
Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh sawah hijau dan hutan, hiduplah seorang pemuda lugu bernama Arman. Bagi penduduk desa, Arman hanyalah pria biasa dan pemalu, pendiam, dan terlalu baik untuk menolak apa pun. Namun di balik senyumnya yang sederhana dan sandal lusuhnya, tersembunyi semangat luar biasa yang belum pernah teruji. Tanpa pengalaman, tanpa perlengkapan mewah, Arman bertekad menerima tantangan untuk menyelamatkan desanya. Perjalanan tersebut mempertemukannya dengan tokoh-tokoh...
Bab 1: Suara dari Hutan
Angin pagi menyapu lembut dedaunan padi yang hampir masak di hujung kampung. Ayam jantan sudah pun tiga kali berkokok, menandakan pagi yang sibuk bakal bermula. Di sebuah rumah papan sederhana berhampiran sawah, seorang pemuda kurus tinggi dengan rambut berantakan keluar dengan cangkul di bahunya.
"Arman! Jangan lupa sarapan dulu!" jerit Ibu Leha dari dapur sambil menggoreng ikan kering.
"Ya, Bu. Sebentar lagi." jawab Arman, senyum kecil di wajahnya.
Arman bukanlah sesiapa di kampung itu. Dia bukan anak pemimpin desa, bukan juga orang kaya. Tapi semua orang mengenalinya sebagai si ringan tulang dan sanggup membantu siapa saja, dari tolong membetulkan atap rumah Paman Dirman hingga tolong jaga anak-anak desa bila perlu.
Pagi itu, semasa Arman sedang membetulkan batas sawah, dia terdengar bunyi aneh dan seakan-akan suara desir angin yang berbisik. Ia datang dari arah hutan larangan di pinggir kampung, tempat yang orang-orang tua larang untuk dijejaki.
"Arman, kau dengar ngga bunyi itu?" tanya Ijat, teman sekampung yang sedang mengikat padi tidak jauh darinya.
Arman mengangguk perlahan. "Semacam... ada orang yang memanggil, tapi bukan suara biasa."
Mereka berdua saling berpandangan, rasa seram menjalari kulit. Hutan larangan itu sudah lama menjadi misteri. Dulu pernah ada budak hilang di situ. Sejak itu, tiada siapa berani masuk.
Menjelang tengah hari, kampung digemparkan pula dengan berita yang lebih mengejutkan serta telaga utama yang membekalkan air bersih kering secara tiba-tiba. Penduduk mula panik. Tua dan muda berkumpul di balai desa, mencari jawabaan.
“Ini petanda. Ada sesuatu yang terjadi di dalam hutan,” ujar Ketua desa dengan nada serius.
Tidak ada yang berani menerima tantangan untuk menyelidiki. Semua tunduk diam—kecuali Arman.
Dia berbalik ke arah hutan, jauh di balik kabut siang hari. Ada sesuatu yang memanggilnya. Bukan suara normal. Dan mungkin, inilah saatnya untuk membuktikan bahwa dia bukanlah manusia biasa seperti yang dipikirkan orang-orang.
Dengan jantung berdebar-debar dan tekad yang membara, Arman membuat keputusan rahasia. Besok, sebelum matahari terbit, dia akan melangkah ke hutan terlarang. Sendiri.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
