Segelas Mie Penyelamat Rasa #CeritadanRasaIndomie

1
1
Deskripsi

“BRAKK!!!” Mobil yang kami tumpangi menabrak sesuatu! Bagaimana ini?!

Aku dan keluargaku sudah merencanakan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata kami diakhir tahun, tapi kok jadinya begini ya?

“BRAKK!!!” Terdengar suara nyaring, sesuatu terhantam saat mobil yang kami tumpangi melesat laju….

Desember 2017…. Semalam sebelumnya, kami yang tengah berbaring santai di hotel tempat kami menginap di Mataram, membooking empat tiket menuju Bima. Pesawat capung memang bukan trasportasi yang nyaman, apa boleh buat… hanya itu satu-satunya cara menuju Bima. Labuan Bajo sudah lama menjadi tempat wisata impian kami.

Pagi hari sekitar pukul tujuh, kami terbang menuju airport Sultan Muhammad Salhuddin dengan maksud untuk menyeberang ke Labuan Bajo dengan kapal Ferry. Tiba di Bima, kami yang belum sarapan, memutuskan untuk makan di seberang airport satu-satunya di Bima itu. Aku, ayah, ibu, serta adikku menyantap sate yang kami pesan dengan lahap, tak perduli tanah becek dan sapi yang berjalan hilir mudik di hadapan kami.

Seusai makan, kami menyewa sebuah taksi untuk bergegas ke pelabuhan Bima. Supir taksi tersebut adalah seorang pria paruh baya yang usianya mendekati angka 50. Rambutnya gondrong, wajahnya tak menyiratkan keramahan. Tidak bayak mobil yang mengangkut wisatawan seperti kami. Jadi, tanpa berpikir panjang lagi, kami pun meluncur ke tempat tujuan kami, Palabuhan Bima.

Supir taksi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kami tak berkutik, dibawa oleng kiri dan kanan saat mobil berbelok. Gerakan ini membuat kami mabuk kendaraan.

Semua yang ada di dalam mobil diam, suasana hening, karena supir tidak terlalu merespon saat kami ajak bicara. Dikeheningan itu, tiba-tiba.

“BRAKK!!! PETOOOKKKK!!!” Mobil yang kami tumpangi sepertinya menabrak ayam milik warga setempat.

“Waduh! Kayaknya ayamnya udah jadi ayam geprek.” Candaku, berusaha mencairkan suasana.

Terdengar sedikit tawa, tapi semuanya ragu. Tawa kami tidak lepas, karena kami merasa sedikit bersalah. Bagaimana kalau ayam itu kesayangan seseorang? Jangan-jangan peliharaannya sudah mati?

Suasana kembali hening, tapi akhirnya kami sampai di Pelabuhan Bima. Sialnya, tidak ada kapal yang tertambat sore itu, maupun besok hari. Kata penduduk setempat, memang sudah beberapa hari tidak ada kapal yang menuju Labuan Bajo.

Terpaksa kami menginap di sebuah penginapan kelas dua yang sudah dimakan usia. Parahnya warna penginapan itu hijau, warna yang tidak kusukai, dari pintu sampai dindingnya berwarna hijau. Air yang mengalir dari shower pun tidak deras.

“Ini sih mendingan mandi pakai gayung…” ungkap adikku dengan nada guyon sekaligus kecewa. Kami pun mandi dengan gayung.

Apa boleh buat? Ini satu-satunya penginapan yang ada di dekat Pelabuhan Bima. Saat kami melirik ke sekitar, tidak ada yang menggugah selera untuk dijadikan santapan malam kami sekeluarga. Alhasil, Pop Mie rasa ayam racikan Indomie yang kami pilih. Untung saja, di dekat pelabuhan ada sebuah warung sederhana yang menjualnya. Kami pun makan dengan lahap, satu gelas, dua gelas kami habiskan saking laparnya.

Pengalaman di Bima memang mengecewakan, tapi menjadi yang tak terlupakan dalam hidupku. Malam harinya, kami segera memesan tiket untuk kembali ke Mataram. Saat fajar menyingsing, kami kembali naik taksi yang sebelumnya kami tumpangi untuk ke airport, penerbangan menuju Mataram. Berbekal nasi dengan lauk sederhana sebagai menu sarapan kami.

 Sampai jumpa, Bima…. Semoga suatu hari akhirnya kami bisa sampai ke Labuan Bajo.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Aku VS Mama : Kreasi Indomie Tanpa Batas! #CeritadanRasaIndomie
0
0
Siapa sih yang gak pernah berkreasi rasa dengan produk Indomie? Pastinya pernah dong… Nah, kali ini kreasi Indomie apa yang jadi favoritmu?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan