LUNG GADUNG

1
0
Terkunci
Deskripsi

LOCK LINE: Makhluk kecil berwarna hitam yang suka memakan daging manusia, konon Lung Gadung hidup liar di belantara dan berpindah-pindah.

Mereka mencuri mayat lalu di-imbu (disimpan ditunggu sampai membusuk) kemudian baru mereka memakannya, menyimpannya di satu wilayah yang mereka sebut Alas Gogik. Daerah kebonan bambu seluas kurang lebih Lima hektar persegi. Akan tetapi kebonan bambu tersebut berada di tengah Hutan belantara.

Lung Gadung pemakan mayat tetapi ketika tidak ada yang mati maka ia Lung...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
59 konten
Akses 30 hari
390
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
55
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya NAGA BUMI
0
0
Begitu Pak Ismail keluar dari kamar Mbok Yem langsung menutup pintu, Pak Ismail mulai mendengar Mbah Sarmi memberi arahan kepada Ibu Amina. Terdengar suara erangan istrinya, Pak Ismail seolah ikut merasakan rasa sakit yang sedang dirasakan istrinya, raut mukanya tampak kacau.“Yem kau sudah tahu apa yang sedang terjadi d luar rumah ini, tugasmu menjaga agar dimar kambang yang kubuat tidak padam!” ucap Mbah Sarmi tegas, “Nggih mbah, sendiko dawuh. Penjenengan tidak usah khawatir, aku akan menjaga dimar kambang ini, tidak akan kubiarkan mati meski nyawaku taruhannya!” jawab Mbok Yem.“Me-memang apa yang terjadi di luar rumah, Mbok?!” bathin Ibu Amina, bingung. Mencoba mencerna percakapan antara Mbok Yem dan Mbah Sarmi. Tentang dimar kambang Ibu Amina memahmai betul itu adalah cara sebagian orang berdoa agar dijauhkan dari marabahaya, tapi apa yang dimaksud dengan ‘yang terjadi di luar’ itu yang Ibu Amina tidak tahu. Sekilas Ibu Amina menyaksikan senyum licik terukir dari bibir Mbah Sarmi yang mengerling ke arah Mbok Yem, senyum dari bibir Mbok Yem juga tampak culas, Ibu Amina tiba-tiba bergidik ngeri. Ia berusaha bangkit tapi punggungnya sangat sakit, hinga ia tak mampu untuk sekedar duduk. Mbah Sarmi yang menyadari Ibu Amina berusaha bangkit buru-buru mendekat, “berbaring saja ndoro ayu tidak usah duduk!” ucapnya sambil menekuk kedua kaki ibu Amina lalu menutupi kaki Ibu Amina dengan kain jarik. Bibirnya kembali mengukir senyum licik, Ibu Amina yang mulai menyadari bahwa dukun bayi yang menolongnya bersikap ganjil hanya bisa pasrah. “Gusti___,” keluhnya, “mugi-mugi Panjenenganipun paring murah, tansah jagi kulo tur bayi kulo,” Ibu Amina hanya bisa berdoa memohon perlindungan kepada Tuhan. Sementara rasa sakit di perutnya semakin menjadi, “kepala si bayi sudah kelihatan ndoro ayu,” ucap Mbah Sarmi, “tarik nafas ndoro ayu, lalu dorong!” Ucap Mbah Sarmi memberi arahan.HUUUFFF! HUUUFFF! HUUUFFF!Bu Amina megap-megap, antara menuruti arahan Mbah Sarmi dengan menahan rasa sakit yang semakin menjadi.Sementara Pak Ismail merasakan kejanggalan, dia seolah mendengar desisan-desisan aneh dari luar rumah. Pak Ismail menajamkan pendengaran, mencoba memahami arah dari suara desisan itu, “sepertinya memang dari luar rumah, suara apa ya, kok kayak suara ular yang sedang mendesis?!” Pak Ismail mencoba mengabaikan suara-suara itu karena tidak ingin meningalkan istrinya, meski ia berdiri di luar kamar ia harus berjaga di sana, takut sewaktu-waktu Mbok Yem membuka pintu dan mencarinya. Namun suara desisan itu makin lama makin mengganggu, tak urung Pak Ismail sudah tidak dapat menahan rasa penasaranya. Ia memutuskan untuk memeriksa apa yang terjadi di luar rumah.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan