ALEA!!!”

Gadis itu menoleh saat seseorang memanggilnya. Ia seketika tersenyum tatkala melihat siapa yang memanggilnya tadi. Ia berdiam diri dan menunggu teman baiknya itu menghampirinya.

"Ih lo yaa, gue cape tau ngejar lo dari tadi!", ucap gadis dengan balutan baju biru muda dan celana putih.

"yang suruh lo ngejar gue siapa?", sahut Alea santai. Detik itu juga tangan temannya sampai di kepala Alea menoyor temannya itu.

“gue mau barengan masuk kelasnya biar duduknya dekatan. harusnya lo bersyukur punya teman yang selalu pengen dekat dengan lo”

“biasa aja sih”

Alea dan Sarah tertawa bersama. Dua manusia random ini memang terkenal banget di kampusnya dikarenakan mereka satu organisasi dan juga bestian sejak lahir saat orang tua Alea dan Sarah bersahabat. 

Mereka memang sengaja masuk ke jurusan yang sama yaitu pendidikan matematika. Mereka berpikir jika jurusannya sama, maka suatu saat mereka akan bekerja di tempat yang sama. Alea terkenal pintarnya sama seperti Sarah. Hanya saja, Alea suka banget mengerjakan segala sesuatunya di dekat deadline yang kadang membuat Sarah gemas sendiri.

~~~~

4 sks sudah dijalani Alea dan Sarah hari ini. Mereka berencana pergi makan terlebih dahulu baru pulang. Sarah menyarankan makan sushi di salah satu mall di kota itu. Sesampainya disana, mereka mengambil duduk di pojokan, agar nyaman saat bercerita begitu pikirnya. 

"Bagaimana hubungan lo dengan kak Kaiden?", tanya Sarah tiba-tiba.

"biasa aja. Nothing special", jawab Alea santai tanpa menatap wajah Sarah.

"lo lagi engga kabar-kabaran ya?", tanya sarah menyelidik. Alea hanya menjawab dengan senyum kecutnya. Lalu, ia menghembuskan nafas. 

"kalau lo engga kuat, mundur, Le", ucap Sarah.

“tenang aja, Sar. gue udah biasa”

"dengar yang gue bilang, Le. Lo gak selamanya bisa memahami sikap dia yang seperti itu. Komunikasi itu penting. Seberapa sibuk sih, sampai engga bisa chatan sebentar doang buat ngasih kabar?", kesal Sarah. Ia sudah menahan kekesalan itu cukup lama. Alea memang bodoh soal hal mencintai. Bukan apa-apa, Alea ini kalau udah jatuh cinta, bulan pun akan dia ambil kalau itu lelaki memintanya.

"engga tau gue, pusing", jawab Alea ngasal. 

“lo kalau mau nangis, nangis aja kali, Le. Engga perlu lo pendam gitu perasaan lo. Gue udah kenal lo banget”

"iya, Sar. Bawel deh!"

“yee eluu, gue bawel gini demi lo. jangan jadi bucin tolol, udah 21 tahun juga”
“berisikdeh, mending pikirin tu laporan plp kita”

"bisa engga, kalau lagi makan diluar tuh engga usah bahas tugas?", tanya Sarah kesal.

"bisa engga, kalau lagi makan diluar tuh engga usah bahas Kaiden?", sindir Alea balik. setelah itu, mereka tertawa bersama.

Drrrttt Drrrttt

Handphone Alea bergetar, dengan secepat kilat ia melihat siapa yang baru saja mengirimkan pesan. Saat membacanya, yang semula ia tersenyum, menjadi datar. Ternyata hanyalah operator tidak jelas. Sarah tertawa terbahak-bahak melihat temannya yang kesal bukan main. pasti sampai malam nanti Alea bakal badmood.

"masih sibuk ya?", tanya Alea pada Kaiden melalui WhatsApp.

Dua jam berlalu, tetapi tidak ada balasan apapun dari Kaiden. Alea masih mencoba berpikiran positif dan menonton drakor untuk mengalihkan pikirannya.

~~~~

"Selamat pagi, sayang"

“masih tidur ya?”

Pesan yang begitu dirindukan Alea kini jelas adanya di layar handphonenya. Ia merasa tidak ingin membalas pesan itu, sebagai bentuk rasa marahnya pada Kaiden. Tetapi disatu sisi, ia merasa saat inilah waktu yang tepat saling mengirim pesan. Arghhh. Lama-lama Alea yang gila kalau mengalah terus seperti ini.

“selamat pagi, Kaden”

ya, menurut Alea balasan ini udah cukup untuk Kaiden. Harusnya Kaiden tahu kalau Alea kesal kan? kecuali memang dia yang sengaja pura-pura tidak tahu. Alea meninggalkan handphone dalam kamar, ia melanjutkan aktivitasnya seperti mandi dan sarapan. Dua sandwhich dengan susu putih hangat seperti biasa. Ia mengambil handphonenya lalu duduk di sofa sambil menonton televisi. Sesekali ia melihat handphonenya, lagi dan lagi Kaiden tak membalasnya. Alea hanya bisa tersenyum kecut.

"Sar, gue mau main ke rumah lo ya",

Alea mengirim pesan pada Sarah. Ia harus mencari kegiatan. Jika tidak, ia bisa gila memikirkan Kaiden yang suka menghilang itu.

“yaudah sini”

Ajaib, balasan Sarah tidak lebih dari satu menit. Alea langsung mengambil jaket dan membawa motornya menuju rumah Sarah yang jaraknya hanyak 2 km itu. Sesampainya disana, Alea menghempaskan tubuhnya ke sofa yang berada diruang tamu Sarah.

"gue cape banget, Sar", ucap Alea menatap langit-langit ruang tamunya Sarah. Bisa Sarah dengar suara Alea bergetar saat berbicara walau sekarang Sarah mendengarnya dari dapur. Ia melirik ke arah Alea sejenak, ia melihat sahabatnya menatap langit-langit dengan tudung jaket menutupi kepalanya.

"nih minum", ucap Sarah setibanya di ruang tamu. Ia meletakkan air minum Alea di atas meja dan duduk disampingnya.

"udah nyerah?", tanya Sarah. Alea menggeleng.

"bodoh lo, Lea", ucap Sarah dengan kesadaran penuh. Alea membuka tudung kepalanya bisa dilihat matanya berair seperti sedang menahan tangis. Tetapi, ia hapus air mata itu dan ketawa kecil.

“pilek gue, Sar. Bagi tisue dong”

“kebiasaan deh, alasan. Ambil aja noh sendiri di belakang”

"okei cantik", ucap Alea sambil mengejek Sarah. Sarah menggeleng kepala melihat kelakuan sahabatnya. Ia akui Alea hebat, bisa menyimpan segala luka yang ada di hatinya.

~~~~~

“ALEEEEE!!!!!”, pekik Sarah membangunkan segala makhluk yang ada di muka bumi. Tatapan Sarah tertuju pada sosok lelaki berkemeja putih yang tak jauh dari restoran mereka berdua. Tangah Sarah tidak henti-henti menepuk lengan Alea agar Alea melihat ke arah matanya.

Alea mengenal lelaki itu. Sosok yang beberapa hari ini hilang tanpa kabar lalu sekarang sedang makan bersama wanita lain? okai, mungkin bukan cuma makan aja tapi sambil bekerja. Pergi keluar bisa, tetapi mengabari pacar saja tidak bisa?

“ini yang lo pertahanin, Le?”, tanya Sarah saat melihat respon Alea biasa saja. Tidak ada raut kemarahan sama sekali. 

“gue engga tau kalau dia bisa ke mall dan makan sama cewe itu”

“lo kenal?”

Alea menggeleng. Bagaimana ia bisa kenal, kalau Kaiden saja tidak memberitahu. Sakit melihat Kaiden sedang berduaan seperti itu. Tetapi, Alea tidak mau gegabah dan mempermalukan diri hanya untuk melabrak mereka. Berbeda dengan Sarah, ia lebih dulu mendatangi Kaiden dengan amarah yang meledak-ledak. Sebenarnya yang jadi pacar Kaiden siapa? Mengapa Sarah yang lebih marah kelihatannya? Entah lah, Alea sudah tidak mau memikirkannya. Yang terpenting saat ini, mengajak Sarah pergi dari tempat Kaiden.

“WAHH HEBAT YA LO, KAK!”, ucap Sarah dengan suara yang meninggi pada Kaiden. Kaiden tampak terkejut atas kehadiran Sarah dan Alea. Alea menarik-narik lengan Sarah agar Sarah mau diajak pergi dari sana. Tapi, apalah daya, tenaga Sarah lebih kuat.

“lo disini asik berduaan sama cewe ini, dan kawan gue uring-uringan beberapa hari hanya demi kabar dari orang brengsek kayak lo?”

“maaf, kamu siapa ya? kenapa tiba-tiba marah begini?,” tanya perempuan dihadapan Kaiden dengan lembut. 

“lo nanya gue siapa? gue adalah teman dari pacarnya Kaiden yang sekarang lelaki ini lagi enak-enakan makan ditempat mewah sama cewe kayak lo”

“jaga mulut lo, Sarah!”, ucap Kaiden sedikit membentak. Sarah tidak terkejut mendengar Kaiden seperti itu, melainkan Alea yang terkejut dan matanya mulai basah.

“bisa lo jelaskan, Kai?”, tanya Alea dengan suara bergetar. “gue hitung sampai lima, kalau lo masih tidak bisa menjelaskan, kita putus saja”, ucap Alea lagi.

“satu”

“dua”

“ti-“

“dia teman kerjaku, Le. kami makan disini kebetulan pulang dari tempat kami mencari bahan untuk proyek p5 nanti. Tidak ada niat apapun. Hanya sekedar makan, tolong mengerti ya”, jawab Kaiden dengan santainya.

“apa engga bisa kamu mengabariku terlebih dahulu agar aku tidak salah paham? hampir seminggu Kai, kamu tidak ada kabar. oh sorry, pagi tadi ada setelah seminggu menghilang begitu saja”

“aku kerja”

“kerja bukan berarti komunikasi antara kita menghilang ya, Kai”

“sudahlah, Le. Hal seperti ini tidak usah diperpanjang”

“engga usah diperpanjang? baiklah sesuai keinginan kamu, aku pergi. Ayo Sarah!”, ucap Alea lalu menarik paksa Sarah. Sarah yang mendengar jawaban Kaiden tadi ingin rasanya memberi sambel ke mulutnya. Dia terlalu menyepelekan pasangannya dan ini tidak baik untuk hati Alea.

“AWAS AJA LO, KAI”, teriak Sarah.

Sepanjang jalan Alea diam. Banyak yang dipikirkan Alea mengenai hubungannya. 4 tahun sudah berjalan tapi tidak ada progres dan perubahan sedikitpun dari Kaiden membuat Alea muak.

“gue mau putus aja”, ucap Alea tiba-tiba. Sarah langsung menoleh ke Alea detik itu juga. Merasa heran. Jelas. Sudah bertahun-tahun Sarah menyuruh Alea mundur dan baru sekarang ia mau.

“yakin?”, tanya Sarah ragu. Alea mengangguk pelan. Tidak ada raut bahagia itu diwajahnya.

“kalau lo yakin, lakukan. Banyak cowo-cowo ganteng diluaran sana yang bisa lo dapatkan”

“iyaa makanya gue mau punya pacar 5”

“gila lo, Le”

Mereka tertawa bersama. Mungkin dengan candaan sesederhana ini membuat hati Alea sedikit lebih tenang.

~~~~

Derap langkah kaki semakin cepat menuju Artha Cafe di Jalan Angkasa. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Alea sudah terlambat 30 menit dari waktu masuknya. iya, Alea bekerja di salah satu cafe untuk memenuhi kebutuhannya. Alea memang punya keluarga tapi keluarganya sedang kesulitan ekonomi membuat Alea harus mencari cara agar kuliahnya tidak berhenti.

“maaf kak, saya telat, tadi macet banget”, ucap Alea ke owner cafe yang kebetulan berada di sana. Reza, owner cafe sekaligus kakak tingkatnya di kampus membuat Alea bisa diterima kerja disana. Reza mengangguk lalu menyuruh Alea untuk segera mulai bekerja.

“mau pesan yang mana kak?”, tanya Alea dengan sopan. Dua lelaki yang Alea yakini adalah saudara kandung karena keduanya mirip dan tampan. Cukup lama kedua pemuda itu memilih. Alea berpikir pemuda itu bingung mau memilih yang mana.

“mau aku rekomendasikan kak?”, tanya Alea. Tidak ada jawaban. tetapi, salah satu dari pemuda itu mengangguk. “disini paling best seller caramel machiato dan matcha lattenya kak”

Pemuda itu menggunakan bahasa isyarat ke saudaranya, mungkin menjelaskan apa yang Alea katakan karena setelah itu pemuda tersebut akhirnya menyebutkan pesanannya.

“nanti saya antarkan ya kak”, ucap Alea sambil tersenyum tulus.

“ALEEEEEEE!”, teriak Sarah dari pintu masuk cafe. Semua mata tertuju pada Sarah. Alea sedikit merasa malu dengan kelakuan sahabatnya ini.

“ada apa sih?”

“itu, Kaiden nungguin lo diparkiran kampus udah 2 jam”

“hah? bohong lo, gak mungkin”

“yaelah malah engga percaya, lihat deh handphone lo pasti udah banyak misscallnya”

“masih jam kerja ni gue, nanti aja, suruh aja Kaiden pulang, gue males”

“beneran ni ya?”

Alea mengangguk

“lo beneran bakal putus kan?”

“iyaa, Sarah. kenapa lo mau Kaiden?”

“O.G.A.H. Mending pacaran sama kucing gue, perhatian”

setelah mengucapkan kalimat itu, Sarah pergi begitu saja. Ini maksudnya Kaiden disamakan dengan kucing? kurang ajar Sarah

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya bab 2. Payung Putih
0
0
Disaat semua orang berteduh menunggu hujan reda, lelaki itu malah menerjang hujan hingga badannya basah kuyup untuk membantu orang lain
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan