Painted Heart Bab 12 : Paxley dan Baroque

0
0
Deskripsi

“Anakku tidak seharusnya dijodohkan dengan Arthur Paxley.”

Para pria berjubah hitam itu saling pandang sekilas, “Arthur adalah pemuda terbaik yang kami miliki. Dia yang suatu saat akan menjadi pemimpin di keluarga ini.”

Lyoth menggeleng, menahan semua klaim yang para petinggi Paxley buat. “Masih ada satu pemuda lagi yang kemampuan sihirnya jauh di atas Arthur. Kalau aku benar, ia bernama Gusion--”


Bab ini didedikasikan kepada tunangan Guinevere yang sebenarnya.

Bab 12 : Paxley dan Baroque

Derap langkah pria-pria berjubah merah-hitam terdengar seperti simfoni kemarahan. Mereka menyebrangi taman bunga tulip dan amarilis lewat jalan yang terbuat dari batu-batu granit. Wajah mereka terasa persis seperti suara derap langkahnya, setengah gusar. Mereka terpaksa keluar dari aula utama meninggalkan debat panjang mengenai beberapa penelitian sihir. Namun debat itu harus terhenti karena tamu agung yang memaksa masuk ke dalam pertemuan. Kalau saja yang datang mengunjungi mereka bukan kepala keluaga Baroque, pastilah mereka tidak akan bersedia keluar sama sekali.

Keluarga Baroque adalah bangsawan yang disegani. Mereka mau tak mau harus meladeni urusan kalau masih ingin menjalin hubungan yang baik. Setelah beberapa menit penuh pertimbangan, akhirnya mereka sampai di ruangan luas yang berisi meja panjang dan sepuluh kursi yang bagian penyangga punggungnya dibuat tinggi. Tak lupa diberikan bantalan empuk supaya yang duduk di kursi-kursi itu merasa lebih nyaman. Efeknya luar biasa, ketika mereka duduk, mereka bisa berpikir lebih jernih. Menatap tamu yang datang dengan lebih bijaksana.

Jumlah pria berjubah merah hitam itu ada empat orang. Di hadapan mereka sudah duduk seorang pria dengan tubuh tegap, berambut panjang yang dibuat licin kebelakang berwarna coklat tua. Ia juga memiliki kumis dan janggut yang tertata rapi memagari area mulutnya.

“Kami sungguh kecewa atas kabar yang Anda berikan, Don Lyoth Baroque. Bagaimana Anda bisa kehilangan Putri semata wayang Anda saat kita sudah sepakat soal tanggal pernikahan?” ucap salah satu pria berjubah yang tubuhnya paling besar di antara pria yang lain. Pipinya bulat penuh, dengan pori-pori kulit terbuka, hidung bulat dan garis mata tipis. Tetapi Lyoth Baroque tahu kalau di dalam mata tipis itu tersimpat kemarahan yang amat sangat. Pria tambun itu menambahkan sufiks ‘Don’ sebagai penghormatan terhadap keluarga pemain anggar legendaris itu. 

“Aku benar-benar minta maaf tentang Gwen kecil kami, tetapi bukankah keluarga Paxley juga melakukan hal yang sama, Don Zenno?” Lyoth tetap tegak meski sosoknya sudah dikuliti oleh mata-mata tajam petinggi keluarga Paxley.

Sebagai keluarga dengan tingkat kekuatan sihir yang tinggi, Paxley memiliki espektasi luar biasa tentang calon menantu putra mereka. Keluarga Baroque adalah kandidat terbaik. Selain karena Guinevere adalah petarung kelas kakap, gadis itu juga jenius di bidang sihir. Jadi ketika mereka mendengar bahwa calon menantu kesayangan mereka melarikan diri, jelas mereka gusar.

“Apa maksudmu?” pria bermata tipis yang dipanggil Zenno oleh Lyoth mencondongkan tubuh, menantang argumen Sang Kepala Keluarga Baroque.

“Anakku tidak seharusnya dijodohkan dengan Arthur Paxley.”

Para pria berjubah hitam itu saling pandang sekilas, “Arthur adalah pemuda terbaik yang kami miliki. Dia yang suatu saat akan menjadi pemimpin di keluarga ini.”

Lyoth menggeleng, menahan semua klaim yang para petinggi Paxley buat. “Masih ada satu pemuda lagi yang kemampuan sihirnya jauh di atas Arthur. Kalau aku benar, ia bernama Gusion--”

Salah seorang petinggi berdiri, “jangan Anda sebut lagi nama itu Don Lyoth, kami sudah tidak punya Putra yang bernama Gusion.”

“Menurut beberapa suara, dia adalah penyihir terbaik yang ada di keluarga ini. Aku menginginkan kejujuran dari kalian tentangnya.”

Pria yang berdiri itu lantas mengambil nafas dalam-dalam dan kembali duduk, “Gusion adalah prodak gagal keluarga ini. Kami akui dia memang hebat dalam melakukan sihir. Tetapi ia telah menyalahi adat keluarga Paxley.”

“Benar.” Pria lain menyahuti, “Gusion memakai metode baru yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sihir kuno keluarga ini.”

Lyoth memejamkan mata sejenak. Sesungguhnya ia sama sekali tidak peduli dengan prinsip keluarga Paxley. Yang ia butuhkan hanyalah mencari seseorang yang cukup kuat untuk melindungi putri semata wayangnya. Beberapa hari yang lalu--sebelum Guinevere kabur, Lyoth mendapat berita tentang Gusion sang penyihir yang juga merupakan assassin. Hal itu mengingatkan Lyoth pada orang-orang khusus dari The Scarlet Shadow yang memiliki kontrak dengan istrinya, Genevive.

Lyoth sangat kagum pada gerakan serang dan perlindungan kelompok bayangan itu. Kemudian saat ia mendengar kalau Paxley ternyata punya bibit assassin yang hebat, ditambah lagi assassin itu juga pengguna sihir, Lyoth memutuskan untuk mendapatkannya sebagai menantu. Entah bagaimanapun carahnya.

“Jadi, kalian mengusir Gusion keluar dari rumah ini?” tanya Lyoth tenang.

“Dia bukan lagi keluarga ini, Don Lyoth. Tolonglah, kita fokus saja kepada putri kecilmu yang sekarang sedang berada entah dimana.”

“Kalian tidak perlu khawatir, istriku akan mencari Gwen kecil. Kami yakin dalam waktu kurang dari tiga hari, kami pasti bisa menemukannya. Dia tak bisa tahan berkeliaran tanpa menggunakan sihir,” di kalimat terakhirnya, Lyoth bangkit hendak pergi.

“Tunggu Don Lyoth! Kami belum selesai bicara dengan Anda!” sentak salah satu petinggi.

“Jika kalian benar-benar menginginkan Gwen kecil kami, kalian juga harus memberikan kami kualitas yang sama. Aku menginginkan Gusion, jika kalian tidak bisa memenuhinya, kuanggap pertunangan ini batal.”

oOo


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Painted Heart Bab 13 : Seandainya Kita Bukan 'Kita'
0
0
“Aku terlahir dengan kekuatan yang hebat sekaligus ditakuti,”“kalau saja kau tidak terlahir di keluarga Baroque, mungkin kau akan hidup bersahaja di desa, dengan rambut dikepang satu lalu berjualan roti ke sana kemari dengan tampang galak.”“Seandainya kita bukan ‘kita’, mungkin semuanya akan berbeda,” ucap Guinevere dengan pandangan mata yang tenang. “Tapi sebenarnya… ada bagusnya juga sih. Kalau aku bukan Baroque dan kau bukan Leonins, kita tidak akan bertemu.”Seandainya kita… bukan ‘kita’.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan