
Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah. Aku diminta datang ke rumah Mbak Yani, tetangga kampungku, untuk memperbaiki jaringan listrik rumahnya yang rusak.
“Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Mbak Yani,” ujar anak tetangga Mbak Yani.
Mbak Yani adalah guruku ketika aku masih SMA, dia guru seni yang usianya paling muda disekolah yaitu 25 tahun. Mbak Yani masih lajang cantik mulus.
Semula aku memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia mengajariku...
2,689 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Cerita 18+Cerita DewasaCerita CintaCerita RomantisCintaDramaPerselingkuhanPetualanganRomantis
Selanjutnya
Gelora Cinta Elinda
2
0
Hari ini, seusai senam jam 08.30 aku harus langsung kekantor untuk mempersiapkan pertemuan penting nanti siang jam 14.00. Kubelokkan kendaraanku pada toko buku untuk membeli perlengkapan kantor yang kurang, saat aku asyik memilih tiba-tiba pinggangku ada yang mencolek, saat kutoleh dia adalah Elinda teman Maria yang tadi dikenalkan.“Belanja Apa De…, kok serius banget…”, Tanyanya dengan senyum manis.“Ah enggak cuman sedikit untuk kebutuhan kantor aja kok…”Akhirnya aku terlibat percakapan ringan dengan Elinda. Dari pembicaraan itu kuperoleh bahwa Elinda adalah keturunan cina dengan jawa sehingga perpaduan wajah itu manis sekali kelihatannya. Matanya sipit tetapi alisnya tebal dan…, Aku kembali melirik kearah dadanya.., alamak besar sekali, kira-kira 36C berbeda jauh dengan Maria sahabatnya.“Eh.., De aku ada yang pengin kubicarakan sama kamu tapi jangan sampai tahu Maria ya”, pintanya sambil melirikku penuh arti.“Ngomong apaan sih.., serius banget mei…, apa perlu?”, tanyaku penuh selidik.“Iya perlu sekali…, Tunggu aku sebentar ya…, kamu naik apa..”, tanyanya lagi.“Ada kendaraan kok aku…” timpalku penasaran. Akhirnya kuputuskan Elinda ikut aku walaupun mobilnya ada, nanti kalau omong-omgngnya sudah selesai Elinda tak antar lagi ketempat ini.“Masalah apa mei kamu kok serius banget sih…”, tanyaku lagi.“Tenang De…, ikuti arahku ya…, santai saja lah…”, pintanya.Sesekali kulirik paha Elinda yang putih itu tersingkap karena roknya pendek, dan Elinda tetap tidak berusaha menutupi. Sesuai petunjuk arah dari Elinda akhirnya aku memasuki rumah besar mirip villa dan diceritakan oleh Elinda bahwa tempat itu biasa dipakai untuk persewaan.“Ok mei sekarang kita kemana ini dan kamu mau ngomong apaan sih”, tanyaku tak sabar, setelah aku masuk ruangan dan Elinda mempersilahkan duduk.“Gini De langsung aja ya…, Kamu pernah merasakan Maria ya..?”, tanyanya.Deg…, dadaku berguncang mendengar perkataan Ana yang ceplas ceplos itu.“Merasakan apaan sih mei?”, tanyaku pura-pura bodoh.“Alaa De jangan mungkir aku dikasih tahu lho sama Maria , dia menceritakan bagaimana sukanya dia menikmatimu…, Hayooooo masih mungkir ya…”.Aku hanya diam namun sedikit grogi juga, nampak wajahku panas mendengar penuturan Elinda yang langsung dan tanpa sungkan tersebut. Aku terdiam sementara Elinda merasa diatas angin dengan berceloteh panjang lebar sambil sesekali dia senyum dan menyilangkan kakinya sehingga nampak pahanya yang mulus tanpa cacat. Aku hanya cengar cengir saja mendengar semua omomgannya.“Gimana De masih mau mungkir nih…, Bener semua kan ceritaku tadi…?”, Tanyanya antusias.Aku hanya tersenyum kecut. Kuperhatikan Elinda meninggalkan tempat duduknya dan tak lama kemudian dia keluar sambil membawa dua gelas air minum. Elinda kembali menatapku tajam aku seperti tertuduh yang menunggu hukuman. Tak lama berselang kembali Elinda berdiri dan duduk disampingku.“De…”, sapanya manja.Aku melirik dan, “Apa?”, jawabku kalem.“Aku mau seperti yang kau lakukan pada Maria De…”, aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya, tanpa membuang waktu lagi aku langsung saja…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan